Jumat, 06 Oktober 2017

It's Start with A wrong way to love you~ 4


Part 4 ~ Biarkan semua nya mengalir

Victoria POV

Apa-apaan itu bisa-bisa nya lelaki itu  menggoda ku.  Masa iya aku jatuh dalam pesona nya setelah dia mengambil kesucian ku yang harus nya ku persembahkan kepada suami ku kelak.  Mengingat itu rasa nya aku tiba-tiba sedih.

" Vicky...." Suara Rico menyadarkan ku " Di makan ramen nya ntar keburu dingin."

" Rico .. Gue merasa kotor..." ucap ku lirih.

" Vicky...Gue tau ini berat dear, dan gue yakin lo pasti bisa lewatin semua ini.  Johanness juga udah bilang bakal tanggung jawab ama lo." Ucapan nya memang benar . Ah sekarang yang paling penting makan dulu, ramen pedas ini sangat menggoda di tambah dengan tempura udang yang crispi saat semua nya habis aku mencomot lagi tempura milik Rico yang di maklumi oleh nya.

Tak terasa motor Rico memasuki gerbang komplek perumahan tempat tinggal ku.  Aku merasa ingin tidur untuk waktu yang lama, untung lah besok hari minggu dan aku tidak perlu bangun pagi.

" Vicky masuk lah. Istirahat yang cukup." Ujar Rico saat menghentikan motor nya di depan gerbang rumah ku. Pintu gerbang  membuka otomatis aku yakin pak Amin , 1 dari 10 security yang di rekrut papaku untuk menjaga rumah yang seperti istana di negeri dongeng.

 Pak Amin pasti sudah melihat wajahku dari monitor cctv di depan gerbang rumah papaku.

" Mau makan apa non?" Tanya bi Sumi art berusia 50 tahun yang separuh umur nya di abdikan untuka mengurus keluarga ini.

" Tidak usah bi. Aku baru makan." Aku menolak namun bi Sumi seperti hendak mengatakan sesuatu.

" Ayolah non, mumpung non bisa beristirahat dengan tenang." Raut muka nya menyiratkan kesedihan.

Aku menghela nafas dan berkata " Baiklah buatin aku apa aja. Aku ganti baju dulu bi."

Aku sedang membaca buku saat ko Vino masuk ke kamar ku. " De..ini iphone baru dede. Nomor nya sama yah.koko udah urus di gerai operator nya." Sahut nya sambil menyodor kan sebuah kotak. Kakak ku yang satu ini saat royal dalam memberikan ku apa saja ketimbang ke2 kakak ku yang lain.

" Makasih ko." Ucap ku sambil memeluk dan mencium pipi kiri nya meski agak susah karena tubuh ku yang pendek ini.

" De..maaf tadi ga bisa jemput ada meeting mendadak setelah koko pulang kuliah." Raut muka nya menunjukkan kelelahan , aku tau kalo ko Vino tidak menyukai kerja di kantoran dia ingin menjadi dokter namun karena aku dia tidak dapat meraih cita-cita nya meskipun papa mengizinkan ko Vino untuk mengambil kuliah kedokteran.

" Ga apa-apa ko. Dede tadi main dulu di rumah Rico."

" Rico, dia memang bisa di andalkan." Kata kakak ku lagi.  Ingin rasa nya aku menceritakan tentang kejadian ini pada ko Vino namun melihat muka nya lidahku terasa kelu.

" Dede. Ada apa?" Tanya ko Vino rupa nya aku menghela nafas cukup keras.

" Ko, kalau ada seseorang yang tadi nya benci koko terus akhir nya orang itu sadar kalo udah nyakitin koko terus dia mau minta maaf. Koko bakal maafin ga?" Tanya ku memberi perumpamaan.

" Kalau orang itu tulus dan menyadari kesalahan nya. Dia layak untuk di maafkan." Kata nya sambil mengelus kepala ku.

" Ko, besok dede mau ke mall ganti kacamata beli buku dan cuci mata " kata meminta izin.

" Oke tapi jangan kemalaman ya." Aku mengangguk saat ko Vino memberikan izin.

" Oh iya ini buat jajan dede." Sahut nya sambil memberi amplop coklat aku membelalakan mata melihat lembar seratus ribu yang segepok itu. " Terima de mumpung profit perusahaan lagi bagus itu koko dapat bonus yang banyak koq. De bersabar ya sebentar lagi koko koko mu pasti berhasil." Ucap nya lagi.

