Part 17~ Found Her
Johanness POV
Aku tertawa keras dan bersyukur karena menemukan Rapunzel ku, cinta ku, bahkan bagian dari diri ku pernah berada di dalam rahim nya. Tuhan terima kasih ku atas jawaban doa ku selama ini. Aku melirik Lukas yang sekarang bertanya pada Cindy gadis manis berambut ikal sepinggang. Ah Lukas sangat serasi dengan nya hanya kedua nya atau lebih tepat nya Lukas yang masih berperang dengan hati nya untuk menyatakan perasaan nya.
" Cindy. Sepupu kamu sekolah di mana?" Lukas mulai bertanya.
" Sebentar ko. Aku agak lupa yang jelas sekolah internasional gitu." Ucap Cindy sembari memijat kepala nya. Aku kasihan pada nya mungkin dia belum pulih namun memaksakan diri untuk menjawab pertanyaan Lukas.
" Ga usah di paksa kalo lo ga inget. Next time aja. Ato lo bisa nanya sepupu lo." Aku menyambar pembicaraan kedua nya. Jujur saja aku membayangkan Vivi yang berada di posisi Cindy . Yang membedakan adalah Cindy di hajar oleh kakak tiri nya yang memang kelas 10 sempat mengejarku cuma aku lupa siapa nama nya. Yang terpenting gadis ini pulih terlebih dahulu baru kami bisa menanyai nya perlahan.
Lukas menghela nafas kasar sebelum akhir nya berbicara " Ya udah. Kamu sehatin badan kamu dulu. Kepala nya masih pusing ga, yang mana yang sakit? " See pikiran ku sama dengan Lukas bahkan Lukas mulai cerewet memperhatikan Cindy membuat semburat merah terlihat di pipi cubby nya. Aku terkekeh pelan melihat kedua nya.
" Oh iya lo kan berdua temen sekelas Eve. Jangan kasih tau dia tentang ini." Lukas berbicara dengan Bella, gadis tomboy yang sering bertengkar dengan Rey. Another couple and they don't understand what happen with their heart.
" Ih kak Lukas. Ieu mah Eve na ajah yang belet. Ngejar lalaki ampe segitu na. Emang lalaki cuman kak Johanness ajah. Eve mah harus di sadarken dengan keras." Ceplos Bella dengan logat sunda kental terkadang gadis ini bisa memaki Rey dengan bahasa dan logat Jepang yang lancar.
Ku lihat Rey bersiap membuka mulut membantah Bella namun perkataan Lukas membuat Rey dan Bella meringis " Lo berdua kalo mau ribut keluar ini UKS."
" Joe maafin Eve ya. Dan jangan kasar kasih pelajaran nya ya. Luke." Ethan berbicara dengan muka memelas. Ya tidak bisa di salahkan juga. Eve adalah sepupu Ethan. Sementara kami sudah berteman sejak kelas 7 smp, jadi aku tidak mau menghancurkan persahabatan kami.
" Kita liat nanti ya. Soal nya sepupu lo bebal banget. Udah ampir 6 bulan kan Joe nolak dia, eh malah dia yang buat ulah sendiri." Ucap Lukas sembari mengusap sayang kepala Cindy. Ah aku jadi semakin merindukan Vivi. Kuperhatikan kembali foto itu, ah gadisku kelihatan sendu, mata nya tidak berbinar. Bersabarlah sweety. Koko pasti datang dan kita ga akan pisah lagi.
" Sabar ya. Joe, nanti kalo lo uda ketemu Vicky. Lo bebas mau peluk cium usap. Terserah deh." Ucapan Rey menyadarkan ku, aku melihat jariku yang mengusap layar yang menampilkan wajah Vivi.
" Ya uda. Gue mau ngabarin Rico dulu, pasti dia seneng kita uda nemuin jejak Vivi." Ucapku sambil mengetik chat untuk Rico.
" Gue sebener nya mau tanya ini dari dulu. Nah mumpung inget. Lo kaga takut apa Vicky deket-deket ama Rico. Secara dia kan play boy." Degghhh..Pertanyaan Rey membuatku bingung ga mungkin kan aku mengatakan kalo Rico itu gay. Jadi dia gonta ganti cewe buat nutupin kedok nya aja.
" Ngacaaa....Sendiri nya play boy sok ngatain orang play boy. BOROKOKOK SIA." Bella mengumpati Rey yang berarti aku tidak perlu menjawab pertanyaan Rey. Entah apa yang terjadi pada Bella sampe segitu nya mengumpati Rey bila kedua nya bertemu.
