Johanness POV
Rasa nya menyakitkan melihat nya seperti itu. Tubuh mungil itu mencoba bangun di sela rasa sakit nya.
" Vi." Dia mendongak saat ku panggil dan aku melihat mata nya yang biasa ceria , saat ini penuh dengan penderitaan. Dan air mata itu mengalir deras di wajah cantik nya.
Aku melangkah ke arah nya dan memeluk gadis ku. Dia semakin terisak dan tangisan nya membuat hatiku sesak, tanpa sadar kami menangis berdua. Aku tidak memperdulikan seragam ku yang basah oleh air mata nya. Yang terpenting dia melepaskan beban yang ada di dalam hati nya.
" Joe. Gendong Vicky bawa keluar. Biar gue yang nyetir." Ucapan Lukas menyadarkan ku. Aku menatap mata Vivi dan dia mengangguk lemah. Ringan itu lah yang ku rasa saat menggendong nya ala bridal style. Apa dia kurang makan akhir-akhir ini.
"Kita bawa ke RS Permata Indah." Ucap Rico sambil membuka tas Vivi, nampak nya dia sedang mencari sesuatu.
" Lo yakin mau bawa ke RS?" Tanya Lukas sambil menghidupkan mobil.
" Maka nya gue bilang bawa ke Permata Indah." Sahut Rico dengan nada tegas. " Joe. Kasih minum ini dulu 2 tablet." Sambung Rico sambil menyodorkan sebotol obat ..analgelsik . Jadi Rico sudah tahu tentang ini yah.
Setelah meminum obat tak lama Vivi tertidur. Dengan paha ku sebagai bantal nya dan dia memeluk perut ku, dia terlihat damai dalam tidur nya. Untung lah Ethan dan Rey mengerti mereka duduk di belakang dan diam selama perjalanan, biasa nya sangat sulit membuat kedua nya terdiam kecuali mereka memegang gadget di tangan mereka.
Setelah sampai di rs dan di tangani dokter. Rico menceritakan semua nya. Vivi sejak kecil di siksa oleh papa yang mengira kematian mama Vivi karena melahirkan nya. Untunglah ketiga kakak kembar Vivi tidak mengikuti jejak papa mereka yang menyiksa gadis ku. Malahan itulah yang membuat mereka dapat di ancam karena papa mereka tidak segan untuk memukul Vivi, jika salah satu dari mereka membangkang.
" Joe. Alasan Vicky tidak mengatakan hal ini sama lo karena dia ga mau buat lo sedih dan terbebani." Perkataan Rico membuatku bingung.
" Tapi biar gimana Joe harus mempertanggung jawab kan perbuatan nya sama Vicky dalam bentuk pernikahan. Dan dasar dari pernikahan adalah kejujuran." Lukas membantah Rico dan mereka berdua berdebat.
" Joe memang harus bertanggung jawab namun andaikata begitu Vicky lulus sma Joe melamar nya apa papa Vicky akan menerima. Kita tahu sendiri Joe kalah kaya di banding Vicky." Ethan memutus debat antara Rico dan Lukas, tak ku sangka terkadang dia bisa bener juga meski banyakan gesrek nya. Rey hanya mematung syok, ah play boy yang satu ini...
" Dari awal gua udah bilang kan. Jangan menyerah meski hubungan lo berdua sulit. Dia udah banyak menderita selama ini. Vicky butuh cowo yang kuat , memang saat ini kita ga bisa berbuat apa-apa, namun setidak nya dia merasa di cintai sama lo Joe. Dengan ada nya lo di sisi nya sekarang cukup untuk mengalihkan rasa sakit nya. " Rico berkata dengan nada bergetar.
" Betul yang Rico katakan. Sekarang kita hanya perlu ada di dekat nya, terutama lo Joe. Vicky lebih membutuhkan lo saat ini. Setidak nya sampai koko-koko nya berhasil dan lo bisa melamar dia nanti." Lukas berkata dengan nada tegas.
" Oke. Yang perlu gua lakuin adalah jangan nangis di depan nya. Jujur liat dia begitu buat hati gua sakit. " Kata ku sembari melangkah ke ruang perawatan nya. Luka nya sudah di obati dan dia sedang tertidur dengan infus menancap di tangan kiri nya.