" Terima kasih ko." Ah semoga bank ada yang membuka layanan weekend nya. Ini sangat banyak untuk sekedar jajan.

Aku bersiap setelah memakan sarapan ku . Rasa nya celana legging panjang hitam di padukan kaus sweater marron paduan yang pas di tambah tas selempang sedang dan flat shoes berwarna senada dengan sweater longgar ku itu didalam nya aku mengenakan tanktop untuk mencegah hal-hal yang tidak ku inginkan.

" Non saya antar ya?" Tawar pak Imron supir pribadi keluarga ku dia juga suami bi Sumi mereka tinggal di sini hanya terpisah dari bangunan utama.

" Nanti merepotkan bapak saja." Tolak ku halus .

" Ga apa non sesekali ini. Lagian tuan besar juga lagi ga ada kan?" Ah pak Imron masih memaksaku rupa nya aku mengangguk lalu masuk ke mobil ko Vito.

" Mau di jemput non?" Tanya pak Imron begitu sudah sampai.

" Tidak usah pak. Nanti saya pulang sendiri." Ucapku lalu keluar dari mobil.

Urusan kacamata selesai aku harus menunggu besok untuk mengambil nya. Beli buku makan juga sudah, untunglah ada layanan weekend perbankan di bank ini jadi aku menabung uang yang semalam di berikan Ko Vino menyisakan 6 lembar di dompet ku. Masih jam 1 siang mau ke tempat Rico pasti dia udah ada janji dengan kak Kenzo kesayangan nya.

Jujur awal aku sempat kaget saat menemukan Rico berciuman dengan sesama lelaki kayak ga ada cewe yang mau ama dia aja, namun ya sudahlah itu hak nya dia. Ngomong-ngomong soal ciuman aku teringat saat bibir Johannes yang menyentuh bibir ku rasa nya lembut dan kenyal dan milik nya yang besar memenuhi kewanitaan ku.  Ah Victoria kenapa kamu jadi mesum sih ingat dia udah perkosa lo. Lo harus jual mahal ga kelihatan murahan juga kan di depan dia. Ya begitu lah aku berperang dengan hati ku.

Aku ke taman musik saja sekalian bersantai dan cuaca nya juga mendukung tidak terlalu terik juga.  Banyak hal yang bisa ku lakukan di sana mengambil foto dengan iphone baru ku, menikmati pertunjukan daerah atau hanya sekedar bersantai oh iya aku harus membeli minum dan cemilan untuk bekal ku di sana.

Sebotol air mineral, minuman ion dingin dan beberapa cemilan sudah di tangan ku, saat nya meluncur. Ah agak  ramai karena hari sabtu banyak orang yang kemari, setelah meletakkan bokong ku, di tempat yang masih tersedia aku mengambil iphone ku dan mulai mengambil foto. Eh ini iphone keluaran terbaru lagi aku baru sadar saat membuka aplikasi di dalam nya. Ko Vino memang benar-benar....

Setelah puas mengambil foto aku menyimpan iphone ku di saku sweater dan menseleting nya. Aku lebih suka menyimpan iphone di saku baju dari pada di tas karena alasan keamanan.  Aku mengambil sebotol minuman ion yang sudah tidak terlalu dingin dan menyisakan setengah isi nya.

Saat aku lagi asyik mengunyah wafer, bahuku di tepuk oleh seorang...pria berkacamata mungkin usia anak kuliahan.

" Dek..mau bantu kakak ga?" Tanya nya.

" Bantu apa kak?" Tanyaku sambil mencari karet gelang untuk menutup plastik wafer, aku selalu menaruh beberapa di tas.

" Jadi model kakak dan teman-teman kakak." Ucap nya sambil menunjuk 5 orang ah 3 laki-laki dan 3 perempuan kayak berpasangan aja.

" Kakak yakin mau aku jadi model, aku ga gitu tinggi kak." Aku udah pewe dengan posisi ini jadi aku memberikan alasan itu.

" Ga apa-apa kamu bisa dan cocok. Teman-teman kakak bilang kamu cantik sekali." Moduskah pria ini? Namun di lihat dari mata nya dia serius.

