Jumat, 06 Oktober 2017

It's Start With A wrong way to love you~3

Part 3 : Felt guilty and the love will be

Johanness POV


" Gue yang udah buat dia kayak gini. Mulai sekarang dia tanggung jawab gue." Perkataan ku membuat lelaki di depan ku mengalah, bisa ku lihat ekpresi kaget ke 3 teman ku.  Gadis yang ada dalam gendongan ku amat kurus aku ragu berat nya mencapai 45 kilo.  Untung lah guru-guru sedang rapat jadi pelajaran akan kosong selama 1 jam setelah istirahat pertama tadi.

" Rey sekarang jam berapa ?" Tanya ku pada Rey yang memang sedang menggunakan alroji.

" Jam 10 kurang 10." Jawab nya. Aku mengangguk dan meneruskan langkah ke uks. Mereka mengikutiku di belakang. Aku dapat menangkap pancaran raut kecewa Lukas kepada ku. Ya setelah ini mereka pasti akan menyidangku.

Aku membaringkan tubuh mungil ini dengan hati-hati seakan takut membuat nya terluka.  Setelah menyelimuti nya aku mengecup sayang kening gadis yang tadi pagi masih ku benci.  Namun kenyataan berkata lain. Aku sudah merusak kesucian gadis ini dan aku pasti bertanggung jawab akan perbuatan ku. Aku memandangi wajah nya yang sangat cantik, lelaki yang tadi menghajar ku menepis tangan ku yang hendak membelai wajah nya.  Dia terlihat menahan marah dan cemas melihat teman nya tidak sadarkan diri.  Dada ku terasa sesak saat lelaki itu mengusap lembut rambut Victoria.

" Johanness Andreas Anthony... Ada yang mau lo katakan." Lukas memanggil nama lengkap ku, aku menengok ke arah nya terlihat wajah Lukas yang kecewa pada ku di bandingkan Ethan dan Rey mereka ber2 masih terkejut drengan apa yang di lihat mereka tadi.

Aku menghela nafas pendek sebelum berkata." Sejuta kata maaf dari gue ga bakal balikin kesucian Victoria. Kalian tau gue bukan pengecut yang lari dari tanggung jawab."

" Ya gue tau itu dude, sekarang lo bicarakan baik-baik dengan Victoria. Lo tau kan ada kemungkinan dia membenci lo." Ujar Lukas kembali.

" Kalo lo mau bertanggung jawab tunjukkan pada Vicky kalo lo cowo yang pantas buat dia.  Dia sudah cukup banyak menderita dan berikan keyakinan bahwa lo lah tempat dia bersandar.  Jangan pernah tinggalin dia walaupun keadaan sulit untuk kalian." Lelaki itu membuka suara, apa arti nya dia merestui aku berhubungan dengan teman nya. " Rico..Rico Permana nama gue."

Ah dia memperkenalkan diri nya. Dia masih berusaha menyadarkan Victoria ketika berbicara pada ku tadi. Tidak ada tanda gadis itu akan sadar.  Aku menghampiri Victoria karena dia terlihat gelisah keringat membasahi keringat nya reflek aku menggenggam tangan nya dan mengusap rambut nya yang halus. Wangi stoberi yang membuat ku lupa diri saat mencium leher nya tadi.

Perlahan dia membuka mata nya dan air mata nya mengalir deras. " Salah aku apa ko?" Lagi-lagi dia menanyakan hal itu dan membuatku merasa nyeri.

" Vicky lo harus bicara berdua ama Johanness. Gue ga bakal jauh-jauh oke. Jadi seandai nya lo teriak gue pasti bisa denger . Bicarakan baik-baik. Dear." Ucap Rico sebelum akhir nya mengecup kening gadis ku. What gadis ku, kenapa aku seposesif ini terhadap seorang gadis. Setelah itu dia menarik ke3 teman ku memberi kami ber2 privasi.

" Victoria..." Gadis itu menoleh pada ku dia berusaha untuk duduk namun ringisan kecil keluar dari bibir mungil nya yang terasa lembut dan manis. Ingin aku merasakan nya lagi. Ish aku menjadi mesum saja sejak melepas keperjakaan ku setidak nya aku juga mendapat gadis yang perawan.

" Masih sakit?" Tanya ku lembut PLLAKKK dia menepis tangan ku yang hendak membantu nya. Oh ayolah Joe mana ada gadis yang senang di perkosa. Dia perlahan membuka rompi nya lalu membuka kancing seragam nya. "  Kalo koko belum puas lakukan lagi." Oh shit dia meloloskan seragam nya menyisakan bra nya. Oh lord aku bisa lepas kendali lagi jika gadis ini berbuat nekat . Jujur aku menginginkan nya lagi namun tidak untuk saat ini.