Ku lirik Lukas menghela nafas kasar sebelum akhir nya menggendong Cindy keluar dari UKS mungkin dia mau mengantarnya pulang. Lukas lumanyan kuat juga, ku taksir Cindy memiliki tubuh yang montok dengan tinggi sekitar 157cm.
Segera ku tutup semua aplikasi ada di laptop lukas dan meng eject memori card Cindy sebelum mematikan laptop itu. Aku dan Ethan menyusul keluar dari UKS setelah kami merapikan semua ke dalam tas kulit berwarna coklat ini. Biarkan lah Rey dan Bella bertengkar sendiri.
******************************************
Author POV
Joe sedang berlatih basket saat Eve memandang nya dengan ekpresi yang sulit yang di artikan, Rico yang sedari tadi melirik ke arah gadis itu duduk pun tidak dapat menyembunyikan kegusaran nya. Entah apa yang akan di lakukan setan kecil itu. Begitu pikir Rico.
Rico melempar Lukas dengan bola yang sedang di drible nya, membuat Lukas menatap Rico yang di balas lirikan lelaki itu ke arah Eve. Sejenak kedua nya bertatapan seakan berkomunikasi tanpa suara, sebelum kedua nya menghela nafas kasar.
Lukas menghampiri Rico seraya mengulurkan sebotol air mineral dan kedua nya pun duduk di tepi lapangan. " Gue udah tanya Cindy. Sepupu tiri nya sekolah di CrownBlue International High School."
" Joe uda tau?" Tanya Rico sambil meneguk minuman nya.
" Gue baru buka chat Cindy barusan. Habis ini kita semua kumpul deh. Kita pikirin rencana selanjut nya. Jujur aja gue gerah banget ama sepupu nya Ethan." Ucap Lukas di sela nafas nya yang terengah. DEGGGG...Rico sejenak terpana melihat Lukas yang terlihat tampan saat berkeringat. Bibir itu pasti manis saat di cium seperti rasa bibir Kenzo. Ahhh Mengingat nama Kenzo membuat Rico meringis. Sudah 9 bulan Kenzo di Jepang, komunikasi di antara mereka juga mulai jarang karena kesibukan Kenzo dan Rico memaklumi nya, maka itu Rico mengalihkan rasa rindu nya dengan banyak beraktivitas dan bersosialisasi dengan banyak orang termasuk berganti pacar yang memiliki jenis kelamin perempuan.
" WHAT THE FUCK...Setan kecil itu benar-benar...." Lukas mengumpat membuat Rico mengarahkan pandangan nya dan mulut nya menganga saat Eve dengan nekat menempelkan bibir nya ke bibir Joe. Joe yang sedang lengah dan tenaga nya terkuras akibat latihan secara berlebih tidak sempat mengelak dari gadis itu. Seluruh pandangan di lapangan mengarah pada kedua nya. Hampir semua nya menganga takjub dengan kenekatan Eve.
" Woyyy. Eve. Lo jadi awewe ganjen banget sih. Emang lalaki cuma kak Johanness ajah. BELEGUG SIA." Bella entah dari mana datang mendorong Eve memisahkan nya dengan Joe. Tak lama gadis itu mengumpati Eve dengan bahasa sunda yang hanya Eve pahami sendiri.
" Diem lo Bell, jangan ikut campur urusan gue. Dan kak Joe. Harus dengan cara apa lagi supaya kakak bisa suka aku." Eve mulai meradang dan balik memarahi Bella dan mendorong nya kasar membuat Bella balik mendorong dan akhir nya kedua gadis itu beradu mulut.
Joe yang baru tersadar dari rasa keterkejutan nya pun spontan menggosok bibir nya kasar seakan ada kotoran yang menempel di sana.
" EVE...GUE HARUS BILANG BERAPA KALI KE LO. KALO GUE GA SUKA AMA LO. GUE UDAH PUNYA PACAR DAN GUE BAKAL NIKAHIN DIA GITU DIA LULUS SMA." Bentakan Joe membuat kedua gadis itu menghentikan pertikaian nya dan Eve sangat terkejut mendengar pernyataan Joe yang tegas itu.