" Oke aku mau." Sahut ku sambil mencoba berdiri .  Pria ini memberikan tangan nya membantuku berdiri aku berterima kasih atas bantuan nya.

" Siapa nama nya dek?" Tanya nya lagi.

" Victoria Christoper Jacobus." Sahutku memperkenalkan diri dan mengikuti langkah nya.

" Nama yang bagus. Nama kakak Nurbianto panggil aja Anto. Hey guys dia mau oh ya nama nya Victoria." Ucap nya sambil memperkenalkan diri ku.

3 perempuan dengan rentang umur 20-30 tahun itu bersorak riang saat itu juga semetara 2 pria itu hanya terdiam.

" Oke Victoria kamu cukup berdiri di sini. Emhh pakai ini biar sinar matahari tidak mengenai rambut mu." Ujar nya sambil menyerahkan sapu tangan lebar yang masih terbungkus plastik itu segera ku buka plastik itu dan mengenakan nya seperti bandana. Ah warna nya marron seperti sengaja di sesuaikan dengan sweater ku.  Aku menaiki podium kecil dan memberi senyuman terbaik . Sedetik kemudian aku menyadari seluruh mata di taman ini tertuju pada ku.

" Kakak..Sudah bisa di mulai keburu sore." Teriakku memecahkan keheningan.

Mereka ber6 meminta maaf pada ku lalu mulai menggambar . Coba aku juga membawa peralatan gambarku, aku pasti akan menggambar di sini. 3 menit terlalui dan satu persatu memberi ucapan selamat dan terimakasih serta memberikan gambar mereka pada ku yang langsung ku masukkan ke tas ku . Setelah melihat jam dinding yang tergantung di salah satu sisi aku mohon pamit kepada mereka aku masih dapat mendengar sayup-sayup suara mereka yang mengatakan aku cantik.

" Eh sapu tangan nya." Aku menggumam di taxi saat menyadari di kepalaku masih bertengger sapu tangan pria itu .

" Ada apa neng?" Tanya supir taxi itu rupa nya dia mendengar gumaman ku.

" Tidak apa-apa,pak " Ya sudah nanti aku cuci dan kembalikan saja kalau ketemu kakak itu lagi.

Seperti biasa bi Sumi menawariku makan yang kali ini ku iyakan dengan cepat. Setelah makan aku menaiki tangga menuju kamar ingin cepat mandi rasa nya.  Setelah aktivitas mandi kelar aku nengeluarkan isi tas selempang ku di kasur dan menyimpan nya di lemari. Aku melihat satu persatu gambar diri ku yang tadi sore di lukis oleh ke6 orang itu.  Ada yang lucu ada yang bagus campur campur lah pokok nya.   Tangan ku menyentuh nomor telepon yang tertulis di bawah berserta pesan yang berbunyi

Kami selalu mengadakan pertemun setiap hari minggu untuk melukis.  Jika tertarik untuk ikut bisa hubungin aku. Nurbianto 0812xxxxxxx.


Ah aku merasa di modusin lagi. Cuma saat melihat keenam nya aku tidak merasakan aura jahat pada mereka. Oke aku tau kalian bingung dari dulu aku mempunyai feeling yang kuat dapat merasakan apa seseorang itu baik atau tidak dan percayalah itu sangat-sangat-sangat membantuku dalam menilai seseorang.

Ku raih iphone ku yang tinggal 10 %  lagi batere nya, aku harus mencharge nya setelah memasukkan nomor itu di kontakku.

Alarm membangunkan ku pukul 5 pagi. Mungkin karena tidurku nyenyak dari hari sabtu kemarin sehingga aku merasa segar.

Aku menyelesaikan mandi dalam waktu 20 menit.  Aku melilitkan handuk di kepala saat memakai seragam kulirik masih pukul 5 30 masih ada waktu sedikit untuk mengeringkan rambut ku.  Pukul 6.00 aku turun dan memakan sarapan dengan ko Vino.

" Udah kelar de. Ayo koko antar." Ucap nya setelah aku meneguk susu coklat ku.

" Bentar minum air putih dulu." Aku selalu minum air setelah minum susu untuk menghilangkan rasa manis di mulutku walau ga gitu ngefek karena seteguk aja yang ku minum.