" Victoria." Aku menegur nya dan menahan tangan nya agar tidak berbuat nekat lagi. Aku bergelut untuk memasang kembali seragam nya. Setelah itu kupeluk perut nya.

" Maafin aku Vi..maaf...kamu boleh pukul aku kalo itu bisa buat kamu lega." Aku menyingkat nama nya menjadi Vi karena menurut ku terdengar indah di telinga ku.

Berhasil dia tenang perlahan ku balik badan nya menghadapku. Mungkin kalian boleh menganggapku lancang namun hanya ini ide yang terpikir kan.  Aku mencium bibir nya lagi, bibir yang membuatku gila. Terasa lembut dan manis aku mengecup nya dengan lembut menyakinkan bahwa aku serius pada nya terasa asin karena air mata nya masih mengalir yang tak terduga dia membalas ciuman ku.

Aku melepaskan pagutan bibir kami namun masih menyatukan kening kami , aku memeluk pinggang nya " Hhhh...hhhh...Vivi...bolehkan aku memanggilmu seperti itu?" Aku mati-matian menahan nafsu ku.  Dia hanya diam seperti nya dia setuju aku memanggil nya Vivi. " Vi...Maukah kamu memaafkan aku?" Dia hanya menangis saat aku menanyakan itu.

" Aku tidak bisa memaafkan dengan mudah, ko." Hanya itu kalimat yang di katakan gadis ini. Apa maksud nya? Apa dia ingin melihat seberapa usaha ku untuk mendapatkan maaf sekaligus hati nya.

" Baik lah kalau itu mau mu. Aku pasti akan mendapat maaf dan memenangkan hati mu." Sekilas aku melihat rona merah di pipi nya. Kontras sekali kulit kami dia amat putih sedangkan aku berkulit gelap.

" Boleh aku mencium mu lagi?" Aku sengaja bertanya kali ini. Ah pipi nya semakin merona.

" Nanti ada yang masuk dan melihat kita. Ko." Ucap nya malu-malu.

" Berarti kalo di tempat sepi dan cuma berdua mau nih." Ucapku menggoda nya." AAAAUUU" Pedas sekali cubitan nya di perut ku. BRAKKKK pintu uks terbuka tampak Rico dan ke3 teman ku merangsek masuk.

" Vicky lo ga apa-apa kan?" Tanya Rico cemas. Ah liat saja kalau aku sudah memenangkan hati Vivi akan ku tunjukkan bahwa dia milikku. Ah aku cemburu rupa nya.

" Joe, lo ga macem-macem kan?" Tanya Rey sarkastik nyindir aku rupa nya.

" Rico gue mau ke toilet." Kata Vivi menyadarkan ku. Rico membantu nya turun ringisan kecil keluar lagi eh kenapa dengan cara jalan nya.

" Stop Victoria, lo yakin mau keluar dan jalan dengan keadaan seperti ini." Ethan menghadang kedua nya yang akan keluar uks.

" Gue mau pipis..." Lirih gadis itu.

" Izin pulang aja ya Vicky." Sahut Rico terlihat keraguan dalam raut wajah nya.

" Gue ga mungkin pulang dengan keadaan seperti ini lagipula ko Vino mau jemput gue kan. Co?" Tanya nya lirih

" Ah tadi ko Vino sms gue. Dia bilang ada rapat mendadak jadi ga bisa jemput lo." Eh koko nya dekat juga dengan lelaki ini.

" Lo ke rumah gue aja dulu. Bersihin badan baru lo pulang. Ga ada bokap lo ini kan." Tawar Rico pada gadis ku. Ah sebenar nya seberapa dekat mereka.

" Gue ikut kalian." Ceplos ku tiba-tiba membuat Rey melotot dan menyikut siku ku.

" Terserah lo aja." Jawab Rico singkat.

" Kalo gitu kita ber3 juga ikut." Sahut Ethan membuat ku terkejut. Memang nya mereka pikir aku mau pukul-pukulan ama Rico ini.

" Cish rumah gue bukan tempat sosial. Jangan minta makan atau apapun." Jawaban Rico membuat Lukas tertawa. Jelas sekali Rico tidak menyukai kami.

DI BERITAHUKAN KEPADA SELURUH MURID NUANSA  BAKTI. HARI INI PELAJARAN DI TIADAKAN DAN SETELAH INI KALIAN BOLEH PULANG.TERIMA KASIH.