" Engga. Kakak ga boleh sama yang lain kecuali aku. Kakak kan udah janji bakal nikahin aku waktu kita kecil." Eve berteriak histeris membuat semua nya menghela nafas kasar. Joe yang tidak tahan dengan kelakuan Eve meninggalkan lapangan basket di ikuti Rico dan Lukas. Tadi nya Eve mau menyusul Joe, namun Ethan menahan nya.
" CUKUP EVE. JANGAN DEKATI JOHANNESS LAGI. DIA HANYA MENCINTAI SATU ORANG DAN ITU BUKAN KAMU. HARUS DENGAN CARA APA BUAT KAMU SADAR." Ethan membentak Eve sebelum menarik sepupu nya pulang, menghiraukan rengekan tangisan yang keluar dari gadis itu.
Di rumah Joe
" Joe. Gue baru sempet buka chat Cindy pas kita abis latihan. Vicky sekolah di Crown Blue International High School. Dan kata Cindy sepupu nya Randy juga satu sekolah dengan nya." Ujar Lukas sambil sesekali menatap iphone nya.
" Kita lebih baik hubungi ko Viko dulu kalau kita udah nemuin jejak Vicky." Usul Rico membuat ketiga pemuda itu menatap heran diri nya. " Setidak nya ko Viko kartu as lo Joe. Dia bisa bantu lo, Joe." Rico melanjutkan kalimat nya.
" Rico benar. Sebentar gue telepon ko Viko dulu." Ucap Joe sembari mencari kontak Viko dan menelepon nya. Saat Joe mengatakan bahwa dia sudah mengetahui di mana Vicky bersekolah di Jakarta. Viko mengatakan bahwa dia akan menelepon Joe lagi pada malam hari.
" Joe, saat ini Vicky memang aman karena ada sepupu nya, namun lebih baik lo berdua ketemu biar ga ada pengganggu-pengganggu lain dalam hubungan kalian. " Seruan Lukas membuat Joe terdiam.
" Iya. Kalo gue aja di ganggu terus ama Eve, apalagi Vivi...Dia...."
" Sangat cantik. Dari smp banyak lelaki yang ngejar dan semua gadis merasa iri dengan kecantikan nya. Dari dulu Vicky menganggap muka nya seperti dua sisi koin yang saling bertentangan." Rico memotong perkataan Joe.
Rey yang gatal berkomentar pun membuka mulut nya." Nah lo sendiri kenapa ga ngejar Vicky seperti cowo umum nya. Padahal lo kan play boy."
Rico mencoba menetralkan emosi nya saat Rey berkata itu. Tidak mungkin dia mengaku gay kepada ketiga lelaki ini. " Setelah apa yang Vicky perbuat ke gue. Sangat ga pantas buat gue menjadikan dia koleksi mantan gue. Apalagi dia terus memandangi kalung salib pemberian Prince nya setiap malam. Berharap suatu saat akan di pertemukan lagi. Sampai Vicky dan Joe jadian baru dia mulai mengalihkan pikiran nya dari Prince yang berjanji menikahinya setelah dewasa." Ucapan Rico yang dingin membuat Rey tak enak hati dan di hadiahi jitakan kecil oleh Lukas.
Sementara Joe tercenung sebelum akhir nya berkata." Jadi Vivi selalu mengingat janji itu."
" Yes dude she's waiting you past, now and forever." Kata Rico lagi membuat hati Joe membuncah di penuhi perasaan bahagia, ternyata Rapunzel nya tidak pernah melupakan janji masa kecil mereka.
" So i must declare to the world that she is mine." Joe seakan mendapat supply energi saat menyatakan niat itu membuat Rey terutama Lukas dan Rico tersenyum lega. Prince nya Rapunzel terlihat hidup beberapa hari ini.
' So cousin. Bersabar lah, sebentar lagi kita bebaskan Rapunzel nya Prince.' Kata hati Lukas sembari mengoperasi kan iphone nya.
******************************************
Victoria POV
Sungguh menyesakkan harus berpisah dengan koko Joe. Kehangatan dan aroma tubuh nya yang menerpa hidung ku saat kami berpelukan. Dada bidang tempat aku menumpahkan tangis. Bibir tebal nya yang mengecupi seluruh tubuh ku dan betapa besar nya milik nya memenuhi milikku. AKU SANGAT MERINDUKAN NYA. Camkan itu.
Ko Randy hanya berdiam diri saat kami selesai membuka kedok Nicholas yang menghamili Caroline, semoga mereka berdua bahagia. Satu masalah telah selesai dan kini aku harus memutar otak menyelesaikan satu masalah lain.