" Ini surat izin nya. Saya tulis demam berdarah dan tidak boleh di jenguk karena butuh istirahat total." Suara seseorang yang berat membuatku mengalihkan mata ku. Terlihat Rico menerima sebuah surat dari seorang dokter.
" Terima kasih dok." Sahut Rico pelan.
" Alasan gue bawa Vicky kemari karena ada senior ko Vino waktu di sma di sini. Dia jadi dokter spesialis onkologi. Ko Vino awal nya kuliah kedokteran cuma gitu semester 2. Ko Vino keluar dari kuliah nya dan ambil jurusan bisnis. Dan dokter tadi teman dekat senior Ko Vino juga. " Jelas Rico...Aku mendengarkan namun aku hanya mendengar kata senior, Ko Vino dan Sebastian teman Ko Vino.
Rupa nya papa mereka menggunakan gadisku agar tujuan nya tercapai. Begitu menderita nya kehidupan yang di alami gadis ku.
Seminggu berlalu dan Vivi di izinkan keluar. Suatu keberuntungan karena papa nya harus ke Swiss selama 3 bulan. Arti nya kehidupan yang aman dan tentram bagi gadis ku.
**
Kami sudah di semester dua ajaran tahun ini yang arti nya aku sudah berpacaran dengan Vicky selama 6 bulan lebih.
Pagi itu saat istirahat aku berkata pada nya bahwa orang tua ku ingin bertemu dengan nya. Aku sudah menceritakan tentang Vivi kepada mereka, hanya bagian papa nya yang sering menyiksa ku skip belum saat nya mereka tau tentang hal ini. Mama sangat antusias mendengarku sudah punya pacar. Dari dulu mama takut aku menghabiskan masa sma ku dengan belajar dan ekskul, kapan punya pacar nya.
" Mereka mau ketemu sama kamu sweety. Jangan takut mereka baik koq." Ucap ku sambil mengelus rambut Vivi yang halus, suatu kebiasaan bagi ku semenjak berpacaran dengan nya.
" Baik lah.. Kapan aku ketemu mereka,ko?" Jawab nya sembari menyenderkan kepala nya dibahu ku. Kami sedang berada di taman belakang sekolah yang jarang di lalui siswa yang lain, bisa di bilang taman ini sepi banget.
" Secepat nya. Mama malah lagi belajar masak tuh." Aku terkekeh mengingat kekacauan yang di timbulkan mama ku kemarin sore. Untung lah mbo Mirna bisa mengatasi nya.
Mama ku memang tidak begitu bisa memasak dan papa ku tak mempermasalahkan nya. " Papa cari istri bukan pembantu." Itulah kalimat yang di katakan papa jika ada keluarga kami yang meremehkan mama. Mama juga mulai belajar memasak 1 tahun terakhir meski berakhir dengan kekacauan atau masakan mama yang kurang berasa bumbu nya.
Membayangkan Vivi menjadi istri ku membuat ku tersenyum. Aku mendapat paket komplit kalau seandai nya itu terjadi. Dia sering membuat masakan dengan semua cita rasa, Indonesia western asian dan yups masakan nya enak sekali.
" Koko...kantin yuk..mau pastel." Tarikan tangan nya membuyarkan lamunan ku. Seperti nya siklus bulanan nya akan datang sebentar lagi, maka nya dia terus merasa lapar 2 hari ini.
Setelah membeli ah tepat nya memborong sisa pastel yang berjumlah 20 buah dari ibu kantin, setiap ku tanya dia pasti akan menjawab. " Biar cepet abis nya tuh gorengan." Ya gadis ku selain cantik memiliki hati yang baik.
Dia mencomot 1 pastel dan mengunyah nya sembari jalan. Bila gadis lain terlihat jaim dan sok manis, itu tidak berlaku untuk Vivi. Tidak heran sedikit yang bisa menjadi teman nya. Kalau sifat devil nya lagi kumat dia bisa balik mengerjai para cewe yang membully nya. Dia di bully karena pacaran dengan ku, awal mengetahui nya aku marah namun dia berhasil menenangkan ku kalo para cewe centil itu ga akan bisa menyentuh seujung pun kuku nya.
