Senin, 05 Maret 2018

Healing me~part 1


Hai2x ketemu lagi dengan author gaje. Kali ini aku bawa cerbung cerita nya agak frontal rating 17+ dan bertema LBGT, mohon kebijaksanaan dalam membaca. Tadi nya bingung juga mau kasih judul apa akhir nya mentok di judul ini. Enjoy it.

Part 1~ Perjodohan

Dave POV

" Pokok nya Dave tidak mau di jodohkan.  Sekarang bukan zaman Siti Nurbaya lagi. Dave punya pilihan untuk hidup Dave sendiri, Pa." Aku menolak mentah-mentah perjodohan yang papa ku sodorkan, karena aku tahu ini lebih sekedar perjodohan biasa. Ini cara agar rumor bahwa aku Dave Ferdinand anak kedua, putra semata wayang dari Leonard Ferdinand dan Ivanka Simon Ferdinand adalah laki-laki tulen bukan lah seorang gay. Dan ya kedua orang tua ku tahu akan perilaku menyimpangku,  dan itu pasti lah sangat buruk untuk kelangsungan bisnis Ferdinand corp yang memiliki 30 cabang bisnis. 15.000 ribu kantor dan pabrik serta 600.000 ribu karyawan dan buruh.

" Papa tidak mau tahu Dave kamu harus menerima perjodohan ini.  Gadis ini dari keluarga baik-baik. " Ucap papa ku otoriter, cihh kalau dari keluarga baik-baik mengapa orang tua nya mau menjodohkan anak gadis nya dengan seseorang yang jelas-jelas gay meskipun aku tidak pernah mengatakan nya kepada publik ya ku rasa para paparazi sialan itu berhasil memergoki ku saat aku berlibur di Maldev dengan kekasihku Arnold.

" Sayang di coba dulu ya ketemu kalau ga cocok kamu bisa menolak nya dan mama dan papa sudah melihat gadis itu dia sangat cantik bahkan jauh lebih cantik dari Irene mantan pacar mu yang pertama." Shittt, nada bicara mama ku yang lembut membuat ku tak dapat menolak permintaan beliau. 

Kalian pasti bingung Irene bukankah nama seorang gadis, ya aku tidak terlahir dengan orientasi menyimpang, jauh lebih lama aku menjadi gay aku adalah laki-laki normal yang jatuh cinta pada lawan jenis hanya cinta pertama ku Irene adalah pilihan yang buruk. Dia memang cantik dengan tinggi 168 cm berat 56 cm tentu nya membuat fisik gadis itu perfect namun sayang nya rubah betina itu menghianati diri ku ketika aku telah mengambil keperawanan nya. Saat itu usia ku 16 tahun dan dia 15 tahun. Kukira keperawanan adalah harta beharga bagi seorang wanita namun tidak berlaku bagi Irene karena seminggu kemudian aku memergoki nya sedang bercumbu dengan seorang pria di dalam kamar apartemen nya. Sungguh gadis munafik, ternyata dia hanya mengincar harta ku dan bersedia mengorbankan apapun.

" Baiklah Pa Ma. Dave akan coba untuk ketemu dengan gadis itu." Ucapku akhir nya.

" Mama jamin kamu pasti ga akan nolak sayang." Ucap mama dengan senyuman yang sulit di artikan.

Fania POV

" Fan, kakak mau bicara sama kamu." Ucap kakak ku Damar. Aku hanya memandang nya dengan pandangan kosong bukan bearti aku tidak mendengarkan nya justru aku sangat mendengarkannya.

" Fan, kakak ga tau lagi harus bagaimana untuk nyembuhin trauma kamu. Kakak tidak bisa selama nya jaga kamu. Kakak khawatir sama kamu de."

" Jadi kak Damar mau apa jangan bertele-tele." Ucapku tegas dan memotong perkataan kakakku.

" Kakak mau menjodohkan kamu biar kamu lebih aman de." Sahut kakakku.

" Oh dengan siapa?" Tanya ku tanpa antusias.

" Kamu tahu Dave Ferdinand anak kedua keluarga Ferdinand?"tanya kakakku hati-hati.

" Siapa yang tidak tahu Dave Ferdinand cowo metrosexual pewaris Ferdinand corp dia sekarang bekerja di salah satu bidang usaha keluarga nya sebagai wakil presdir. Umur nya sekarang 26 tahun. Dan wajah nya tampan. Cuma sayang " belok". Aku menjawab sebagian yang kuketahui tentang cowo itu dari teman-teman kuliah ku yang sedang bergosip.

 Jujur aku tidak tahu apakah dia memang tampan atau tidak. Aku tidak tertarik dengan hal seperti itu. Well perbedaan usia kami sekitar 4 tahun.  Apa kakakku tidak salah menjodohkan aku dengan cowo penyuka sesama. Mungkin ada bagus nya juga karena aku tidak akan mau di sentuh oleh laki-laki manapun karena si brengsek Satya, dia membuat pandanganku terhadap pria berubah. Dia cowo brengsek yang telah menjebak dan merenggut kesucian ku.  Untunglah aku masih mempunyai kak Damar dengan koneksi nya dia berhasil menyingkirkan Satya dari kota ini bahkan negara ini.