Sejujurnya aku merasa lelah bahkan ketika ada orang yang memanggil salah satu dari nama lengkap koko Joe, hati ku merasa sesak. Aku menatap gelasku dan mendapati sebagian es batu telah mencair, dengan perlahan aku meminum green tea madu ku. Kivlan dan ke8 teman nya tidak berani menghampiri meja kami. Aku tau dari Ko Randy yang sesekali melirik ke belakang.
" Dede kamu nangis...Yang mana yang sakit. " Guncangan Ko Randy membuat mataku semakin berkabut kali ini aku memilih menenggelamkan wajahku di dada nya, tetap saja tidak senyaman pelukan koko Joe. Aku tidak tahu berapa lama aku menangis hingga kegelapan menghampiri ku.
Author POV
Sepasang netra coklat menyapa netra Vicky yang hitam saat 'gadis' itu terbangun. Untuk sesaat Vicky terpana dengan tatapan mata yang lembut itu. LEMBUT. Satu kata yang memicu kesadaran Vicky bahwa itu bukan tatapan mata Joe yang meneduhkan dan rasa sesak itu kembali menghampiri nya. Vicky terpejam dan menghela nafas kasar sebelum akhir nya dia terpaksa mengakui bahwa dia harus menyerah dengan janji nya yang tidak akan menangis sampai dia dan Joe nanti nya bersatu lagi.
Mata Vicky memanas dan cairan itu mengalir deras ke kedua matanya. Dia butuh kehadiran Joe saat ini walaupun itu mustahil. Via yang terdekat dengan Vicky langsung memeluk nya, gadis itu merasakan kepedihan yang dalam saat buliran air itu meluncur di kedua pipi mulus Vicky. Semua memiliki satu pemahaman bahwa 'gadis' itu sudah melewati batas kesabaran nya dan terlihat rapuh layak nya keramik tua yang tinggal menunggu sisa kehancuran nya.
Jika tidak di tahan Rio, Kivlan sudah di pastikan akan memeluk Vicky. Lelaki itu geram saat Vicky yang secara sepihak memutuskan kontak mata mereka yang tercipta selama 10 detik. Ya 10 detik yang membuat Kivlan merasa memiliki kesempatan menuju hati Vicky yang terkunci rapat.
" Menyerah lah untuk mendapatkan hati gue. Kak Kivlan. Gue ga suka ama lo." Vicky berkata dengan suara serak di sela tangisan nya.
" Ckk...Bahkan lo ga ngasih gue kesempatan. Gimana lo tau kalo belum di coba." Kivlan menuju ke bed Vicky. Menepis lembut tangan Via yang memeluk Vicky dan mencengkram kuat bahu 'gadis' itu.
" Tidak akan ada kesempatan buat lo kak." Vicky menantang Kivlan dengan menatap tajam kedua netra lelaki itu. SISA serta Randy merasakan suasana menegang di antara kedua nya.
" Kivlan. Lepasin tangan lo. Lo ga liat apa dede kesakitan." Randy yang sudah gerah menepis tangan Kivlan dan menggendong Vicky keluar dari UKS. " Lebih baik dede istirahat di rumah. Ko Randy antar bs liat." Randy berbisik pelan di telinga Vicky.
" Kak. Menyerah aja ya? Vicky memang ga ada rasa ama lo." Ify menepuk pelan pundak Kivlan mencoba membujuk sepupu nya.
" Ga Fy. Kakak ga bakal nyerah. Kakak cinta ama Vicky. Hati kakak bergetar melihat nya." Kata Kivlan sembari meremas rambut nya.
***********
Vicky dapat bernafas lega karena kelas 12 sudah kelar megikuti UN dan tersisa 1 setengah bulan untuk UKK. Arti nya dia pasti jarang bertemu Kivlan.
Debo yang setiap hari di titipi makanan dan minuman oleh Kivlan harus meringis saat titipan nya beralih ke perut Naufal atau Randy.
" Vicky. Lo kenapa ga coba buat nerima Kivlan?" Tanya Debo pelan saat gadis itu menggambar di buku sketsa nya. Guru sedang menerangkan materi namun Vicky tidak berminat memperhatikan guru fisika itu.
" Haruskah? " Vicky balik bertanya membuat Debo tidak lagi bertanya karena lelaki itu sadar. Vicky tidak tergerak hati nya atas semua perlakuan dan perhatian Kivlan.