Author POV
Keesokkan hari nya Joe membawa Vicky ke rumah nya. Kebetulan mereka di pulangkan cepat. Baru saja mereka memasuki rumah.
TRANGGGG " Aduhhhh." PRANGGG " Aduhhh."
" Eh den Joe udah pulang. Ada neng Vicky juga. Den. Nyonya lagi masak cuma dapur mbo bakal kayak kapal pecah nih." Adu mbo Mirna sambil frustasi.
" Mbo. Emang ai (tante) mau masak apa?" Tanya Vicky sambil memegang tangan art yang sudah berumur itu .
" Mau masak gorden bulu kata nya." Ucap mbo Mirna yang membuat Joe dan Vicky tersenyum maklum.
" Ke dapur yuk mbo." Ucapan Vicky terpotong karena Joe yang menyela nya.
" Ganti atasan nya dulu. Vi. Emang nyaman masak pake seragam." mbo Mirna tersenyum melihat tuan muda nya memperlalukan seorang gadis dengan lembut.
Setelah berganti baju dan mengepang samping rambut nya. Vicky menuju dapur di mana mbo Mirna udah nunggu di depan pintu dapur. Joe sebenarnya ingin membantu namun dia takut nambahin kekacauan aja.
" Selamat pagi Ai. Sini aku bantuin." Suara Vicky mengejutkan wanita berusia 40an tahun itu. Wajah panik nya berubah menjadi sumringah saat melihat Vicky.
" Eh ini pasti Vicky. Cantik sekali. Joe pinter banget sih cari pacar nya." Ucap Sisca, mama Joe sambil membersihkan tangan nya. Vicky mulai mengambil alih pekerjaan mama Sisca sembari mengarahkan. Sedang mbo Mirna membersihkan dapur. Mama Sisca antusias sekali saat memasak kali ini.
Rupa nya mama Sisca ingin memasak chicken cordon blue , Steak salmon dan sayur nya tumis brokoli. Tepat jam 1 siang semua masakan jadi.
" Eh seperti nya papa nya Joe pulang untuk makan siang. " ucap mama Sisca saat menata makanan di meja.
" Pa. Kenalin ini Vicky. Pacar Joe." Kata Joe sambil memperkenalkan Vicky ke lelaki 50 an tahun itu.
" Cantik banget pacar mu, Joe." Ucap papa Martin sembari menarik kursi utama di meja makan.
" Iya Joe emang pinter pilih pacar." Sahut mama Sisca sambil menarik papa Martin ke meja makan. Kemesraan yang membuat Vicky merasa iri, Joe menyadari sekilas perubahan raut wajah kekasih nya.
" Ma...Joe laper..Bisa kita mulai makan sekarang?" Tanya Joe mengalihkan perhatian mereka .
" Ah ini enak sekali." Puji papa Martin saat mengunyah steak salmon nya.
" Itu Vicky yang masak loh pa. Kayak nya mama sih yes aja pa. Kalau Joe langsung nikah gitu mereka lulus sma." Ucapan mama Sisca membuat Vicky tersedak minuman nya , reflek Joe mengelus punggung nya.
" Ma..mereka masih sekolah. Masih lama banget buat kita bila membicarakan pernikahan." Tegur papa Martin membuat wanita itu cemberut. " Nak Vicky maafin atas perkataan mama. Oh iya panggil papa aja." Ucap papa Martin melanjutkan. Vicky tersentak atas panggilan itu. Orang tua Joe meminta nya memanggil mama papa. Tanpa terasa air mata Vicky mengalir.
" Vicky kenapa kamu nangis nak. Ada yang sakit?" Tanya mama Sisca sambil memegang dahi Vicky.
" Ga ada Ai..eh mama . Maaf kebawa suasana. Mama meninggal saat lahirin aku, jadi aku ga tau rasa nya punya mama. Sekarang rasa nya seperti mimpi aku punya seseorang yang bisa ku panggil mama." Ucap Vicky bergetar menahan agar tangis nya tak semakin pecah.