Tepat pukul 7.00 5 menit sebelum gerbang di tutup. Setelah menaruh tas aku menyusul Rico di lapangan untuk upacara kenaikan bendera.  Meski sekolahku bertaraf internasional setiap senin pasti di adakan upacara alasan nya sih untuk meningkatkan rasa nasionalisme terhadap negara.

Masih ada 30 menit sebelum pelajaran di mulai, Rico menarikku ke kantin rupa nya dia melewatkan sarapan nya.

" Mau makan apa?" Tanya nya sambil menarik ke arah meja yang kosong.

" Tadi gue udah makan masih kenyang." Jawab ku lagi setelah itu dia melesat dengan cepat ke tukang soto ayam.

2 mangkok soto dan 1 piring nasi serta 2 es teh sudah tertata rapi meja kami. " Rico lo mau makan semua nya?" Tanya ku lagi.

" No, dear. Yang 1 ini buat lo." Sahut nya menyodorkan mangkok ke arahku.

" Gue masih kenyang. Rico." Rajukku kepada lelaki yang sebenar nya tampan cuma 'belok' ini.

" Gue ga mau tau lo makan lagian ga gitu banyak koq. Kalo ga abis gue yang abisin." Putus nya, mau ga mau aku memakan nya.
Tiba-tiba kantin berubah lebih ramai dari sebelum nya.

" Eh Ric. Koq kantin jadi rame?" Ucapku heran.

" Ya lah rame tuh pangeran lo dateng." Tak lama setelah Rico mengucapkan nya. Johannes duduk di samping kiri ku, sedangkan Lukas di samping kanan ku. Rey dan Ethan mengapit Rico yang ada di depan ku. Wew jangan sampe Rico kesemsem ama salah satu di antara 3 cowo ini mau di kemanain juga kak Kenzo nya.

" Koq ga di habisin soto nya?" What aku makin merinding mendengar nya semanis ini.  Aku hanya terdiam sambil meminum es teh ku.

" Pagi-pagi udah minum es. Ga baek itu. " Well kesabaran ku udah mulai habis namun aku masih menahan nya.

" Terserah." Jawab ku singkat namun sebuah rangkulan di pinggang membuatku terkejut. Segera ku injak kaki nya dan meninggalkan kantin dengan kesal.  Terdengar tawa yang keras saat aku menjauh.

" Ish Vicky....lo ninggalin Joe gitu aja." Cerocos Rico saat mendudukkan bokong di kursi.

" Lo sejak kapan ce.es.an ama dia?"

" Lo ngambek nih cerita nya." Sahut nya menggoda ku. " Padahal dia keliatan nya serius loh."

KRINGGG Thanks God aku terselamatkan oleh bel.  Setelah menyalin 10 soal dari buku Rico aku mengerjakan soal-soal itu selama 15 menit lalu mulai mengambil kertas hvs untuk mengambar. Rico hanya menggelengkan kepala saat melihat ku.

Skip pulang sekolah.

Untung 30 menit yang lalu aku izin ke toilet sehingga tidak menyusahkan perjalanku ke mall untuk mengambil kacamata. Aku pergi naik taxi.  Rico ya sudah janji untuk ke apart kak Kenzo, mudah-mudahan mereka ga berbuat macam-macam , berdua satu ruangan apalagi mereka lagi fall in love.

Untunglah kacamata ku sudah jadi segera ku pakai sudah pas tidak ada yang perlu di betulkan. Setelah membayar kekurangan nya aku melangkah keluar dari optik. Tiba-tiba tangan kanan ku di pegang aku reflek menoleh ah ternyata..

" Kenapa ga minta di anterin sama aku?" Tanya nya membuka percakapan .

" Males..." Aku menjawab singkat tiba-tiba kriukkk Dasar perut pengkhianat bisa-bisa nya berbunyi saat ini.

" Ayo makan." Ucap nya menarik tangan ku ke resto jepang. Ah dari mana dia tau aku sangat menyukai ramen udon dan sejenis nya. Aku baru sadar dia hanya sendiri tumben banget.

" Mau pesan apa ade yang ganteng dan cantik?" Oh waitress itu juga seakan menggoda ku.

" Ramen pork level 3 minum nya ocha dingin." Sahut ku.

" Samain aja mas." Kata lelaki itu lagi." Eh tambahin tempura 2.

" Oke ramen pork level 3 nya 2  tempura udang 2 ocha dingin 2." Ulang mas waitress itu menyakinkan pesanan kami.