Author POV

Leonard dan Damar tampak tengah berbincang-bincang di kantor Damar, mereka akan mengadakan perjanjian bisnis atau apalah itu nama nya.

Tok tok tok Setelah bunyi ketukan pintu itu terbuka. " Pak Damar Nona Fania ada di sini kata nya mau bertemu bapak." Ucap Angel sekertaris Damar.

" Oh suruh dia masuk aja. Tapi bilang saya ada tamu." Jawab Damar.

" Maaf pak Leo adik saya sangat manja saya harap dia tidak akan mengganggu bapak nanti." Ucap Damar ke Leo.

" Kakak udah makan belum ini dede masakin semur daging tahu." Ucap Fania lembut.

" De ini pak Leonard Ferdinand. Rekan bisnis kakak. Makasih ya ntar kakak makan pas istirahat." Ucap Damar.

" Saya Fania Gilbert Salam kenal." Ucap Fania sambil membungkukkan badan nya. Sejak kejadian itu Fania tidak berani memegang bahkan bersalaman dengan lawan jenis pun akan membuat nya gemetar.

" Kamu anak yang baik cantik dan sopan." Ucap Leo sembari meneliti gadis yang memiliki tinggi 156cm dan berat 43 cm.  Dia mengangguk-anggukkan kepala sembari melihat Fania.

" Kak. Fania balik dulu ada kuliah. Pak Leo sampai jumpa lagi." Ucapan Fania membuyarkan lamunan Leo.

" Adik anda cantik sekali dan juga sopan.  Maaf ini terdengar lancang saya ingin menjodohkan anak saya Dave dengan adik anda." JDER ucapan Leo membuat Damar terkejut , bukan nya dia tidak senang adik nya di lamar namun rumor tentang Dave membuat nya cemas. Seorang gay yang akan di jodohkan dengan adik nya. 

 Sejak orang tua mereka meninggal 15 tahun yang lalu Damar yang baru berusia 15 tahun saat itu menjadi penerus bisnis papa nya sembari menjaga Fania hanya saja satu kelalaian kecil membuat adik nya menderita untuk seumur hidup  nya.

" Saya tahu kecemasan anda. Anak saya memang seorang gay. Kami sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi. Bla3.x." akhir nya Leo menceritakan apa yang ada di dalam hati nya dan kecemasan nya sebagai orang tua gay dan saham perusahaan yang akan anjlok apabila rumor itu semakin tersebar. Damar mendengarkan dengan seksama dan berkesimpulan bahwa Dave juga tidak perjaka lagi untung lah dengan perempuan bukan dengan pacar gay nya.

" Hmm pak Leo anda sangat memuji adik saya. Anda tahu mengapa dia membungkuk saat memberi salam kepada anda?" Tanya Damar. " Itu karena..." Damar menghela nafas sejenak dan bergulirlah cerita itu.

" Baik saya mengerti adik anda trauma kepada lawan jenis karena kehormatan nya di renggut dan anak saya menjadi gay karena dia di khianati pacar nya.  Bukankah mereka bisa saling melengkapi jika kita menikahkan mereka. Mereka akan saling menyembuhkan. Lagipula saya yakin bahwa anak saya pasti akan bertanggung jawab penuh terhadap adik anda." Kata Leo akhir nya.

" Jadi anda tidak mempermasalahkan keperawanan adik saya?" Tanya Damar.

" Jadi anda tidak mempermasalahkan orientasi seksual anak saya?" Leo balik bertanya.

" Baik saya akan membicarakan nya dengan adik saya." Kata Damar.

" Saya pun juga akan membicarakan hal ini dengan istri saya dulu. Jika dia setuju maka kita akan mempertemukan mereka berdua." Sahut Leo akhir nya.

Dan Ivanka sangat menyukai Fania saat melihat nya dari kejauhan, menurutnya Fania seperti bidadari dengan rambut hitam ikal panjang nya. Memang postur tubuhnya agak mungil tapi itu tidak masalah bagi Ivanka.

Dave POV

Akhir nya aku terjebak di cafe ini mengabaikan ajakan kencan dari Arnold. Pasti pria itu akan merajuk pada ku. Mungkin sebuah ciuman akan meredakan amarah lelaki kemayu itu.  Tampak nya aku terlalu awal 10 menit untuk pertemuan pertama kami pada pukul 14.00 waktu yang cukup siang untuk melakukan kencan.  Namun apa peduliku aku akan segera menolak gadis manja ini. Aku memesan capucino sembari menunggu gadis ini. Aku tidak tahu seperti apa rupa nya apakah benar cantik atau kah hanya orang tua ku yang melebih-lebihkan. Pukul 13.56 smartphone ku bergetar dan aku menerima sebuah foto. Aku terkejut saat melihat wajahnya.