KRING Bel istirahat menjadi alunan indah sebagian besar murid. Via menarik tangan Vicky menuju kantin sembari berkata. " Ayolah kita lama ga kumpul." Tingkah Via yang polos membuat Vicky tidak dapat menolak nya. Lagipula kelas 12 sudah tidak lagi sekolah, pengumuman kelulusan UN pun sehari setelah UKK selesai.
" Gue ke toilet dulu oke." Jawab Vicky lembut yang di ikuti oleh Via di belakang nya.
Setelah kedua nya menyelesaikan urusan nya di toilet dan bergabung dengan SIA dan Carol di kantin. Agni memberitahukan sebuah berita. " Eh pas pengumuman UN yang bearti sehari kita kelar UKK, tim basket kita tanding ama tim basket sekolah lain. Pacar kita ikut tanding loh."
" Dua lagi siapa?" Tanya Shilla.
" Kivlan dan Nicholas." Kata Agni pelan. Nico dan Carol sudah menikah seminggu setelah insiden di taman itu. Resepsi, pemberkatan dan catatan sipil di gabung digereja. Teman sekolah yang di undang adalah mereka yang berada di taman. Nico mulai meyayangi Carol yang terpaksa harus homeschooling saat naik kelas 11. Perut nya saat ini belum membesar dan masih aman untuk menyelesaikan tahun ajaran ini.
" Masih mual ga Carol?" Tanya Vicky lembut.
" Masih cuma udah ga sering. Kak. Tenang nya pas ada daddy nya." Jawab Carol pelan. Sekarang wanita itu lebih banyak berkumpul dengan SISA dan Vicky semenjak Nico sudah kelar UN.
" Daddy nya ga buat mommy nya sedih lagi kan?" Tanya Vicky sembari meminum green tea madu.
" Kak Nico baik kak. Malahan dia rela bangun subuh buat nyari martabak telur." Carol berucap dengan binar mata bahagia, membuat nya teringat Joe yang dulu rela bangun tengah malam dan mencarikan mangga muda. Tentu saja kedua nya belum tau bahwa Vicky mengandung si kembar. Ingatan itu membuat Vicky mengelana ke alam lamunan meninggalkan raga nya.
" Jadi kita mesti dukung tim basket sekolah kita. Ciayo." Pekikan Shilla menyadarkan Vicky.
" Jadi udah tau belum siapa lawan nya?" Tanya Via.
" Belum. Anak osis ga ngasih tau. Kata nya biar suprise di hari H." Ucap Agni lagi.
" Loh koq anak osis?" Tanya Via bingung.
" Kak Rio aja yang mantan ketos aja bingung apalagi lo.Via. anak OSIS ga mau buka mulut meski itu buat mantan osis nya." Ucap Ify sambil membayangkan raut muka Rio heran membicarakan hal itu pada nya.
" Ya udahlah. Tinggal 2 minggu lagi. Carol. Lo ga usa stress. Tenang aja laki lo gitu-gitu jago juga setara ama kak Rio." Agni berusaha menenangkan Carol yang mulai gelisah.
***************
Hari H pertandingan. Semua siswa memakai batik karena hari itu bertepatan dengan Jum'at.
Pertandingan di mulai pukul 9. Dan Vicky entah mengapa terbangun di jam 5.30 setelah berdoa dan merenggangkan badan sebentar. 'Gadis' itu menyambar peralatan lulur dan creambath nya. Vicky merasa dia harus tampil cantik dan wangi. Tepat pukul 8.00 Vicky turun dan bersiap memakan sarapan nya, sedikit memaksa Naufal untuk menemani nya. Kedua nya berangkat 30 menit kemudian.
" Bu. Naufal pergi ya." Pamit nya sambil mencium tangan bi Parni.
" Bi. Saya pergi. Baik-baik di rumah. Jangan terlalu lelah. Jaga kesehatan." Kata Vicky sebelum keluar rumah menuju motor Naufal.
" Non. Kayak nya hari ini seneng banget. Ada apa?" Tanya Naufal saat di lihat mata nona nya sedikit berbinar.
" Entahlah. Saya juga ga tau. Yuk. Saya udah siap." Jawab Vicky singkat
Mereka tiba di sekolah 10 menit sebelum pertandingan. SISA dan Carol sudah menunggu di bangku penonton. Via segera menarik tangan Vicky untuk duduk di sebelah nya.