Aku merasa risih saat makan makan panas berkuah dengan kacamata maka itu aku menyimpan nya kembali ke dalam kotak nya dan menaruh ke dalam tas.  Mata ku masih bisa untuk melihat jarak dekat dan itu ga masalah bagi ku.

" Koq di lepas?" Tanya nya heran.

" Berembun."


" Vivi...Mungkin kamu masih marah sama aku sekarang namun ga lama lagi aku bakalan dapetin hati kamu." Ucapnya narsis aku hanya mendesis saat mendengar nya.

" Permisi pesanan nya datang." Sahut waitress memecahkan suasana. Ah ramen di depan ku lebih menggoda di banding lelaki di depan ku.

 " Ga takut gemuk." Suara nya mengganggu saja, ramen ku tinggal setengah padahal aku langsung melotot kepada nya menginsyaratkan agar dia diam dan melanjutkan makan kami.

Dengan sedikit paksaan dia berhasil membujukku untuk di antar oleh nya. CTARRR. What the hell, mau ujan pula mana jarak rumah ku masih jauh. Lelaki ini mengebut sehingga membuat ku memeluk pinggang nya. Eh perasaan apa ini kenapa pinggang nya terasa nyaman di tangan ku aku memajukan badan ku hingga ckittt dia mengerem saat lampu merah, jarakku yang terlalu dekat membuat payudara ku menempel di punggung nya. Ahhh aku memekik pelan. Saat akan menarik tubuh ku dia malahan memegang jemari ku yang ada di perut nya.

" Vi..ke rumah aku dulu yah. Liat makin gelap takut nya ujan nya turun pas di jalan. Rumah ku bentar lagi sampe. Ok sweety." Apa-apaan itu seenak nya saja memutuskan sesuatu.  Memang sih yang di katakan nya benar.

Dia memasukkan kode pasword dan pintu gerbang terbuka. Ada pos satpam namun pada tidur security macam apa itu. Rumah nya sedikit lebih bagus dari rumah Rico. Dia memegang tangan ku menariknya ke lantai 2 menuju KAMAR.. Serius nih kamar, dia mau ngapa-ngapain aku lagi dong.  Baru tadi mikirin Rico dan kak Kenzo sekarang aku kena batu nya.

 Eh kamar nya rapi juga dan lihat lah buku-buku itu dari mana dia mendapatkan nya padahal sudah lama dan langka. Otomatis aku membuka sepatu dan kaos kaki ku dan meletakkan di pinggiran agar tidak tertendang kaki nakal.

Perlahan aku mengambil 1 buku dan membaca nya, tiba-tiba dia menciumku di dahi.  Apa maksud nya itu. " Aku ga suka kamu cuekin karena buku." Oh lihat dia menarik buku itu dan menaruh nya kembali ke meja.

" Vi.." dia menarik tubuh ku hingga berdiri lalu memeluk pinggang ku. "Vi. aku mau kita memulai nya dengan baik."

" Kata siapa koko udah aku maafin." Ucapku ketus namun dia hanya tertawa.
Aku harus mendongak karena dia tinggi. Entah dia sadar ato ga dia melepaskan pelukan nya dan mendudukkan ku di tepi ranjang. Dia berlutut menyamakan posisi wajah kami ah ranjang nya pendek sehingga dia bisa melakukan itu.

Melihat nya dari sedekat ini membuat jantungku ga karuan,  tampan juga dia apalagi dengan kulit gelap khas terkena matahari membuat nya terlihat lebih emh.. macho?  Aku ga tahan berlama-lama menatap nya hingga aku membuang muka namun pipi ku di tangkup oleh kedua tangan nya yang hangat.  Dia memaksaku untuk menatap wajah nya. Deg .deg.deg...  Jantung ku makin berpacu hingga Johanness mencium bibirku lembut, ah rasa nya sungguh lembut dan nikmat. " Aaahhh.."  Dia memanfaatkan desahanku untuk menyusupkan lidah nya ke mulut ku.  Aku merasa lemas dan mencari-cari pegangan. Aku merasa tangan nya memegang tengkuk ku untuk memperdalam ciuman kami.  Ini bahaya ciuman nya semakin turun ke leher aku ingin berteriak namun tubuhku bereaksi lain.