" Oh sayang..sini mama peluk." Ucap mama Sisca sambil memeluk kekasih putra nya . Dari awal ketemu, dia sudah menyukai Vicky. Wanita itu benar-benar berharap Vicky akan menjadi menantu nya. Sementara kedua lelaki Anthony saling berpandangan , belum pernah mereka melihat nyonya besar mereka dekat dengan seorang gadis. Bahkan pacar koko nya Joe di buat kapok saat pertama kali bertemu dengan nya, ah nampak nya Vicky sudah mengambil hati calon mama mertua. Hati Joe menghangat saat melihat perlakuan mama nya kepada Vicky.
Selanjut nya selama seminggu Joe harus membawa Vicky ke rumah nya karena mama Sisca ingin memasak berdua dengan Vicky, membuat mbo Mirna sedikit lega karena dapur nya tidak akan seperti kapal pecah.
Hari terakhir orang tua Joe berada di Bandung sebelum pergi ke Jerman. Vicky sedang berada di dapur mereka bedua berniat membuat chessecake dan tiramisu.
" Sayang besok kami harus pergi ke Jerman, nemenin Sam dan meninjau perusahaan yang ada di sana." Ucap mama Sisca sedih.
" Ma...nanti kan kita bisa ketemu lagi. Lagipula anak mama ada 2 jadi ya harus di bagi-bagi kan waktu nya." Ucap Vicky sambil mengaduk adonan chessecake nya.
" Kamu bijak banget Vicky...ga kayak kebanyakan cewe pada umum nya. Mama senang Joe bisa ketemu sama kamu." Ucap mama Sisca menuang adonan tiramisu di loyang.
" Maaaa...Udah belum sih masak nya?" Suara Joe membuat kedua wanita berbeda usia itu menoleh . Joe nampak kesal karena mama nya memonopoli kekasih nya dan lebih sayang pada Vicky di banding diri nya yang jelas-jelas anak kandung nya.
" Aduh anak mama.. Sabar dong, mama kan juga lagi belajar masak nih ama calon mantu mama. Masa mama ga bisa masak terus sih. Sekali-kali mau masakin papa juga. Kamu enak sering di masakin ama Vicky." Rajuk mama nya membuat Joe agak menyesal karena memasang muka jutek selama seminggu ini.
Vicky tertawa kecil melihat interaksi ibu dan anak itu.
" Abis mama monopoli Vicky .terus. Aku kan kangen mau manja-manja ama Vicky." Sahut Joe membela diri. Vicky tahu persis arti kata manja yang di maksud lelaki nya. Manja yang membuat dia tidak bisa bangun selama beberapa jam tanpa sadar dia meringis.
" Kan besok kamu bisa manja-manja lagi. Tapi inget jaga batas." Ucapan mama Sisca membuat Joe yang sekarang meringis. Kalau papa atau mama nya tahu Joe udah 'iya-iya' sama Vicky, bisa habis di bantai dia.
Tring. Bunyi oven mengalihkan perhatian mama Sisca dan membuat kedua nya menghela nafas lega. Wangi harum chessecake memenuhi dapur membuat Joe keroncongan.
" Wah enak banget kue nya. Lembut banget ." Sahut mama Sisca dan Joe bersamaan. Rupa nya kedua nya menyukai kue yang manis.
" Udah mama catet kan resep nya? Kapan-kapan bisa kan buatin papa?" Tanya Vicky sambil meneguk pocari dingin.
" Udah. Makasih yah sayang. Mama jadi bisa masak dikit-dikit." Ujar mama Sisca dengan binar kebahagiaan.
" Ma. Pulang dulu ya. Udah sore ntar keburu di cari orang rumah." Sahut Vicky sambil menarik tangan Joe agar berdiri.
" Ya udah ma. Joe antar Vicky pulang dulu ya." Ucap Joe sambil mengecup pipi kiri mama nya.
" Koko seneng banget kamu deket sama mama." Kata Joe saat mereka di mobil.
" Mama orang nya simple ya. Ga yang neko-neko dan yang terpenting mama nya koko baik banget sama aku." Sahut Vicky sambil mengelus punggung tangan Joe.