" Vicky lo.tunggu sini ya gue ambil tas dulu." Ujar Rico sambil berlari.

" Joe, lo juga tunggu sini juga. Kita mau ambil tas." Sahut Lukas menarik Ethan dan Rey keluar dari uks.

" Bisa jalan. Mau di gendong ga?" Tawarku pada gadis cantik ini.

" Emang ga berat?" Tanya nya pelan. What!! Dia ga berasa apa kalo badan nya kurus gitu. Mungkin aku harus sering-sering mengajak nya makan agar tubuh nya lebih berisi. Emmhh payudara nya sih cukup besar pas di tangan ku. Aduh Joe lo berfikir mesum lagi.

" Ga berat. Badan ku lebih besar dari kamu. Sweety. Jadi aku ga kesulitan gendong kamu." Lagi-lagi pipi nya merona. Aku sangat senang menggoda nya. Tanpa aba-aba aku menggendong nya lagi dengan ala bridal style. Dia membenamkan wajah nya ke dada ku. Mungkin dia merasa malu.

" Ini bukan apa-apa. Sweety." Ucapku sambil mencium puncak kepala nya.

" Woiiiii. Inget ini uks." Sahutan Rey membuyarkan suasana romantis. Ah dasar playboy pengganggu.

" Rumah lo di mana?" Tanya ku pada lelaki yang menenteng tas ransel marron. Eh apa gadis ini suka dengan warna itu mengingat bra cd dan hotpant ny juga berwarna marron.  Setelah mengatakan alamat nya kami menuju parkiran dengan Vivi yang masih di gendongan ku. Untung sudah sepi karena kami memang menunggu sekitar 30 menit.

" Biar Vivi sama gue." Sahut ku ketika Rico akan mengambil gadis dalam gendongan ku. Terlihat tidak rela namun sedetik kemudian dia mendesah dan berkata " Baiklah."

" Vicky..Lo mandi dulu deh di kamar biasa. Peralatan nya masih lengkap koq malahan ada yang gue tambahin." Celetuk Rico saat kami tiba di rumah nya. Rumah nya sama luas dengan rumah kami ber4 dengan kamar-kamar di lantai 2.  Rico menahan ku yang hendak mengikuti Vivi.

" Lo mau ngapain?"

" Eh lo gamer juga ya?" Tanya Rey. Ah aku lupa jika playboy itu seorang gamer mungkin game itu bisa mengalihkan perhatian Rico sehingga aku bisa memasuki kamar gadis ku.  Ingatkan aku untuk mentraktir mereka be3 nanti.

Setengah jam berlalu nampak nya mereka ber4 larut dalam game adventure berpasangan. Rico dan Lukas melawan Ethan dan Rey.  Sekarang giliran ku untuk menyelinap ke lantai 2. Aku membuka tiap kamar di lantai itu. Pintu ke3 terkunci dari dalam, tentu saja aku berhasil mengambil kunci itu dan membuka nya ah ku kunci lagi pintu itu biar ga ada orang rese yang mengganggu ku.  Terdengar bunyi pancuran air dari shower dan suara isakan yang samar. Itu suara gadisku, aku ingin mendobrak pintu namun aku masih sadar ini bukan rumah ku jadi menunggu adalah pilihan yang mau tak mau aku pilih.  Setengah jam berlalu cekrek pintu itu terbuka menampilkan gadisku yang hanya mengenakan handuk berawarna marron ya itu sudah pasti warna favorit nya.  Handuk yang terbelit di dada nya yang padat dan kenyal.  Oh lord keputusan yang salah aku menyusul nya.

" Mau apa koko di sini?" Dia terkejut dengan kehadiran ku yang duduk di tepi ranjang. Oh duoble shit dia begitu wangi ingin rasa nya aku menerkam tubuh telanjang nya.  Aku berdiri dan memeluk pinggang ramping nya.

" Kamu wangi, Vi." Aku mengecup kening, mata hidung kedua pipi nya dan terakhir bibir lembut nya.  Eh dia mengalungkan tangan nya  di leherku meski dengan agak berjinjit dan menginjak kaki ku, dia juga membalas ciuman ku.

" HHHH...HHHH..Pake baju mu. Aku akan menutup mata." Ucapku setelah selesai mencium nya.

Terdengar bunyi hairdrier, dia sedang nengeringkan rambut nya yang panjang itu.
" Sini aku bantu." Kataku sambil menarik halus alat itu dari tangan nya. Rambut nya sekarang wangi coklat yang seakan memanggilku untuk mencium harum nya.
" Rambut kamu indah Vi." Puji ku.