Fania POV

Hari ini aku janjian untuk bertemu pria " belok"  itu namun sampai sekarang aku tidak tahu seperti apa rupa nya. Apakah tampan seperti yang teman-teman kampus ku bilang. Jujur saja aku memilih waktu siang untuk kencan karena itu adalah waktu aman. Cintya bodyguard ku sudah menunggu di bawah. Dia pula yang memilihkan ku baju ini mini dress marron tanpa tangan dengan flat shoes hitam tadi nya dia menyodorkanku wegdes 12 cm berwarna hitam namun ku tolak karena itu membuatku pegal dan aku lebih nyaman dengan sesuatu yang ceper.

" Ayo nona sekarang sudah pukul 13.10 nanti anda telat." Dasar sudah ku bilang bicara biasa saja namun dia lebih memilih bahasa formal.

" Apa penampilan ku jelek?" Tanya ku becanda.

" Nona terlihat sangat cantik bahkan tanpa make up sekalipun." Ujar Dimas supir pribadi ku. Usia nya terpaut setahun di  atas ku namun aku menganggapnya sebagai kakakku tentu nya kak Damar juara nya hahahaha.

" Isshhh gombal tapi ga punya pacar. Gimana kalau kalian ber2 pacaran saja. " ucapku sekena nya dan sukses membuat pipi kedua nya memerah.

" Apa nona pernah melihat pria itu?" Tanya Cintya.

" Aku hanya mendeskripsikan wajah nya dari omongan dan desas desus yang ku dengar." Aku memulai untuk menggambar wajah pria itu sembari menerobos kemacetan. Itu adalah hobi ku padahal aku kuliah di bidang ekonomi sangat tidak berhubungan. Entah lah aku juga tidak tau.

" Tidakkah nona takut ?" Tanya Dimas, meskipun aku sedang menggambar aku bisa merasa bahwa dia melihatku dari kaca spion.

" Justru kalau dia normal aku takut." Jawab ku pelan namun masih terdengar samar.  Kami bertiga melanjutkan perjalanan dalam diam hingga.

" Nona cafe nya sudah dekat. Apa nona mau kami temani?" Tanya Cintya sejenak aku lihat penampilan bodyguard dan supir ku mereka menggunakan baju kasual jadi tidak masalah jika mereka menemaniku.

" Oke kalian boleh menemaniku tapi ingat dalam jarak aman. Apapun yang terjadi kalian harus bersikap biasa saja.  Aku masuk duluan kalian menyusul." Ucapku sambil membuka pintu mobil. " Sekalian kalian pesan makanan atau minuman aku yang traktir." Kata ku lagi.

Cishh seperti biasa pandangan para pria tidak lepas dari ku.  Padahal mereka membawa pasangan nya hanya karena aku melangkah masuk ke cafe ini mereka lupa diri. Drrtt ku lihat smartphone ku yang bergetar kakak mengirimkan foto dan aku terbelalak saat membuka nya.

Author POV

" Tolong ..tolong." jerit Fania saat membuka mata nya.  Dia terkejut saat berada di taman yang sepi dan Satya sedang menindih tubuh Fania .

" Percuma lo teriak ga bakal ada yang nolongin lo. Kakak lo juga ga bakal datang sayang." Ujar Satya sambil mengelus pipi nya.

" Tolong tolong." Teriak Fania lebih keras. Satya kesal dan mencium gadis itu dengan paksa dan merobek pakaian nya.  Fania terus meronta namun sia-sia tenaga Satya lebih besar dari nya. Bibir Satya menciumi seluruh wajah turun ke leher lalu ke payudara nya.  Fania menangis mengharapkan agar pria itu tidak mengambil kehormatan nya namun sia-sia karena junior Satya sudah menembus dan merobek selaput dara Fania. Fania hanya bisa terisak hingga akhir nya...

" Woy brengsek lo." Seseorang memisahkan tubuh nya dan Satya serta menghajar habis-habisan pria yang sudah memperkosa Fania sembari mengumpat kata kasar. Setelah Satya tak berdaya, pria itu beralih ke Fania dan memakaikan jas nya serta menggendong Fania menuju mobil nya.

" Kita ke rumah sakit jangan takut  bajingan itu udah gue hajar." Fania memberanikan diri melihat muka penyelamat nya sedetik kemudian hanya tangisan pilu yang keluar dari mulut gadis itu dia merasa terhina.  Dave membiarkan gadis itu menangis. Ah untung lah toko pakaian tidak jauh dia akan membeli baju untuk menutupi tubuh gadis itu.

" Maaf berapa ukuran kamu?" Tanya Dave pelan. " Gue mau beliin baju buat lo tapi gue ga tau ukuran dalaman lo." Sahut Dave akhir nya.

" Ukuran cup nya 34 pants S." Jawab Fania lagi.

" Oke gue beliin lo dulu. Lo bisa kunci dari dalam gue tinggal kunci nya." Sahut Dave sembari keluar dari mobil gadis itu langsung mengunci pintu mobil. Sekitar 20 menit kemudian Dave mengetuk pintu mobil memberi isyarat agar menurunkan kaca.

" Ini lo pake gue jagain dari sini." Sahut Dave sembari mengulurkan plastik.

Beberapa saat kemudian Fania menurunkan kaca dan berkata " Aku udah siap."

" Lo mau ke rumah sakit setidak nya lo bisa di visum?" Tawar Dave lalu menghidupkan mesin mobil nya.

" Temani aku di sana." Ujar Fania sambil menerawang.

" Oh ok ga masalah." Bunyi iphone Dave mengusik kedua nya Dave mengambil head seat nirkabel tersebut dan memakai nya.

" I'm sorry hun there's little problem. I teel you later. Oke i know i love you Donald muah." Ucapan Dave yang terakhir membuat Fania terbelalak Donald bukan nya nama laki-laki.

" Gue tau apa yang lo pikirin. Ya gue gay namun seandai nya gue bukan gay gue juga bakal bertindak sama kayak tadi. Gue ga suka ada cowo bajingan yang seenak nya menodai cewe. Bukan nya lebih enak kalo melakukan nya atas dasar suka sama suka." Ucapan Dave membuat Fania malu karena pikiran nya terbaca.

" Jadi kakak mau temenin aku di rs?" Tanya Fania lagi.

Dave mengurus Fania setidak nya sampai keluarga gadis itu datang.  Dia sudah mengatur semua nya.

Dave POV

Ah, ternyata dunia ini sempit ini bukan nya gadis cantik yang ku tolong 4 tahun yang lalu dari cowo bajingan itu, harus nya setelah ku hajar cowo banci itu sekalian saja ku sodomi biar tau rasa bagaimana rasa nya di perkosa, namun gadis itu terlalu lemah untuk berdiri.  Yeah ku akui gadis ini memang sangat cantik dengan kulit putih dan wajah khas oriental, bahkan aku mengakui kalau dia lebih cantik dari Irene si rubah betina itu.

Gadis itu kemari menuju tempat duduk ku.
" Maaf apa aku terlambat?" Tanya gadis ini ah sial, bahkan meskipun aku gay gadis ini terlampau cantik dan lihatlah tatapan mesum dari para cowo ga tau diri di cafe ini yang seakan ingin menelajangi nya.

" Lo ga telat koq gue yang terlalu awal datang nya." Sahut ku sambil berdiri menuju tempat nya. Aku menarik bangku dan mempersilahkan gadis ini duduk.

Huu,, dasar cowo hidung belang awasi mata kalian pada tempat nya. Aku mengambil tangan kanan nya dan mengecup punggung nya. Dia sangat terkejut akan perlakuan ku.

" Gue lakuin itu karena mata cowo di sini terus natap lo " kataku setelah aku duduk kembali.  Dia hanya mengangguk dan berkata terima kasih kak.

" Mau pesan apa?" Tanya ku sambil memanggil pelayan.

" Iced lemon tea no sugar." Kata nya kepada pelayan.

" Nona mau makan apa?" Tanya pelayan pria ini.

" Tidak itu saja." Jawab nya. Gadis ini masih saja kurus seperti dulu namun ketika aku menatap payudara nya seperti nya ukuran nya bertambah.

" Kami pesan cemilan sehat saja dua." Ujarku kepada pelayan.

" Terima kasih tunggu sebentar." Kata pelayan itu lagi.

" Well dunia sempit banget ya. Kita ketemu lagi."

Fania POV

" Maaf apa aku terlambat?"tanya ku setelah tiba di meja nya.

" Lo ga telat koq. Gue yang terlalu awal datang nya." Sembari berkata itu dia berdiri dan menarik kursi ku bak adegan romantis di film. Seandai nya aku tidak tahu dia gay mungkin aku akan tersanjung.  Apalagi dia memang tampan dengan muka oriental namun agak hitam, aku bisa melihat tubuh atletis nya yang tertutupi kemeja berwarna senada dengan ku. Mengapa aku baru menyadari nya ya? Tinggi nya mungkin sekitar 185 cm dengan berat  ideal  benar-benar cowo perfect namun sayang "belok". Belum lagi hilang rasa kaget ku dia mengambil tangan kanan ku dan mengecup nya.

" Gue lakuin ini karena mata cowo di sini terus natap lo." Kata nya. Oh benar juga setelah adegan mengecup tangan mata para cowo sudah kembali ke tempat nya.

" Mau pesan apa?" Perkataan nya membuyarkan lamunan ku.

" Iced lemon tea no sugar." Kataku kepada pelayan yang sekilas mencuri liat ke arahku. Dan bahkan kakak gay itu juga terang-terangan melihat ku terutama bagian payudaraku. Ish apa maksud nya itu.

" Mau makan apa nona?" Yeah liat lah trik yang di pakai agar dia bisa berlama-lama di sini.

" Kami pesan camilan sehat saja dua." Kata nya setelah itu pelayan itu meninggalkan meja kami.

Author POV

" Well dunia ini sempit ya.Kita ketemu lagi." Kata Dave menecahkan keheningan.

" Ya terlalu sempit hingga kita bertemu dua kali." Ucap Fania lagi.

" Lo lebih suka di panggil apa? Fani Nia?" Tanya Dave lagi.

" Terserah enak nya kakak saja." Jawab Fania.

" Oke Fani. Masalah perjodohan ini...."

" Kalau kaka ga mau kaka bisa batalin aku ga keberatan." Kata Fania memotong kalimat Dave.

Dave POV

Aku ga salah dengar kan gadis ini mengatakan itu.

" Tidak..kurasa aku mau melanjutkan perjodohan ini. " Aku tidak tahu mengapa aku berkata akan tetap melanjutkan perjodohan ini. Kejam, mungkin itu yang kalian fikirkan. Namun semenjak pertemuan kami yang pertama kali sekilas bayangan nya yang menangis pilu selalu muncul dalam benakku. Dan mungkin takdir juga yang membuat dia di jodohkan dengan ku.

" Baiklah kalau itu mau kakak. Namun bisa kah kita menikah tahun depan setelah aku lulus dan wisuda?" Tanya nya memohon.

" Oke santai saja kita ga usa buru-buru." Kata ku. Percakapan kami di ganggu oleh pelayan yang membawakan pesanan kami.

 Fania segera meneguk minuman nya.  Aku mengamati wajah cantik nya yang sedang minum itu kemudian beralih ke tangan nya kiri nya. Fuck!  itu bekas sayatan seingatku tanda itu belum ada saat itu. Grrrr apakah gadis ini trauma dan mencoba bunuh diri. Itulah aku tidak suka ada cowo yang seenak nya menodai perempuan, kalau mau tinggal minta saja ke pacar kalian atau jajan lah ke psk.

" Awal nya gue heran kenapa ada orang yang milih siang untuk kencan dan sekarang gue paham." Kata ku sambil mengunyah makanan.

" Yeah karena kakak udah tau. Bisakah kita melanjutkan nya di lain hari. Aku sudah sangat lelah mengurus skripsi ku. Aku mau lanjut tidur dan mengerjakan nya setelah bangun nanti." Kantung mata nya menegaskan ucapan nya. Gadis ini memang terlihat cape.

" Mau gue antar?" Dia terdiam saat aku menawarkan tumpangan untuknya.

Fania POV

Astaga dia mau mengantarkan ku pulang. Aku harus mengabari Cintya agar mengikuti kami dalam jarak aman. " Boleh saja. Ah permisi sebentar aku mau ke toliet."

" Silahkan." Kata nya.

" Cintya ikuti kami dalam jarak aman ok." Kataku setelah kami di toilet.

" Apa dia ga curiga sama kami nona?" Tanya nya lagi.

" Seperti nya tidak lagipula kalian bertindak biasa." Kataku lagi.

Aku menghampiri Dave si kakak gay yang sudah berdiri, dia menggandeng tangan ku dan kami berjalan menuju mobil nya. Aku melirik sekilas Cintya yang masih ada di dekat ku. Mungkin Dimas sedang mengambil mobil. Aku menoleh ke arah ka Dave uh mengapa cowo ini begitu tinggi. Ah aku baru menyadari tanganku tidak gemetaran saat melakukan skinship dengan ka Dave malahan tangan nya begitu hangat dan nyaman.

" Pacar kakak masih yang dulu?" Tanya ku memecah keheningan.

" Sudah ganti orang baru saja jadian 5 bulan yang lalu." Jawab nya singkat.

" Oh kakak ganteng sih jadi populer." Ucapku agak bias.

" Lo juga cantik pasti udah ada pacar kan." Deggg pacar aku benci cowo tanpa sadar tubuh ku menggigil.

Author POV

Tubuh Fania menggigil saat membayangkan kejadian itu dia merasa tubuh nya kotor. Pikiran nya melayang tanpa sadar dia membuka sit belt dan membenturkan kepala nya di dashboard. Dave tersentak dengan perbuatan gila Fania dan dia mengerem mendadak menbuka silt belt nya dengan tergesa dan merengkuh gadis itu dalam pelukan nya.

" Sssttt tenanglah..ssstt gue di sini." Dave membujuk Fania yang menangis ketakutan setelah tangis nya mereda Dave menghapus air mata dengan ibu jari nya. " Gue minta maaf oke." Kata nya parau.

Dave POV


Shitt! Tampak nya trauma itu begitu berbekas di hati nya.  Oke next time aku tidak akan menyinggung apapun tentang pacar atau pun yang menjurus ke situ di depan nya.  Ah seperti nya dia sudah tenang.

" Gue minta maaf oke." Aku masih menggenggam tangan nya yang sudah tidak dingin lagi.  Tidak ada jawaban aku menoleh dan Fania sudah terlelap.  Wajah nya terlihat imut dan manis. Aku memasangkan silt belt nya dan mengantarkan nya pulang.

TIN TIN TIN seorang satpam membukakan gerbang saat aku mengklakson gerbang setelah ku buka kaca dan menunjuk nona nya yang sedang tertidur dia tampak terkejut dan membuat panggilan via intercom.

Aku memarkirkan mobil di tempat yang lowong.  Dia begitu lelap dan aku tidak ingin membangunkan nya.  Ku gendong dia menuju pintu di sana sudah ada pelayan berusia 50an tahun yang menyambut kami.

" Nona kenapa?" Tanya nya dengan raut cemas.

" Cuma ketiduran bisa tunjukkan kamar nya." Tanya ku. Gadis ini enteng sekali apa dia tidak makan pikirku.

" Silahkan ikuti saya tuan."

Ku tidurkan tubuh mungil ini di kasur bermotif hati setelah kulepas sepatu nya ku selimuti tubuh nya. Aku mengedarkan pandangan ke sekitar kamar hmm kamar cewe banget, ah ternyata dia senang menggambar . Pikirku setelah ku lihat skesta gambar dan kotak peralatan gambar  yang tergeletak di meja nya.

" Hmmm hmmm" suara deheman membuyarkan lamunan ku.

"  Sudah lama kamu di sini Dave? Kenalkan saya Damar Gilbert kakak nya Fania." Jadi ini orang yang akan jadi kakak ipar ku. Tubuh nya lebih pendek sedikit dariku suara nya yang bariton terdengar seksi di telinga ku dan lihatlah tubuh kekar nya itu. Tidak jauh berbeda dengan Arnold Wow perfect. Oh ya sedari tadi aku melupakan nya malam nanti aku akan membujuk nya dan err aku sudah tidak sabar untuk menikmati tubuh kekar nya meskipun orang nya kemayu. Shit, di sini lama-lama membuat juniorku menegang kuharap tidak terlalu kentara.

" Eh saya pamit dulu. Ada urusan yang harus saya selesaikan. Sampai jumpa lagi kak Damar." Ucapku lalu berlalu dari kamar itu.

Seperti perkiraan ku Arnorld ngambek dan merajuk padaku.

" Ayolah hon. Kau tidak kasihan melihatku menunggu di luar." Kata ku di balik pintu.  Hening dia masih ngambek padaku. " Padahal aku punya hadiah untuk mu, hon."

Cekrek akhir nya pintu apartemen nya di buka memunculkan sosok kekar six pack hmm dia hanya memakai boxer sangat menggemaskan dan itu membuat junior ku yang sedari tadi menegang tambah tegang. Tanpa banyak kata ku dorong tubuh nya dan aku mengunci pintu. Segera ku peluk pinggang nya dan mencium bibir nya. Tangan ku beralih ke junior nya dan meremas nya. Oo sungguh sensasi yang menyenangkan. Kami berciuman dengan ganas hingga tempat tidur. Sekarang kami berdua sudah sama-sama polos aku mencium leher nya dan  menjilati nya. Nampak nya dia kegelian dan keenakan. Oh lihat lah puting yang menyembul ini aku sangat gemas dan beralih mencium nya. Dia tak kalah ganas menciumi junior ku. Dan kami mengerang bersamaan saat mencapai klimaks.

" Oh hon jadi kau sengaja memancingku ya." Ucapku sembari mengecup bibir nya sekilas aku masih menindih tubuh nya.

" Huuu..kemana saja kau.  Nomor mu sulit di hubungi." Oh iya aku baru sadar aku mengalihkan nomor ku saat sudah bertemu Fania.

" Maafkan aku hon. Tadi aku sangat sibuk meeting." Ucapku berbohong aku belum membicarakan perihal perjodohan ku dengan seorang gadis dengan Arnold.  Aku takut dia akan cemas tentang hubungan kami. Ngomong-ngomong apa  Fania baik-baik saja. Apaa!!! Tidak salah lagi aku memikirkan seorang gadis. Aku menggelengkan tubuh ku lalu mulai menciumi wajah bibir dan tubuh kekasih kekar kemayu ku ini, junior ku yang melemas mengacung kembali menuntut hak nya. Aku dengan kasar menciumi junor kekasih ku tak peduli dia sudah kelelahan akibat permainan kami. Dia menyerah dan aku mengerjai nya sepanjang malam. Setidak nya dia tidak ngambek lagi pada ku. Mungkin akan ku cari hari lain untuk memberitahu hal ini.

Fania POV

" Apa nona mau makan?" Tanya bi Sum art ku saat aku terbangun dari tidur ku, seingatku tadi aku sedang bersama kakak belok kenapa sekarang aku berada di kamar.

" Saya mau mandi dulu bi, ngomong-ngomong siapa yang bawa aku ke kamar." Tanya ku.

" Tadi ada aden ganteng tinggi keker agak hitam yang gendong non dari mobil nya ke kamar waktu ketiduran." Cerita bi Sumi antusias, aku tersenyum kecut menangapi nya.  Andai bi Sumi tau asli nya aku jamin bakal mati histeris. Tapi ngomong-ngomong baik juga ka Dave mau menggendong ku ke kamar.

" De ayo makan sini." Tawar kakakku saat aku melangkah masuk ke ruang makan. " Gimana kencan nya de?" Uhh pertanyaan itu lagi.

" Tidak buruk kakak belok bilang dia mau menerima perjodohan ini." Kata ku akhir nya kakakku mengerutkan kening nya dan aku pun menceritakan pertemuan pertama ku dengan ka Dave.

" Dede ga masalah nikah sama seorang gay?" Tanya kakakku dengan raut khawatir.

" Dede ga masalah kak. Lagian kakak belok baik sama dede." Sahutku di sela kunyahan ku.

Author POV

Di tempat terpisah Dave dan Fania saling memikirkan. Dave dengan trauma Fania dan Fania dengan kebelokan Dave. Fania mendesah dan melanjutkan mengerjakan skripsi hingga tanpa sadar dia tertidur di meja. Damar yang mengecek Fania mengsave hasil kerja Fania sebelum mengklik turn off komputer gadis itu dan menggendong Fania lalu menyelimuti nya.

Dave terbangun saat memimpikan wajah Fania yang menangis pilu , di sebelah nya Arnorld masih terlelap. Dave melangkahkan kaki ke dapur untuk mengambil minum. Dari tadi dia resah tanpa tau sebab nya. Mungkin besok dia harus bertemu dengan Fania dan mengajak nya pergi.

Dave POV

" Hon, aku pulang dulu ya mama ku mencari ku." Ujarku sembari memakai baju dia terlihat cenberut namun tidak bisa berbuat apa-apa jika hal itu menyangkut mama ku.

" Baiklah nanti kita ketemu lagi. Cup." Kata nya sambil mengecup sekilas bibir ku.

" Gimana kemarin kencan nya sayang?" Tanya mama ku lembut.  Ah beliau selalu begitu bahkan saat mengetahui aku seorang gay tidak menghakimiku dan tetap menyayangiku seperti biasa.  Mama ku yang menenangkan papa ku hingga beliau dan kakak perempuan ku bisa menerima keadaan ku ini.

" Tidak buruk ma. Dan mungkin bukan ide yang buruk mengenai perjodohan ini." Jawab ku jujur dan itu membuat senyum beliau mengembang.

" Apakah dia cukup 'cantik' buat mu sayang?" Tanya nya lagi menekankan kata cantik.

" Dia malah sangat cantik ma , namun dia sangat rapuh dan Dave tidak tau kenapa Dave ingin selalu melihat nya." Ucap ku jujur apalagi saat melihat tindakan anarkis nya kemarin membuatku ingin segera bertemu dengan nya.

" Apa ini alasannya kamu berdandan rapi seperti ini." Canda mama ku. Aku hanya pulang untuk mandi dan memakai kemeja biru dongker serta celana kain berwarna hitam dan sepatu kets. Rambut ku tata agak spike dengan tangan ku. Aku hanya tersenyum menanggapi nya.

" Dave pergi dulu ma." Ucapku pamit.

TIN TIN TIN Satpam yang kemarin membukakan pintu sembari berkata. " Mas nya mau ketemu nona ya. Silahkan masuk." Aku hanya tersenyum kemudian memasukkan mobil ku. Eh kenapa tempat parkir nya sempit seingat ku mobil Alpard hitam itu tidak ada saat aku mengantar Fania pulang. Ah sudah lah lebih baik sekarang aku masuk untuk menemui gadis itu.

" Ya sebentar den saya bangunkan nona dulu." Ujar art yang kemarin, sekarang dia memanggilku den. Ku lirik arloji ku sekarang pukul 9 dan dia belum bangun apakah dia mengerjakan skripsi semalaman. Pikirku.  Aku menunggu dalam bosan sambil membuka tab ku untuk membaca laporan-laporan entah itu penjualan keuangan apapun itu.  Aku terlalu asyik hingga.

" Kak Dave maaf lama." Ucapan nya membuatku menoleh dia memakai mini dress bermotif bunga dan tampak nya dia baru keramas karena rambut nya yang panjang itu masih basah. Benar-benar dewi yang turun dari kahyangan. Pikirku.

" Ga gue sambil baca laporan koq. Hm lo mau pergi ama gue ga hari ini?" Tawarku pada nya dia terlihat bingung namun sedetik kemudian gadis itu mengangguk. " Tunggu sebentar aku ambil tas dulu."kata ny pamit.

Fania POV

" Non bangun ada den Dave nyariin non." Kata bi Sumi sambil mengguncang pelan badan ku.

" Apa kak Dave nyariin aku." Kataku setelah kesadaran ku pulih. Bi Sumi hanya mengangguk. " Bi panggilin Cintya aku mandi dulu ya." Cintya dan Dimas memang tinggal di sini jadi kalau ada keperluan mendadak tidak susah untuk mencari nya lagipula mereka anak luar pulau ini Cintya berasal dari Menado sementara Dimas berasal dari Riau.

" Ada apa nona manggil saya?" Tanya Cintya saat aku mengeringkan rambutku dengan handuk.

" Ada kak Dave dia mau ajak aku pergi. Kalian udah tau harus ngapain kan?" Kata ku sambil memakai lipgloss peach.

" Oh tenang saja nona."

Aku menuruni tangga dan melihat kakak belok sedang serius melihat tab nya. Aku mencelos dalam hati sayang belok padahal perfect banget.

" Kak Dave maaf lama." Ucapku membuyarkan aktivitas nya.

" Ga gue sambil baca laporan koq. Emh lo mau pergi ga sama gue hari ini." What kakak belok ngajakin pergi rasa nya ingin di rumah cuma aku terlalu suntuk dan Kak Damar kata nya pergi dari pagi untuk ketemu pacar nya. Kak Natasya.

" Tunggu sebentar aku ambil tas dulu sebentar." Ujar ku sambil pamit ke kamar.

Author POV

Dave mengajak Fania ke mall terbesar di kota ini. " Lo mau makan apa?" Tanya Dave.

" Belum kepikiran mau makan apa kak." Jawab Fania singkat. Dave mengalihkan pandangan nya ke gadis itu dan sekitar nya. Ckk mengapa gadis ini terlalu cantik batin nya. Grepp Dave menggenggam tangan Fania dan mengajak nya ke salah satu food court.  Sesaat kedua nya tersentak namun Dave tetap menggenggam tangan gadis itu seakan menegaskan kalau Fania bersama nya.

Dave POV

Lihatlah para mata cowo mesum itu. Ckk tidak bisa kah mereka berhenti memandangi gadis ini. Dan lagi gadis ini memang selalu memukau padahal dia sedang tidak memakai make up hanya berbalut lipgloss. Greep aku menggenggam tangan nya dan entah kenapa aku merasa kan sesuatu namun aku tidak boleh melepaskan gadis ini. Apa mereka tidak menganggap aku ada. Maki ku dalam hati.
Ckk apa itu bisa di sebut makan pantas saja dia terlalu ringan saat ku gendong.

" Makan ini." Sahut ku sambil menaruh potongan daging di piring nya. Dia memesan ketoprak mini yang memang hanya seperempat porsi aku makan. Aku memesan nasi goreng seafood yang porsi nya bisa untuk 2 orang makan.

Dia tampak menolak pemberian ku. Ckkk aku menyuapkan potongan daging ke mulut nya dan berkata " Lo terlalu kurus dan kalo kita jadi menikah. Gue ga mau di anggap ga bisa kasih lo makan." Dia tampak merajuk saat ku paksa makan dan itu terlihat lucu di mataku.

Fania POV

Lihatlah pria ini mengapa dia memaksa ku untuk makan padahal aku sudah kenyang dan lagi apa pula menyinggung pernikahan di kencan kedua kami. Apa!!!!! ini bukan kencan! sadarlah Fania dia hanya mengajak mu pergi makan dan lagi pula dia seorang gay.  Aku mencuri-curi melihat otot yang tersembul dari lengan kemeja pasti dia memiliki perut apa itu nama nya six packs yang teman ku biasa sebut roti sobek.

" Kalau kita menikah lo bisa puas liatin badan gue." Eh sialan kakak gay ini bisa membaca pikiran ku dan itu membuat pipiku memerah. Eh apa itu. Batinku bertanya sebab aku menangkap kilasan cahaya blitch saat menoleh ke samping namun aku mengacuhkan nya.  Mataku berkeliling untuk mencari keberadaan Cintya dan Dimas oh mereka ada di sana semakin serasi saja. Aku heran kenapa mereka ber2 tidak pacaran saja.

" Mau pergi ke mana lagi?" Tanya kak Dave membuyarkan lamunan ku.
" Aku ingin beribadah yang jam 1 siang." Jawab ku spontan eh aku tidak sadar pas mengatakan nya dan kakak gay juga seperti nya terkejut.

" Oke tinggal bilang di mana tempat nya. I'm yours today." Ucap nya sembari tertawa.  Aku tidak tahu apa maksud tertawa nya itu.

Dave POV

Aku tidak salah dengar dia bilang ibadah. Nampak nya gadis ini taat juga. Ah sudah berapa lama ya aku tidak ke Rumah Tuhan mungkin ini lah saat nya aku kembali lagi. Aku melihat raut kebingungan saat aku menyetujui ajakan nya.

Ya, mungkin benar ini bukan ide buruk menerima perjodohan ini dan untuk Arnold aku harus segera bertemu dengan nya selepas ini untuk menceritakan semua nya sebelum terlambat. But shitt di mana dia, telepon nya tidak aktif bahkan apartemen kami kosong. Dia pergi kemana.
Drrtt iphone ku bergetar sebuah pesan masuk .

Jika kau mencari kekasih gay mu. Kau harus datang ke tempat xxxxxxxxxxx sekarang juga.

Bersambung

Kelar juga part 1 nya ini bener-bener cerbung frontal ku. Sebener nya bayangin tulis percintaan sesama buat author merinding cuma ya harus di tulis mumpung ide nya masih fresh. Inget ya rated 17++++ . Jadi yang di bawah umur tanggung dosa nya. Ok sampai jumpa bye3x















Tidak ada komentar:

Posting Komentar