" Hhhh hhh kamu ga bisa kan nolak waktu aku cium bukti nya kamu mendesah." Kata nya sambil mengambil nafas dan itu menyadarkan ku dari buaian ini "Adaaaauu." Biarin aja dia kesakitan karena aku cubit perut nya abis ngeselin banget sih.

" Vivi sakit nih di cubit." Eh mulai merajuk rupa nya. Aku hanya cemberut hingga tak menyadari kalau dia memeluk perut ku dan meletakkan dagu nya di leher ku. Aku mencoba meronta namun kekuatan ku tak sebanding akhir nya aku terdiam.

" Nah gitu dong kamu diem pas aku peluk." Bukan perkataan nya yang buat merinding namun hembusan nafas nya di leherku yang buat aku kegelian.

" Vivi, please sweety kasih aku kesempatan buat nebus semua nya." Kata nya di ceruk telinga ku. Aku makin kegelian sekaligus nikmat.  Desahan sialan meluncur mulus dari bibir ku.  Berduaan dengan lawan jenis di ruangan tertutup terlebih lagi di luar hujan mulai turun dengan deras nya sangat berbahaya.

Perlahan dia membalik tubuh ku dan mata kami saling bertatapan.  Ah dia punya mata coklat yang indah.  What indah aku kagum ama dia? Ga mungkin.  Dan bibir nya mulai melumat kembali bibir ku awal nya aku tidak merespon namun sentuhan tangan nya yang menyusuri tubuh ku begitu nikmat sehingga aku menginginkan lebih.
" Ahhhhhhhh." Desahan panjang meluncur dari bibir ku, aku merasa badan ku melayang dan Johanness menindihku.

" Kamu boleh bilang aku brengsek Vi.  Bibir kamu menggoda untuk di cium dan itu membangunkan 'dia'.  Aku hanya melakukan ini sama kamu." Ucap nya sambil membimbing tangan ku ke milik nya yang sudah mengeras, entah karena ingin atau penasaran sehingga aku meremas nya dari balik celana nya.

" Vivi...stop it sweety atau kamu akan menyesali nya." Suara parau itu membuat vagina ku gatal , panas dan basah, tanpa sadar aku menggeliat di bawah tubuh nya.

" Oke kamu yang menginginkan nya." Ucap nya lalu menciumi seluruh wajah ku sedang tangan nya membuka seluruh seragam ku.  Aku sudah telanjang sekarang, remasan dan isapan bergantian ku rasakan di kedua payudara ku. Aku semakin mendesah saat tangan nya membelai vagina ku yang sudah semakin basah.  Teriakan ku semakin menggila saat lidah nya menyapu klitoris ku hingga aku orgasme dan menjepit lidah nya dengan milikku.

" Nanti lakukan yang sama dengan punyaku." Setelah mengatakan itu bless dia menancapkan junior nya dalam milikku yang masih terasa sakit.  " Oh sempit banget Vi punya kamu." Racau nya sambil menggoyang pinggul nya.

"Sakit?" Tanya nya lembut aku menggeleng dan menjawab." Nikmat ko. Lebihh cepat...ahhh..ko..yang dalem ko tusuk nya." Oh lihat lah aku seperti jalang saja saat melakukan hubungan intim dengan nya.

" As you wish." Erangan teriakan keluar dari tubuh ku sampai aku menjambak nya saat pelepasan ku tiba. " Oh Vi. Punya kamu menjepit kuat. Oh sweety. Kamu nikmat banget." Terserah lah mau ngapain lagi dia aku udah cape melayani nafsu nya.  Tak lama kami berdua mengerang kembali dan dia ambruk di tubuh ku.

" Ko.." Panggil ku saat nafas kami sudah teratur.

" Ada apa?" Tanya nya masih berada di atas ku dia menyangga tubuh nya dengan lengan agar bisa melihat wajahku.

" Koko.. Ga boleh tinggalin aku. Ga mau tau." Kata ku sambil membuang muka.

" Jadi kamu udah maafin koko dan terima koko?"

" Kapan koko nembak nya? Koq aku ga berasa di tembak ya?" Sindir ku.

" Jadi mau di tembak nih ?" Tanya nya menggoda, aku hanya menggangguk lemah mungkin pipi ku sudah memerah.

Tbc






Tidak ada komentar:

Posting Komentar