" Terima kasih ko." Aku bisa melihat muka nya yang tersipu di bayangan cermin. Dia sekilas juga melihat bayangan muka ku entah apa yang di pikirkan nya. Setelah memastikan rambut nya kering dia menyimpan semua peralatan nya di laci meja rias ini. Banyak sekali peralatan nya tapi sebanding lah dengan hasil yang ku lihat cantik bersih dan harum.

" Maaf kalau kemarin-kemarin aku udah kasar." Ucapku sambil memeluk tubuh mungil nya tinggi nya bahkan hanya sedada ku.

" Lepas ko ga enak kalo ada yang liat."

" Di sini cuma ada kita berdua." Ucapku dengan nada menggoda.

" Kata siapa lo cuma berdua. Untung gue punya kunci cadangan. Telat dikit lagi temen gue bakal ronde ke2 ama lo." Ujar Rico tiba-tiba. Aku hanya bisa berdiam diri.

" Vicky lo udah mendingan kan. Jalan juga ga sakit lagi kan. Gue antar pulang udah jam 3. Lo mau makan ga?" Cish pertanyaan macam apa itu.

" Gue aja yang antar Vivi pulang." Aku bersikeras.

" Tidak untuk hari ini." Potong Rico tegas.  " Kalian juga cepat pulang." Oh dia sudah mengusir rupa nya. Lukas menarikku keluar sambil berucap." Thanks untuk game nya. Next kita main sama-sama lagi."

" Apaan sih lo pake narik gue. Gue mau tau rumah nya." Aku mendumel.

" Woyy lo jenius bisa bego juga karena cewe. Kita ngumpet dulu terus baru ikutin mereka." Omel Ethan sambil menarikku sembunyi. 15 menit kemudian sebuah motor keluar dari gerbang . Rico membonceng gadis ku yang memakai celana legging sedang di atas rok nya. Kami mengikuti mereka dengan jarak yang tak kentara. Eh motor itu berhenti di kedai ramen street. Ah rupa mereka lapar aku melirik ketiga teman ku rupa nya mereka juga ingin makan " Ntar gitu udah tau rumah Victoria gue traktir di sini." Ucapku ga tega liat muka mereka yang semakin mupeng melihat kedua melahap ramen dengan lahap, tadi nya aku ragu gadis itu sanggup menghabiskan semangkok besar ramen plus tempura udang yang besar-besar. Namun aku salah gadis itu malah mencomot lagi tempura milik Rico .

Pengintaian di mulai lagi. Motor itu melaju pelan dan aku speechless saat motor itu memasuki kawasan super elit di kota Bandung yang rumah nya 2 x lebih luas dari rumahku padahal aku juga termasuk orang kalangan berada.  Satpam perumahan membuka pagar saat melihat Vivi ah seperti nya sangat sulit untuk mengetahui di mana rumah nya karena penjagaan yang super ketat.

" Permisi pak? Boleh tanya apakah Victoria tinggal di komplek ini." Suara Lukas membuyar kan lamunan ku.

" Victoria Christoper Jackobus? Iya nona Victoria tinggal sini. Ah kalian teman sekolah nya? Ada yang bisa di bantu biar saya sampaikan dari sini." Tawar satpam itu lagi ramah dia mengenali seragam kami dan Vivi yang sama.

" Boleh kami masuk sebentar?" Tanya ku nekat.

" Maaf de harus ada kartu penghuni atau sudah buat janji terlebih dahulu." Sahut satpam itu serius. " Namun kalian bisa melihat dari cctv di mana rumah nya." Kata satpam itu lagi setelah dia melihat muka ku. Mungkin muka melas. Entah aku aku juga ga peduli.

" Joooooo....!" Teriakan Rey membuyarkan lamunan ku.  Aku buru-buru menghampiri meja security dan melihat gambar depan rumah Vivi yang ternyata wauuuuww .  Sangat mewah dan berkelas yang pasti nya mahal.  Gadis ini rupa nya dari keluarga super konglomerat.  Aku mendadak jadi minder mengetahui bahwa perusahaan papa ku yang baru berkembang tidak bisa menyaingi kekayaan nya.

" Sabar Jo...kalo lo tulus dan serius dia ga bakal liat status lo." Ceplos Lukas, ah selain sahabat dia memang sepupu ku terbaik. Mama ku adalah kakak dari papa nya Lukas.


Tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar