Hai.3x balik lagi dengan author yang gaje ini, udah kebawa baper ama drakor (tapi bkn penggila drakor tingkat dewa) Oke ga usah lama-lama, sekedar review part sebelum nya. Ternyata terungkap bahwa Vivi menderita leukimia, dan gadis yang di lihat Iwan dalam bayangan nya adalah Vivi, dan mari kita cek cerita selanjut nya.
Oh iya author warning untuk part ini adalah 18+ meskipun tokoh nya masih smu.
Melihat dari kenyataan juga. Oke ga usa lama-lama mari di cek.
Vivi melangkah keluar dari ruang rawat Cindy dengan perasaan yang gamang. Dia berteman dengan gadis itu semenjak melakukan kemoterapi. Sekarang melihat gadis itu begitu kurus dan nyaris botak, Vivi merasa takut bahwa dia tidak akan bertahan lama. Vivi duduk dengan pandangan kosong hingga sebuah suara menyadarkan nya.
" Vi, bukan nya jadwal kontrol kamu masih 3 hari lagi, kenapa kamu sekarang di sini?" Tanya seorang pria paruh baya berjas dokter.
" Saya habis menjenguk Cindy, kata nya dia udah koma 3 hari dan harapan hidup nya tipis. Dok, apakah saya akan seperti Cindy?" tanya Vivi kepada dokter itu. Pria itu tersenyum sejenak untuk berfikir jawaban apa yang akan dia utarakan pada gadis jenius ini.
" Vi, kita tidak pernah tau masa depan, tapi Saya sebagai dokter mu akan berusaha yang terbaik. Nah mumpung kamu di sini saya akan registrasikan kamu di pendaftaran sekarang. Setelah itu kita akan memulai pemeriksaan. Yah yang bisa saya katakan sekarang kita berpacu dengan waktu sementara belum ada donor tulang sumsum yang cocok dengan mu."
" Dokter Firman, saya tidak membawa uang cukup untuk pemeriksaan belum lagi untuk obat yang harus saya tebus nanti." Sahut Vivi lagi.
" Ternyata orang jenius bisa pelupa juga. Di pertemuan kita sebelum nya saya sudah mengatakan bahwa semua biaya termasuk kemoterapi dan obat-obatan untuk kamu free semua nya. Kamu cukup membawa diri dan keyakinan bahwa kamu akan bertahan." Sahut dokter Firman lagi.
" Saya tidak tau apa alasan nya saya menerima pengobatan secara gratis....baiklah dok, yang perlu saya lakukan adalah berjuang sampai akhir." sahut Vivi kembali dan dokter Firman pun tersenyum. Dia tidak pernah melihat pasien kanker yang menerima kenyataan dengan optimis seperti Vivi padahal usia nya masih termasuk muda 12 setengah tahun saat di vonis leukima tidak ada ketakutan dalam diri Vivi, namun hari ini sebagai seorang dokter yang telah merawat nya selama 2 setengah tahun lebih dia melihat keresahan dalam diri gadis itu. Ah bukankah hal itu manusiawi menunjukkan perasaan daripada harus menutupi nya.
Setelah pemeriksaan selesai beberapa jam kemudian, Vivi mendatangi kembali ruang rawat Cindy, entah mengapa dia ingin menemui teman seperjuangan nya ini.
" Cindy, kita...aku dan kamu akan bertahan kan? " kata Vivi sambil menbelai rambut yang tersisa dari gadis itu. Rasa nya ingin berlama-lama di ruangan itu kalau bukan karena ii Su cen yang mengingatkan waktu sudah pukul 6 sore dia juga tidak akan beranjak pergi.
" Vi, ii lupa ini ada titipan dari Cindy sebelum dia koma. Dan kamu di anter ama Erick ya. Rick anter Vivi pulang."
" Ii saya lagi ga tinggal di barat, saya tinggal di selatan..... ntar ngerepotin Ko Erick aja." Sahut Vivi kembali.
" Ga apa-apa Vi. lagian kita naik mobil ntar lewat tol, ayo buruan keburu malam banget sampe nya." Kata Erick koko Cindy yang terpaut 4 tahun.
" Iya bener kata Erick ayo cepetan pulang. Lagipula ii yang manggil kamu kemari.Eh obat kamu udah di tebus?" Kata ii Su cen menguatkan perkataan Erick. Vivi hanya mengangguk lalu berpamitan pada wanita paruh baya itu.
Di dalam mobil Vivi hanya terdiam dan cowo berlesung pipit itu menyadari bahwa Vivi takut akan bernasib sama dengan adik nya.
" Vi, serahkan ama Tuhan ya. banyak berdoa." kata Erick lagi dan Vivi hanya tersenyum padahal di dalam hati nya dia sangat takut.
" Terima kasih ko, Sekarang saya hanya bisa berusaha dan berjuang untuk bertahan." Kata-kata Vivi begitu lirih, jujur Erick mengerti perasaan gadis itu nanun kenyataan adik nya Cindy yang semakin buruk membuat dia tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa. Dia belum siap untuk kehilangan adik nya, namun dengan kondisi nya mustahil untuk bertahan hidup , tanpa di sadari air mata Erick mengalir. Dan mereka terdiam selama perjalanan.
" Terima kasih ko." Ucap Vivi gitu turun dari mobil.
" Iya dan kamu Vi, bersemangatlah nanti kami kabari lagi." Ucap Erick kemudian melajukan mobil nya.
" De, udah makan? Tadi di antar siapa?" Tanya Vito begitu Vivi masuk ke dalam rumah.
" Di antar ko Erick, belum. Dede mandi dulu ya." jawab Vivi.
" Itu air panas nya udah koko nyalain, mandi pake air anget ya. Keramas nya besok pagi aja. Udah malam ntar masuk angin kamu." Sahut Vito lagi.
15 menit kemudian Vivi keluar dari kamar mandi dan menghampiri Vito .
" Ko kemoterapi nya hari sabtu." Vivi memulai pembicaraan.
" Nanti koko antar, pulang kamu telepon ko Vino buat jemput kamu , koko ada urusan di kampus." Kata Vito lagi .
" Tadi Dede liat Cindy, dia koma 3 hari, badan nya kurus tinggal tulang dan dia nyaris botak." Vito mengetahui ketakutan Vivi, ingin rasa nya dia menangis, namun dia dan kedua saudara kembar nya udah bertekad tidak akan menangis agar Vivi merasa tenang, namun tetap saja hati nya sakit melihat adik nya menanggung sakit parah. Dan lagi adik nya tidak pernah menangis jadi dia harus menguatkan hati agar tidak menangis di depan Vivi.
Vito memeluk adik nya dan berkata. " Dede udah berjuang dan dede bisa sembuh asal ada keyakinan."
" Iya semoga aja ko."*************************
Keesokkan pagi jam 6 kurang saat Vivi sudah selesai memakai seragam smartphone nya berbunyi.
" Ya ii, ada apa?"
" Vi, jangan kaget ya. Cindy udah ga ada tadi jam 5 pagi." Kata suara di sebrang telepon.
" Maksud nya Cindy meninggal, i?" Tanya Vivi memastikan.
" Iya dan kami mau langsung kubur siang ini. Kamu bisa datang ke kuburan nya waktu liburan. Tidak usah datang kemari sekarang. Kamu juga butuh banyak istirahat ya sayang." Kata ii Sucen lagi.
" Baik ii Sucen, turut berduka ya , Sampaikan salam buat Asuk dan Koko Erick " kata Vivi lagi lalu memutuskan sambungan telepon.
Ya dia takut sangat takut, teman-teman seperjuangan nya satu persatu menyerah akan penyakit mematikan ini, kini hanya ada dia yang tersisa. Tuhan apa yang harus aku lakukan." Batin Vivi menjerit.
Vito yang dari tadi mendengar percakapan telepon adik nya sangat cemas karena pandangan adik nya kosong.
" De,,de, dede denger koko kan." Sahut Vito sambil memeluk adik nya.
" Ko, apa dede salah ingin umur yang panjang." Kata Vivi lagi.
" Ga salah de, kita hanya bisa berdoa yang penting kita udah berusaha. De, bisa ke sekolah? Apa mau izin aja?" Tanya Vito.
" Dede bisa sekolah, lagian kalo di rumah aja, dede kepikiran terus." Sahut Vivi sambil melepaskan pelukan Vito .
" Ntar kalo ga kuat izin aja ato tiduran di uks." Kata Vito gitu Vivi turun dari motor nya. Kemudian dia mengecup sayang kening adik nya.
Sepanjang pelajaran Vivi hanya menggambar dan membuat Tommy geleng-geleng. Ada yang aneh.batin Tommy . Lagi asyik nya menggambar Bu Winda guru matematika killer memanggil nya.
" Vivi, tolong kerjakan soal di papan tulis semua nya." Nada suara bu Winda agak gimana gitu..
Vivi melihat ke papan tulis lalu berjalan ke depan kelas dan mengerjakan semua soal di papan dengan benar dan membuat wanita berumur 35 tahun itu menganga. Niat nya untuk menghukum gadis itu sirna.. Ah dia lupa kata rekan-rekan sejawat nya yang mengatakan betapa jenius dan "gila" nya murid yang satu ini.
" Sudah bu, ada LAGI?" Tanya Vivi memberikan penekanan di kata lagi..
Bu Winda hanya bisa terdiam saat mengetahui diri nya di tantang oleh gadis berumur 15 tahun ini. Vivi melangkah menuju bangku nya ketika guru nya hanya terdiam dan membuat seisi kelas gempar.
SISA berpandangan dan mengangguk penuh arti " Ada yang aneh." Bisik Via pada ketiga nya.
Skip istirahat karena tadi ada ulangan mendadak dari Pak Duta setelah pelajaran Bu Winda ( ngerti kan maksud nya yg ulangan bukan mapel matematik). Vivi yang menyelesaikan soal nya dalam waktu errrr(?) 20 menit pun keluar terlebih dahulu membuat Pak Duta dan seisi kelas syock . " Benar-benar anak yang jenius." gumam Pak Duta setelah melihat soal yang di jawab Vivi tidak ada yang salah.
Di toilet Vivi mencuci muka dan memandang wajah nya di cermin.
" Vi, kamu pasti bertahan kan?" Kata nya pada diri sendiri. Setelah merasa tenang dia menuju ke kantin dia memesan satu gelas penuh es batu dan sebotol air mineral dan dia juga memesan semangkuk bakso.
Dia menuju meja biasa di mana SISA udah ada." Udah pesan makanan Vi?" Tanya Shilla.
" Udah bentar lagi datang." Jawab Vivi singkat.
" Yang ga pake bawang goreng ama daun bawang punya gue." Sahut Vivi, ternyata SISA juga pesen bakso.
" Lo ga suka bawang goreng ama daun bawang ya?" Tanya Ify.
" Ga suka, bau buat eneg." Kata Vivi lagi sambil menuangkan 6 sendok makan sambal dan membuat SISA syok. Vivi mencicipi kuah nya dan tak lama menambahkan merica dalam jumlah banyak.
" Vi, lo gila ya itu kan pedes." Semprot Agni yang di jawab dengan tatapan diamlah aku ingin makan. Agni yang takut di tatap seperti itu memilih untuk diam. Dengan santai Vivi memakan bakso nya keringat mulai bercucuran di kening nya, setelah beberapa kunyahan dia meminum air yang super dingin itu. SISA hanya terdiam sambil berpandangan.
TETTTTT bunyi bel istirahat dan the flower boys menghampiri ke5 gadis itu. Mereka terkejut saat melihat mangkok bakso Vivi yang berwarna merah serta keringat yang bercucuran di kening nya. CRAG mencoba mencari tau dari SISA dengan pandangan mata yang di jawab gelengan oleh mereka.
" Eh lo gila ya makan pedes banget!" Bentak Iwan pada gadis itu namun Vivi hanya menatap nya sekilas lalu lanjut makan lagi. Sikap Vivi membuat Iwan frustasi dan merebut mangkok bakso Vivi, ketegangan muncul di antara kedua nya saat Vivi balas membentak. " GUE BELUM KELAR MAKAN. BALIKIN ." Seisi kantin menatap ke arah meja mereka.
" GA, ini pedes banget. Lo ga sayang diri apa!" Bentak Iwan lagi
" Itu urusan gue, mau makan pedes ato ga. Sekarang balikin ga!" Vivi balas membentak.
" Ga bakal gue balikin."
" Oke fine." Vivi berdiri meninggalkan kantin namun dengan cepat Iwan menahan tangan gadis itu dan menarik nya.
" Lepasin gue." Vivi meronta-ronta saat di tarik Iwan. Iwan yang merasakan perlawanan Vivi pun menggendong gadis itu dan membuat seisi kantin geger. ( Author seneng banget buat adegan ini)
" Arrrggg kenapa sih mereka ga bisa akur." Ucap Rio frustasi kemudian menyusul IVi di ikuti CAG dan SISA.
" Turunin gue . Mungkin efek pedas yang di rasakan Vivi lebih kuat dari efek kantuk maka nya gadis itu masih meronta-ronta dalam gendongan Iwan namun tenaga nya sudah terkuras dan dia pun terdiam.
CRAG dan SISA yang mengikuti dari belakang was-was dengan apa yang akan terjadi. Iwan menurunkan Vivi di sebuah ruangan musik yang sedang kosong (demen banget ke tempat sepi), namun gadis itu tidak bereaksi hanya tatapan kosong yang ada pada Vivi. Jujur aja Iwan merasa takut dengan Vivi yang aneh, CRAG dan SISA pun saling berpandangan.
Vivi melangkahkan kaki menuju piano yang ada di ruangan itu kemudian memainkan nya dan mulai bernyanyi ( again)
seandai nya aku punya sayap
terbang...terbang lah aku
kucari dunia yang lain
untuk apa ku disini
seandainya dapat kau rasakan
kejam...kejam nya dunia
tiada lagi keadilan
untuk apa ku disini
menjerit dan menangis
pilu dan derita
merintih dan berdoa
dimanapun berada..oh duniaku yang fana
(SEANDAINYA AKU PUNYA SAYAP ~ RITA BUTAR-BUTAR)
Vivi menyanyi dengan penuh kesedihan dan membuat SISA menangis ,setelah nyanyian nya berakhir lagi-lagi dia memandang dengan tatapan kosong.
" Vi, Vi, Vivi." Iwan berusaha menyadarkan gadis itu dari lamunan nya. Iwan menatap mata Vivi dan dia menangkap ketakutan dalam diri gadis itu walau hanya sedetik sebelum akhir nya Vivi berteriak histeris.
" LEPASIN GUE. GUE CAPE. APA SALAH KALO GUE INGIN HIDUP TENANG. GUE INGIN HIDUP.GUE CAPE." Iwan berusaha menenangkan Vivi yang semakin histeris dan meronta-ronta dalam pelukan nya CRAG dan SISA pun membantu Iwan menenangkan Vivi namun sia-sia gadis itu semakin histeris.
Entah kebetulan ato apa Reno yang melintasi ruang musik mendengar keributan dan terkejut saat melihat Vivi yang histeris. Dia mencoba membantu menenangkan Vivi.
" De, DEDE sadar de, tenangin diri lo, koko di sini." Reno dan Iwan sekarang memegangi Vivi yang mulai tenang. Iwan yang melihat itu langsung menggendong Vivi dan membawa nya pergi .
" Jangan ikutin gue dan Vivi, tenang aja Vivi ga bakal gue apa-apain."
Reno yang ingin menyusul pun di tahan oleh CRAG .
" Lepasin gue, kalo ada apa-apa ama Dede , gue ga bakal maafin lo semua terutama Iwan." sahut Reno emosi.
" Lo kan tau Iwan kayak gimana, kita percaya aja ama dia lagipula Vivi dari tadi aneh.." Sahut Rio lalu CRAG SISA menceritakan semua nya. Reno tersentak ada apa apa penyakit kanker nya memburuk. batin Reno.
Beralih ke IVi, Iwan membawa nya ke atap sekolah, tempat itu selalu sepi dan dia menurunkan Vivi dengan hati-hati di lantai. Dia sengaja membawa nya ke tempat ini karena dia tau gadis itu tidak akan menangis di depan orang banyak. Iwan menatap mata gadis itu yang mulai mengeluarkan butiran bening. Dengan lembut dia mencium mata Vivi yang terus mengeluarkan air mata. Lalu Iwan pun memeluk Vivi sembari mengelus rambut gadis itu dan berkata " Tenanglah koko di sini. Semua akan berlalu." Perkataan Iwan memicu ingatan Vivi dia melihat bayangan anak laki-laki dan perempuan yang sedang bermain. Tak lama dia melihat diri nya yang habis di pukuli oleh papa nya. Sekujur tubuh nya memar dan membiru bahkan punggung nya penuh dengan luka cambukan dan pukulan . Seorang anak-laki mendekati nya dan memeluk diri nya sembari berkata. " Tenanglah Dede ga sendirian ada koko di sini , semua akan berlalu." Kali ini wajah anak laki-laki itu jelas dan dia adalah Iwan, pria yang sama dengan yang memeluk nya sekarang . Vivi tersentak akan ingatan itu.
FLASHBACK ON
Iwan yang baru naik kelas 2 smp mengajak Vivi yang baru lulus sd karena tidak tahan melihat Vivi selalu di siksa oleh papa nya.
" De, ayo kita pergi. Koko ga tahan liat dede di pukuli terus."
" Kemana kita pergi ko, kita masih kecil ."jawab Vivi lagi.
" Tidak tahu yang penting kita pergi dan ga usah takut. kita berdua jenius pasti kita ga akan kelaparan." Iwan meyakinkan Vivi.
Mereka pun berniat untuk kabur namun naas sebuah mobil menabrak mereka dan menyebabkan mereka koma 4 hari namum setelah sadar mereka berdua kehilangan ingatan tapi tidak dengan kejeniusan mereka.
Keluarga Iwan memutuskan untuk pindah setelah kecelakaan itu untuk berobat ke dokter yang lebih canggih. Sementara Vivi tetap tinggal dan terus menerima siksaan dari papa nya.
Setelah lulus smp ketiga kaka kembar Vivi yang akan kuliah mencari rumah di daerah selatan karena Vito di terima di UI fakultas teknik. Sekalian saja Vivi sekolah di daerah itu karena lulus tes penerimaan Vivi di berikan full beasiswa.
Vivi makin terisak mengingat kenangan itu, ternyata dia mencintai cinta pertama nya, entah Vivi harus senang atau tidak , namun air mata nya terus mengalir. Iwan melepaskan pelukan nya. Dengan lembut dia mengusap air mata Vivi.. Vivi tersentak saat benda hangat dan basah menyentuh bibir nya. Perlahan dia menimati saat kedua bibir mereka bersatu . " Aku mencintaimu." Bisik Iwan di sela ciuman mereka yang terasa asin karena air mata Vivi yang terus mengalir. Darah muda mereka seketika berdesir dan memompa jantung kedua nya. Oohh tidak tangan Iwan mulai merayap ke daerah sensitif Vivi dan meremas nya, Vivi mengerang pelan dan ciuman itu berubah menjadi ganas.
85 menit 15 menit 30 menit mereka berciuman dengan penuh nafsu hingga tiba-tiba Iwan melepaskan gadis itu dan berkata " Maaf, koko tidak bisa mengendalikan diri." Iwan melihat penampilan gadis itu berantakan dengan rambut kusut dan ia bisa melihat bra kuning gading Vivi agak merosot dari kaos dalam nya sedangkan kemeja dan rok nya sudah berserakan di lantai, paha mulus Vivi masih terlindungi oleh hotpants nya.
Sementara penampilan dia juga tidak jauh berbeda kancing kemeja nya sudah terbuka semua dan menampakan kaus abu-abu di dalam nya.
" Kamu ga marah?" Tanya Iwan setelah mereka selesai merapikan diri.
Mana mungkin Vivi marah dengan pria yang di cintai nya. Vivi menyadari bahwa Iwan juga kehilangan ingatan seperti diri nya. Hanya diam yang di lakukan gadis itu dan itu membuat Iwan frustasi.
" Katakan sesuatu, jangan diam aja, kamu membuat koko takut." sahut Iwan lembut, mulai saat ini dia tidak akan menutupi perasaan nya pada gadis ini.
" Maaf membuat kalian cemas. Teman baik ku meninggal tadi pagi dan jujur aja aku takut." Vivi menceritakan tentang Cindy namun ia merahasiakan penyakit nya.
Vivi menyandarkan kepala nya pada bahu Iwan dan merasakan kantuk yang luar biasa.
" Aku cinta kamu, apa kamu mau jadi pacar koko" Kata Iwan lagi namun saat di rasa gadis itu hanya diam dia menoleh lalu mendesah karena Vivi sudah tertidur.
Otak jenius tidak menjamin seseorang alim, bukti nya Iwan sedang mencium bibir Vivi yang tertidur.
Bibir ini seperti candu buatku dan aku tidak pernah bosan untuk merasakan nya. batin Iwan berbicara.
Setelah selesai mencium Vivi, dia meletakkan kembali kepala gadis itu di bahu nya . Sekali-kali bolos tidak berpengaruh akan nilai mereka. Toh sebentar lagi waktu nya pulang. Iwan mengelus rambut Vivi dengan lembut .
Skip pulang sekolah Via membawa tas Vivi dan Gabriel membawa tas Iwan. Iwan mengetik pesan wa untuk membawakan tas mereka. Iwan juga mengatakan tentang Cindy yang meninggal karena kanker otak.
*****************************
Keesokan hari nya ada audisi untuk drama musikal dan kebetulan kelas SISVA dan CRAGI dapat audisi di jam yang sama.
" Emang semua harus ikut audisi bu?" tanya Vivi dengan malas.
" Semua tanpa terkecuali." Jawab bu Ira guru kesenian.
Skip gedung teater (pementasan) Ify dapat no 15 Via no 20 Shilla no 22 Agni 10 dan Vivi no 40. Sedang Rio dapat no 8 Cakka no 27 Gabriel no 30 Alvin no 18 dan Iwan 38..
Trio RaNuTi yang notabene nya musuhan ama Ify juga audisi di waktu yang sama Rara no 6 Nurul 5 dan Yanti 3 , Vivi terus menatap ke arah trio RaNuTi karena tatapan mata mereka masih menunjukkan permusuhan, namun mereka ga berani macem-macem karena kalau sampe mereka berbuat anarkis lagi mereka akan langsung di DO dari sekolah Harapan Indah.
" Sialan si Ify makin deket aja ama Rio, awas aja lo ga bakal gue biarin ." Sahut Rara penuh kebencian.
" Iya malah si Rio nempel mulu pula ama tuh cewe ganjen." Sahut Yanti emosi.
" Eh lo berdua ga kapok apa? kita udah pernah di skor kalo kita macem-macem ama Ify bakal di DO." Sahut Nurul was-was.
" Ga bakal Rul, kita jangan terang-terangan kalo perlu kita bayar orang tuk ngerjain Ify." Sahut Rara kembali.
Aneh kenapa mereka ngeliatin Ify sampe begitu nya. Apa yang mereka rencanain. batin Vivi berbicara. Dia asyik melamun hingga sebuah tepukan menyadarkan nya .
" Ada apa Vi? Kamu tegang? " Tanya Iwan lembut, Gabriel yang posisi nya dekat dengan mereka pun mendekati IVi.
" Iya Vi keliatan nya lo cemas." Tanya Gabriel. Vivi memberi kode pada kedua pria itu. Gabriel tersentak saat melihat objek yang di maksud sedang melihat Ify dengan penuh kebencian.
" Kita harus waspada, bisa aja mereka ga terang-terangan ngerjain Ify." sahut Vivi selagi mereka bertiga berbincang Rio pun tampil menyanyikan lagu Ari Lasso perbedaan, author cape nulis nya...(he3x😆😆). Selagi Rio menyanyi Ify tertegun. Ya Tuhan Ka Rio koq keren banget. weits tunggu gue suka ama si rese. Ah ga mungkin.
Agni pun tampil menyanyikan lagu Aku pasti bisa Citra Skolastika, Cakka pun terhanyut melihat gadis nya bernyanyi.
Ify bernyanyi lagu Perahu kertas Maudy Ayunda . Rio pun merasakan hal yang sama, Wah si behel koq makin lama di lihat makin cantik..Ha cantik , ga salah gue bilang mak lampir cantik. Kata hati Rio .
Alvin menyanyikan lagu Gadis Genit ku Vidi Aldiano. Shilla berguman " Ko Alvin keren banget.".
Via menyanyikan lagu Aku mau Tapi Malu Duo Maya. " Ayang Via makin gemesin aja." Kata Gabriel.
Shilla menyanyikan lagu Tiba-tiba cinta Maudy Ayunda. Alvin terpana melihat Shilla .
Cakka menyanyikan lagu Terdampar di hatimu Five Minutes. Eh ka Cakka koq ganteng banget sih, batin Agni.
Gabriel menyanyikan lagu Arti Cinta Ari Lasso. Gila ka Iyel keren banget. batin Via.
Iwan menyanyikan lagu Kau Seputih Melati Dian Permana Putra( Author suka ama lagu ini jadi bela-belain tulis meski cape 😄😄😄) semua nya tertegun mendengar suara Iwan dan pandangan nya mengarah pada Vivi, dia tahu Iwan bernyanyi untuk dirinya. Ah semua orang di sana pun dapat merasakan hal yang sama .
kau bunga di tamanku
di lubuk hati ini
*mekar dan kian mewangi
melati pujaan hati
bersemilah sepanjang hari
mewarnai hidupku
agar dapat kusadari
artimu bagiku
**kau melati putih dan bersih
kau tumbuh di antara belukar berduri
seakan tak perduli lagi meski dalam hidupmu kau hanya memberi
kau tabur harum 1sebagai tanda cinta yang telah kau hayati di sepanjang waktu
back * **
bersemilah sepanjang hari
mewarnai hidupku
agar dapat kusadari
artimu bagiku
Gadis itu hanya terdiam sepanjang lagu.. Jujur hati nya senang karena Iwan juga mencintai nya, namun dia takut akan meninggalkan pria itu untuk selama nya.
TES TES TES, air mata Vivi mengalir dengan deras nya dan Iwan melangkah atau lebih tepat nya melompat panggung lalu menghampiri gadis itu lalu mengusap lembut air mata gadis itu sedetik kemudian dia mencium kening Vivi dengan lembut, membuat semua orang terutama para gadis melted akan tindakan Iwan yang romantis itu.
" JADIAN JADIAN JADIAN" Teriakan satu ruangan teater membuat IVi tersadar. Iwan melihat keresahan Vivi pun mengerti bahwa gadis itu tidak ingin menjawab pernyataan cinta nya saat ini.
" Eh masih ada yang audisi sana siap-siap yang belum tampil." Teriak Iwan membubarkan konsentrasi massa(maaf ga nemu kata yang pas). CRAG dan SISA menghampiri IVi .
" Gila keren banget lo, cewe-cewe pada melted liat nya." Sahut Cakka.
" Vivi masih terharu tuh Wan." Timpal Gabriel saat melihat Vivi masih menangis. SISA menenangkan Vivi.
" Jadi lo terima Iwan ga Vi." Tanya Alvin
Rio yang memperhatikan reaksi Vivi hanya diam dia tau gadis itu juga suka Iwan namun di lain sisi juga merasa tidak nyaman.
Ga lama giliran Vivi bernyanyi , dia menyanyikan lagu Keabadian Reza Artamevia. Semua orang yang di sana pun tau kalo Vivi nyanyi buat Iwan. Saat selesai bernyanyi Vivi keluar dengan berlari dari gedung teater meninggalkan mereka yang masih terpesona dengan suara tinggi dan sexy milik nya.
Sedetik kemudian Iwan berlari menyusul Vivi sambil membawa tas mereka berdua , kali ini CRAG dan SISA membiarkan nya. Mereka tau bahwa kedua nya butuh privasi. Vivi terus berlari namun dia berlari ke arah yang salah dan akhir nya tertangkap oleh Iwan. Lelaki itu mengunci tubuh mungil Vivi di dinding mata mereka bertemu dan lagi-lagi Iwan mencium nya , ciuman lembut dan manis, tubuh mereka di batasi oleh tas ransel Vivi yang Iwan pakai di dada nya membuat pria itu tidak leluasa mencium gadis nya ini. Tanpa banyak kata dia menggendong Vivi menuju motor nya untunglah sekolah sudah sepi karena audisi di lakukan sepulang sekolah .
Dia membawa Vivi ke rumah nya karena rintik hujan sudah mulai turun sedangkan jarak rumah Vivi masih jauh. Papa nya sedang berada di Makassar untuk meninjau lokasi bisnis baru dan mama nya ikut mendampingi papa nya. Mbok Ija asisten rumah tangga yang sudah bekerja 3 tahun terakhir sedang pulang kampung. Ko Richard, koko nya sedang kuliah di Australia jadi otomatis Iwan sendirian di rumah..
Setelah mereka masuk rumah rintik hujan berganti dengan hujan yang deras.
" Vi...." Iwan memanggil gadis itu dengan lembut namun yang di panggil hanya diam tak merespon. Melihat bibir gadis itu jujur saja ingin rasa nya dia mencium nya lagi dan dengan errr(?) payudara Vivi yang menantang membuat imajinasi Iwan meliar, namun saat ini dia harus menahannya .
10 menit Vivi tidak merespon panggilan nya dan kali ini Iwan tidak dapat menahan nya. Dia menempelkan bibir nya ke bibir gadis itu dan membuat Vivi tersentak " Ko.." belum sempat Vivi melanjutkan kalimat nya, bibir Iwan kembali mengunci bibir nya. Awal nya Iwan mencium Vivi dengan lembut hingga tangan Iwan merayap err lebih tepat nya membuka kancing kemeja Vivi dan meremas payudara nya. Tindakan Iwan membuat Vivi mengerang dan ciuman mereka menjadi semakin ganas hingga Iwan menghentikan nya, nampak nya otak nya yang mengambil alih.
" Kenapa berhenti?" Tanya Vivi yang membuat Iwan terkejut. Dia mengamati penampilan mereka berdua yang sudah berantakan. Hanya bra dan celana dalam merah muda yang tersisa di tubuh gadis itu. Sementara dia hanya memakai celana dalam. Entah mengapa mereka sudah berada di dalam kamar nya dengan pakaian yang bertebaran di mana-mana. GLEK dia menelan ludah saat melihat tubuh indah dan payudara montok Vivi.
" Apa maksud kamu kenapa berhenti?" Iwan balik bertanya namun mata nya kembali memandang Vivi penuh nafsu. GLEK kali ini Vivi yang menelan ludah. Bodoh nya dia menantang pria itu. Oh mudah-mudahan Iwan tidak berbuat lebih pada nya. Jujur dia resah dengan tatapan nafsu Iwan. Harus nya dia diam saja. Terlambat Iwan menggendong nya menuju ranjang dan menidurkan lalu menindih tubuh nya. Pasrah itu yang sekarang di rasakan. Vivi merasakan ada yang mengeras menyentuh perut nya. Pandangan mereka bertemu hingga CTTTTTTTAAAARRR bunyi petir mengejut kan Vivi reflek dia menjerit dan memejam kan mata.
" Jangan takut sayang, itu cuma petir ." Sahut Iwan lembut sambil mencium mata nya, perlahan Vivi membuka mata nya dan melihat mata coklat milik Iwan yang teduh. Tanpa di sadari nya, Vivi melingkari leher Iwan dan meremas rambut pria ini. Mereka bertatapan dalam diam mencoba menyakinkan hati masing-masing. Lagi-lagi Vivi menangis dan Iwan menenangkannya.
Hati Vivi berbicara. Ya Tuhan aku mencintai nya. Aku tak sanggup melihat nya menderita karena kehilangan ku sekali lagi. Tak sadar gadis itu mendesah.
Hati Iwan berbicara. Ya Tuhan, Aku mencintai nya.. Dia terlihat begitu rapuh ingin rasa nya aku melindungi nya. Apa!!! Sekarang dia mendesah. Jangan lakukan itu atau aku tidak tahan.
CUUPPPPP.. Iwan mengunci bibir mereka dengan ciuman lembut. Kulit mereka yang saling bersentuhan membuat darah muda kedua nya berdesir. Tangan kedua nya menjelajah dan membuka penghalang terakhir yang menutupi tubuh mereka. Bibir Iwan menjelajahi ke bagian payudara Vivi dan memainkan nya dengan lidah nya membuat Vivi melayang. Hingga akhir nya Vivi terisak saat Iwan akan memasuki diri nya.
Dan itu mengembalikan akal sehat nya untuk tidak merenggut kesucian Vivi. Dia mencium lembut bibir Vivi tanpa ada nafsu. (hampir aja author khilaf nulis nya 😢😢😢😢😢).
***********************************
Hasil audisi drama musikal sudah keluar. IVi mendapat peran utama sedangkan SISA dan CRAG menjadi pemain pembantu utama. Ada 50 orang yang terpilih termasuk mereka. Latihan di mulai setiap hari sepulang sekolah sampai jam 4 sore. Khusus minggu dari jam 9 pagi sampe 4 sore selama 25 hari.
Awal nya Vivi malas menerima peran utama itu, namun para guru pembimbing dan rekan-rekan nya juga setuju. Kecantikan Vivi yang memang tidak ada tandingan nya membuat nya pantas untuk menjadi Juliet ( author ngarep.com 😂😂😂😂).
" Vivi Iwan kalian berperan sebagai Romeo dan Juliet." Kata Bu Ira
" Haruskah kita memakai dialog asli dari Shakespeare atau pakai versi sendiri?" Tanya Iwan.
" Emang kalian bisa?" Tanya bu Ira memastikan.
Terlihat IVi berbincang sejenak kemudian melakukan dialog mereka membuat semua ternganga. Jadi begini lah kalau 2 orang jenius berkumpul.
" Hmm Vi, Wan. Kalian apa sudah membaca naskah asli nya?" Tanya bu Ira yang di jawab anggukan kedua nya.
" Kami sudah membaca semua karya Shakespeare." Jawab IVi singkat.
" Oke kita pakai naskah asli nya. Ini skrip nya. Vivi Iwan kalian kurang ekspresi nya. Mungkin nanti kalian bisa latihan ekspresi. Oh ya kalau di perlukan kalian harus menari apa kalian bisa?" Kata bu Ira lagi.
" Saya pernah latihan balet sampe terakhir lulus smp udah ga latihan." Jawaban Vivi membuat semua orang makin mupeng.
" Oh itu bagus Vi, jadi kamu tidak susah untuk belajar menari lagi."
" Eciecie yang jadi Romeo Juliet kata nya bisa jadi couple beneran loh." Sahut Cakka menggoda.
" Couple jenius Harapan indah." Timpal Gabriel. Ga lama semua menyoraki IVi, namun Vivi hanya diam saja .
Latihan pun di mulai. Rio yang mulai menyadari perasaaan nya pada Ify mencoba PDKT . Sambil menyelam minum air itu pikiran Rio .Eciecie
Vivi masih mendiamkan Iwan di luar latihan mereka.
( Author bukan anak sastra jadi ga bisa menjabarkan dengan rinci 😆😆😆😆😆😆).
Rara yang melihat kedekatan Rio dengan Ify pun meradang. Dia merencanakan sesuatu yang jahat pada Ify. Dan Vivi yang memang mengincar Trio RaNuTi memperketat pengawasan nya. Tatapan mata Vivi dan Rara pun beradu. Vivi tak segan melotot kepada gadis gila itu..
" Lo bukan incaran gue, jadi ga usa macem-macem." kata Rara saat mereka berlatih .
"Kita lihat saja." Jawab Vivi berbisik di telinga Rara. Vivi menghindar saat Rara akan menampar nya . Rupanya gadis itu tidak tahu reflek Vivi yang bagus.
Rara nampak nya serius dengan ucapan nya, dia merencanakan sesuatu juga terhadap Vivi, sekali tepuk 2 nyamuk mati.
Dan Vivi yang dari tadi merasakan firasat aneh mencoba menerka-nerka apa yang akan Rara lakukan..Keresahan Vivi terlihat jelas. Rio yang memang satu scene bertanya saat latihan. " Vi ada apa. Koq lo resah amat " Vivi pun menceritakan semua kepada Rio dan lelaki itu hanya mengangguk.
" Kita mesti waspada." Kata Rio.
Dan benar saja kecurigaan Vivi, lampu yang ada di atas gedung tiba-tiba jatuh. Vivi yang memang mengawasi Ify dan Rara bergantian berlari dengan cepat menarik tubuh Ify ke samping.
" VIVI...IFY..." Vivi masih mendengar jelas teriakan itu, namun Ify yang syock pingsan dalam dekapan nya.
" Ahhh.." Vivi merintih karena bahu nya terkena runtuhan lampu. Dalam hati dia bersyukur kalo Ify tidak terluka.
Dengan cepat kedua pangeran itu menggendong kedua putri mereka( paling banyak Vivi yang di gendong y?😃😃😃😃😃).
Di klinik dekat sekolah.
"Untung lah Ify tidak terluka dia hanya syock." kata dokter yang bertugas. " Sedang untuk Vivi....." Dokter menggantungkan kalimat nya.
" Dok, bahu saya cedera kan." Vivi memotong ucapan dokter itu.
" Tapi Vi...selain itu ada..." " Dokter saya hanya butuh obat pereda sakit hanya itu dok." Dokter itu sadar kalau Vivi tidak ingin luka lebam di punggung nya di ketahui orang banyak, dan dia menuruti gadis itu.
" Baik lah ini resep nya. Minum sesuai anjuran, usahakan perut terisi saat akan minum obat." Kata dokter itu lagi.
Setelah Ify sadar dia di gendong Rio , untunglah dia bawa mobil hingga Ify bisa rileks saat pulang. Iwan menggendong gadis nya menuju motor.. oh sialan kenapa dia tidak bawa mobil seperti Rio, agar gadis nya merasa nyaman. Oke mulai besok dia akan membawa mobil. Vivi menatap Iwan dengan pandangan tidak apa-apa, aku bisa menahan nya.
Oke part ini udah kelar. Maafkan author yang berfikir mesum. Melihat dari kenyataan juga, tadi nya bingung mau di eksekusi atau ga, namun setelah keblinger akhir nya dapat inspirasi nyaris tapi ga jadi. Moga2x dapat ide kapan ingatan Iwan kembali soal nya Vivi aja udah inget..Oke see u Dadah Muah😙😙😙😙😙😙
Tidak ada komentar:
Posting Komentar