" Iya mama berharap banget kamu jadi menantu nya." Ucapan Joe membuat pipi Vicky memerah. " Vi...koko tau kita baru sebentar menjalin hubungan dan apalagi kita juga sering lakuin 'itu' koko pasti berjuang buat masa depan kita." Ucap Joe yakin.
" Terima kasih ko." Ucap Vicky malu-malu.
" Vi...koko sayang kamu." Ucap Joe sambil mengecup tangan kanan Vicky.
" Aku juga sayang koko."
***
Mereka berdua di tambah supir perusahaan papa Martin mengantar orang tua Joe ke bandara. Joe tidak di izinkan untuk membawa mobil bila bepergian jarak jauh karena belum 17 tahun.
" Den. Mau kemana lagi?" Tanya Pak Tarjo supir perusahaan plus keluarga Joe setelah keluar dari bandara.
" Pulang dulu ke rumah. Saya mau ambil motor dulu." Ucap Joe singkat.
" Den abis ini saya langsung ke kantor ya." Kata Pak Tarjo.
Tbc
Setelah sampai di rs dan di tangani dokter. Rico menceritakan semua nya. Vivi sejak kecil di siksa oleh papa yang mengira kematian mama Vivi karena melahirkan nya. Untunglah ketiga kakak kembar Vivi tidak mengikuti jejak papa mereka yang menyiksa gadis ku. Malahan itulah yang membuat mereka dapat di ancam karena papa mereka tidak segan untuk memukul Vivi, jika salah satu dari mereka membangkang.
" Joe. Alasan Vicky tidak mengatakan hal ini sama lo karena dia ga mau buat lo sedih dan terbebani." Perkataan Rico membuatku bingung.
" Tapi biar gimana Joe harus mempertanggung jawab kan perbuatan nya sama Vicky dalam bentuk pernikahan. Dan dasar dari pernikahan adalah kejujuran." Lukas membantah Rico dan mereka berdua berdebat.
" Joe memang harus bertanggung jawab namun andaikata begitu Vicky lulus sma Joe melamar nya apa papa Vicky akan menerima. Kita tahu sendiri Joe kalah kaya di banding Vicky." Ethan memutus debat antara Rico dan Lukas, tak ku sangka terkadang dia bisa bener juga meski banyakan gesrek nya. Rey hanya mematung syok, ah play boy yang satu ini...
" Dari awal gua udah bilang kan. Jangan menyerah meski hubungan lo berdua sulit. Dia udah banyak menderita selama ini. Vicky butuh cowo yang kuat , memang saat ini kita ga bisa berbuat apa-apa, namun setidak nya dia merasa di cintai sama lo Joe. Dengan ada nya lo di sisi nya sekarang cukup untuk mengalihkan rasa sakit nya. " Rico berkata dengan nada bergetar.
" Betul yang Rico katakan. Sekarang kita hanya perlu ada di dekat nya, terutama lo Joe. Vicky lebih membutuhkan lo saat ini. Setidak nya sampai koko-koko nya berhasil dan lo bisa melamar dia nanti." Lukas berkata dengan nada tegas.
" Oke. Yang perlu gua lakuin adalah jangan nangis di depan nya. Jujur liat dia begitu buat hati gua sakit. " Kata ku sembari melangkah ke ruang perawatan nya. Luka nya sudah di obati dan dia sedang tertidur dengan infus menancap di tangan kiri nya.
" Ini surat izin nya. Saya tulis demam berdarah dan tidak boleh di jenguk karena butuh istirahat total." Suara seseorang yang berat membuatku mengalihkan mata ku. Terlihat Rico menerima sebuah surat dari seorang dokter.
" Terima kasih dok." Sahut Rico pelan.
" Alasan gue bawa Vicky kemari karena ada senior ko Vino waktu di sma di sini. Dia jadi dokter spesialis onkologi. Ko Vino awal nya kuliah kedokteran cuma gitu semester 2. Ko Vino keluar dari kuliah nya dan ambil jurusan bisnis. Dan dokter tadi teman dekat senior Ko Vino juga. " Jelas Rico...Aku mendengarkan namun aku hanya mendengar kata senior, Ko Vino dan Sebastian teman Ko Vino.
Rupa nya papa mereka menggunakan gadisku agar tujuan nya tercapai. Begitu menderita nya kehidupan yang di alami gadis ku.
Seminggu berlalu dan Vivi di izinkan keluar. Suatu keberuntungan karena papa nya harus ke Swiss selama 3 bulan. Arti nya kehidupan yang aman dan tentram bagi gadis ku.
**
Kami sudah di semester dua ajaran tahun ini yang arti nya aku sudah berpacaran dengan Vicky selama 6 bulan lebih.
Pagi itu saat istirahat aku berkata pada nya bahwa orang tua ku ingin bertemu dengan nya. Aku sudah menceritakan tentang Vivi kepada mereka, hanya bagian papa nya yang sering menyiksa ku skip belum saat nya mereka tau tentang hal ini. Mama sangat antusias mendengarku sudah punya pacar. Dari dulu mama takut aku menghabiskan masa sma ku dengan belajar dan ekskul, kapan punya pacar nya.
" Mereka mau ketemu sama kamu sweety. Jangan takut mereka baik koq." Ucap ku sambil mengelus rambut Vivi yang halus, suatu kebiasaan bagi ku semenjak berpacaran dengan nya.
" Baik lah.. Kapan aku ketemu mereka,ko?" Jawab nya sembari menyenderkan kepala nya dibahu ku. Kami sedang berada di taman belakang sekolah yang jarang di lalui siswa yang lain, bisa di bilang taman ini sepi banget.
" Secepat nya. Mama malah lagi belajar masak tuh." Aku terkekeh mengingat kekacauan yang di timbulkan mama ku kemarin sore. Untung lah mbo Mirna bisa mengatasi nya.
Mama ku memang tidak begitu bisa memasak dan papa ku tak mempermasalahkan nya. " Papa cari istri bukan pembantu." Itulah kalimat yang di katakan papa jika ada keluarga kami yang meremehkan mama. Mama juga mulai belajar memasak 1 tahun terakhir meski berakhir dengan kekacauan atau masakan mama yang kurang berasa bumbu nya.
Membayangkan Vivi menjadi istri ku membuat ku tersenyum. Aku mendapat paket komplit kalau seandai nya itu terjadi. Dia sering membuat masakan dengan semua cita rasa, Indonesia western asian dan yups masakan nya enak sekali.
" Koko...kantin yuk..mau pastel." Tarikan tangan nya membuyarkan lamunan ku. Seperti nya siklus bulanan nya akan datang sebentar lagi, maka nya dia terus merasa lapar 2 hari ini.
Setelah membeli ah tepat nya memborong sisa pastel yang berjumlah 20 buah dari ibu kantin, setiap ku tanya dia pasti akan menjawab. " Biar cepet abis nya tuh gorengan." Ya gadis ku selain cantik memiliki hati yang baik.
Dia mencomot 1 pastel dan mengunyah nya sembari jalan. Bila gadis lain terlihat jaim dan sok manis, itu tidak berlaku untuk Vivi. Tidak heran sedikit yang bisa menjadi teman nya. Kalau sifat devil nya lagi kumat dia bisa balik mengerjai para cewe yang membully nya. Dia di bully karena pacaran dengan ku, awal mengetahui nya aku marah namun dia berhasil menenangkan ku kalo para cewe centil itu ga akan bisa menyentuh seujung pun kuku nya.
Author POV
Keesokkan hari nya Joe membawa Vicky ke rumah nya. Kebetulan mereka di pulangkan cepat. Baru saja mereka memasuki rumah.
TRANGGGG " Aduhhhh." PRANGGG " Aduhhh."
" Eh den Joe udah pulang. Ada neng Vicky juga. Den. Nyonya lagi masak cuma dapur mbo bakal kayak kapal pecah nih." Adu mbo Mirna sambil frustasi.
" Mbo. Emang ai (tante) mau masak apa?" Tanya Vicky sambil memegang tangan art yang sudah berumur itu .
" Mau masak gorden bulu kata nya." Ucap mbo Mirna yang membuat Joe dan Vicky tersenyum maklum.
" Ke dapur yuk mbo." Ucapan Vicky terpotong karena Joe yang menyela nya.
" Ganti atasan nya dulu. Vi. Emang nyaman masak pake seragam." mbo Mirna tersenyum melihat tuan muda nya memperlalukan seorang gadis dengan lembut.
Setelah berganti baju dan mengepang samping rambut nya. Vicky menuju dapur di mana mbo Mirna udah nunggu di depan pintu dapur. Joe sebenarnya ingin membantu namun dia takut nambahin kekacauan aja.
" Selamat pagi Ai. Sini aku bantuin." Suara Vicky mengejutkan wanita berusia 40an tahun itu. Wajah panik nya berubah menjadi sumringah saat melihat Vicky.
" Eh ini pasti Vicky. Cantik sekali. Joe pinter banget sih cari pacar nya." Ucap Sisca, mama Joe sambil membersihkan tangan nya. Vicky mulai mengambil alih pekerjaan mama Sisca sembari mengarahkan. Sedang mbo Mirna membersihkan dapur. Mama Sisca antusias sekali saat memasak kali ini.
Rupa nya mama Sisca ingin memasak chicken cordon blue , Steak salmon dan sayur nya tumis brokoli. Tepat jam 1 siang semua masakan jadi.
" Eh seperti nya papa nya Joe pulang untuk makan siang. " ucap mama Sisca saat menata makanan di meja.
" Pa. Kenalin ini Vicky. Pacar Joe." Kata Joe sambil memperkenalkan Vicky ke lelaki 50 an tahun itu.
" Cantik banget pacar mu, Joe." Ucap papa Martin sembari menarik kursi utama di meja makan.
" Iya Joe emang pinter pilih pacar." Sahut mama Sisca sambil menarik papa Martin ke meja makan. Kemesraan yang membuat Vicky merasa iri, Joe menyadari sekilas perubahan raut wajah kekasih nya.
" Ma...Joe laper..Bisa kita mulai makan sekarang?" Tanya Joe mengalihkan perhatian mereka .
" Ah ini enak sekali." Puji papa Martin saat mengunyah steak salmon nya.
" Itu Vicky yang masak loh pa. Kayak nya mama sih yes aja pa. Kalau Joe langsung nikah gitu mereka lulus sma." Ucapan mama Sisca membuat Vicky tersedak minuman nya , reflek Joe mengelus punggung nya.
" Ma..mereka masih sekolah. Masih lama banget buat kita bila membicarakan pernikahan." Tegur papa Martin membuat wanita itu cemberut. " Nak Vicky maafin atas perkataan mama. Oh iya panggil papa aja." Ucap papa Martin melanjutkan. Vicky tersentak atas panggilan itu. Orang tua Joe meminta nya memanggil mama papa. Tanpa terasa air mata Vicky mengalir.
" Vicky kenapa kamu nangis nak. Ada yang sakit?" Tanya mama Sisca sambil memegang dahi Vicky.
" Ga ada Ai..eh mama . Maaf kebawa suasana. Mama meninggal saat lahirin aku, jadi aku ga tau rasa nya punya mama. Sekarang rasa nya seperti mimpi aku punya seseorang yang bisa ku panggil mama." Ucap Vicky bergetar menahan agar tangis nya tak semakin pecah.
" Oh sayang..sini mama peluk." Ucap mama Sisca sambil memeluk kekasih putra nya . Dari awal ketemu, dia sudah menyukai Vicky. Wanita itu benar-benar berharap Vicky akan menjadi menantu nya. Sementara kedua lelaki Anthony saling berpandangan , belum pernah mereka melihat nyonya besar mereka dekat dengan seorang gadis. Bahkan pacar koko nya Joe di buat kapok saat pertama kali bertemu dengan nya, ah nampak nya Vicky sudah mengambil hati calon mama mertua. Hati Joe menghangat saat melihat perlakuan mama nya kepada Vicky.
Selanjut nya selama seminggu Joe harus membawa Vicky ke rumah nya karena mama Sisca ingin memasak berdua dengan Vicky, membuat mbo Mirna sedikit lega karena dapur nya tidak akan seperti kapal pecah.
Hari terakhir orang tua Joe berada di Bandung sebelum pergi ke Jerman. Vicky sedang berada di dapur mereka bedua berniat membuat chessecake dan tiramisu.
" Sayang besok kami harus pergi ke Jerman, nemenin Sam dan meninjau perusahaan yang ada di sana." Ucap mama Sisca sedih.
" Ma...nanti kan kita bisa ketemu lagi. Lagipula anak mama ada 2 jadi ya harus di bagi-bagi kan waktu nya." Ucap Vicky sambil mengaduk adonan chessecake nya.
" Kamu bijak banget Vicky...ga kayak kebanyakan cewe pada umum nya. Mama senang Joe bisa ketemu sama kamu." Ucap mama Sisca menuang adonan tiramisu di loyang.
" Maaaa...Udah belum sih masak nya?" Suara Joe membuat kedua wanita berbeda usia itu menoleh . Joe nampak kesal karena mama nya memonopoli kekasih nya dan lebih sayang pada Vicky di banding diri nya yang jelas-jelas anak kandung nya.
" Aduh anak mama.. Sabar dong, mama kan juga lagi belajar masak nih ama calon mantu mama. Masa mama ga bisa masak terus sih. Sekali-kali mau masakin papa juga. Kamu enak sering di masakin ama Vicky." Rajuk mama nya membuat Joe agak menyesal karena memasang muka jutek selama seminggu ini.
Vicky tertawa kecil melihat interaksi ibu dan anak itu.
" Abis mama monopoli Vicky .terus. Aku kan kangen mau manja-manja ama Vicky." Sahut Joe membela diri. Vicky tahu persis arti kata manja yang di maksud lelaki nya. Manja yang membuat dia tidak bisa bangun selama beberapa jam tanpa sadar dia meringis.
" Kan besok kamu bisa manja-manja lagi. Tapi inget jaga batas." Ucapan mama Sisca membuat Joe yang sekarang meringis. Kalau papa atau mama nya tahu Joe udah 'iya-iya' sama Vicky, bisa habis di bantai dia.
Tring. Bunyi oven mengalihkan perhatian mama Sisca dan membuat kedua nya menghela nafas lega. Wangi harum chessecake memenuhi dapur membuat Joe keroncongan.
" Wah enak banget kue nya. Lembut banget ." Sahut mama Sisca dan Joe bersamaan. Rupa nya kedua nya menyukai kue yang manis.
" Udah mama catet kan resep nya? Kapan-kapan bisa kan buatin papa?" Tanya Vicky sambil meneguk pocari dingin.
" Udah. Makasih yah sayang. Mama jadi bisa masak dikit-dikit." Ujar mama Sisca dengan binar kebahagiaan.
" Ma. Pulang dulu ya. Udah sore ntar keburu di cari orang rumah." Sahut Vicky sambil menarik tangan Joe agar berdiri.
" Ya udah ma. Joe antar Vicky pulang dulu ya." Ucap Joe sambil mengecup pipi kiri mama nya.
" Koko seneng banget kamu deket sama mama." Kata Joe saat mereka di mobil.
" Mama orang nya simple ya. Ga yang neko-neko dan yang terpenting mama nya koko baik banget sama aku." Sahut Vicky sambil mengelus punggung tangan Joe.
" Iya mama berharap banget kamu jadi menantu nya." Ucapan Joe membuat pipi Vicky memerah. " Vi...koko tau kita baru sebentar menjalin hubungan dan apalagi kita juga sering lakuin 'itu' koko pasti berjuang buat masa depan kita." Ucap Joe yakin.
" Terima kasih ko." Ucap Vicky malu-malu.
" Vi...koko sayang kamu." Ucap Joe sambil mengecup tangan kanan Vicky.
" Aku juga sayang koko."
***
Mereka berdua di tambah supir perusahaan papa Martin mengantar orang tua Joe ke bandara. Joe tidak di izinkan untuk membawa mobil bila bepergian jarak jauh karena belum 17 tahun.
" Den. Mau kemana lagi?" Tanya Pak Tarjo supir perusahaan plus keluarga Joe setelah keluar dari bandara.
" Pulang dulu ke rumah. Saya mau ambil motor dulu." Ucap Joe singkat.
" Den abis ini saya langsung ke kantor ya." Kata Pak Tarjo.
Tbc