Entah karena antusias atau terlalu semangat. Agni menyenggol Vicky yang sedang meminum air mineral nya, menyebabkan seragam batik Vicky basah. Vicky menenangkan Agni dan menuju ke toliet seorang diri. Bertepatan dengan tim basket lawan dan suporter sekolah lain yang memasuki lapangan basket indoor.
Seorang gadis tomboy yang melihat Vicky ke toilet menyusul nya keluar dari rombongan dengan menarik seseorang gadis girly yang di panggil kak oleh gadis tomboy itu.
Vicky mengeringkan seragam nya dengan tissu. Untunglah hanya air mineral bukan minuman berwarna yang pasti nya akan meninggalkan noda lengket yang susah di bersihkan. Setelah memastikan seragam nya kering, Vicky berniat untuk keluar namun sial pintu toilet terkunci. Memang salah satu pintu toilet sekolah rusak dan belum sempat di perbaiki. Vicky berusaha memikirkan cara untuk keluar dari sana.
" Halooooo... Victoriaa...Lo di dalem ya?" Teriak seorang gadis sambil berusaha membuka pintu toilet itu.
" Iya gue Victoria. Lo siapa?" Tanya Vicky sembari meningkatkan kewaspadaan nya.
" Gue Monica. Yang sekelas ama lo kelas 10 " Jawab suara itu lagi.
" Oh. Lo cari bantuan deh. Pintu nya kekunci rusak." Kata Vicky lagi, dalam hati nya dia bingung mengapa teman sekolah nya di Bandung bisa nyasar ke Jakarta. Sedetik kemudian dia menyadari bahwa....
" Tenang Bella lagi nyari bantuan." Jelas Mocic lagi.
" Bella?"
" Calon pacar nya si playboy Rey. Sohib nya cowo lo. Johanness." Sedetik Monic mengatakan itu air mata Vicky mengalir deras dan 'gadis' itu terisak.
" Vicky. Sabar ya. Ntar lo ketemu koq ama kak Johanness. Mereka lagi tanding. Kayak nya udah mulai deh." Perkataan Monic membuat Vicky menghentikan tangis nya. Dia menuju wastafel dan membasuh wajah nya dan memakai bedak dan lipgloss agar terlihat segar.
Sementara itu di lapangan basket indoor pertandingan sudah berjalan 30 menit. Tim basket Rio memimpin angka dari tim lawan. Salah seorang pemain dari tim lawan melirik ke sekeliling seperti mencari sesuatu sebelum akhir nya menghela nafas kasar.
" Sabar Joe. Gue liat Bella dan Monica ga ada. Kita tunggu kabar dari mereka." Yups Joe sedang mencari Vicky yang sedang terkunci di toliet.
" Oke. Luke. Lo bisa handle yang bule itu ga? Dia ga mudah terkecoh." Joe berbisik pelan. Sebelum akhir nya pertandingan itu berlangsung sengit. Susul menyusul angka terjadi namun beda skor tim Rio sangat jauh di banding tim Joe.
JOHANNESS. Joe menoleh saat para gadis tim suporter nya meneriakkan nama nya. Kegembiraan langsung mencakup di hati Joe.
TBC
" Sabar ya. Joe, nanti kalo lo uda ketemu Vicky. Lo bebas mau peluk cium usap. Terserah deh." Ucapan Rey menyadarkan ku, aku melihat jariku yang mengusap layar yang menampilkan wajah Vivi.
" Ya uda. Gue mau ngabarin Rico dulu, pasti dia seneng kita uda nemuin jejak Vivi." Ucapku sambil mengetik chat untuk Rico.
" Gue sebener nya mau tanya ini dari dulu. Nah mumpung inget. Lo kaga takut apa Vicky deket-deket ama Rico. Secara dia kan play boy." Degghhh..Pertanyaan Rey membuatku bingung ga mungkin kan aku mengatakan kalo Rico itu gay. Jadi dia gonta ganti cewe buat nutupin kedok nya aja.
" Ngacaaa....Sendiri nya play boy sok ngatain orang play boy. BOROKOKOK SIA." Bella mengumpati Rey yang berarti aku tidak perlu menjawab pertanyaan Rey. Entah apa yang terjadi pada Bella sampe segitu nya mengumpati Rey bila kedua nya bertemu.
Ku lirik Lukas menghela nafas kasar sebelum akhir nya menggendong Cindy keluar dari UKS mungkin dia mau mengantarnya pulang. Lukas lumanyan kuat juga, ku taksir Cindy memiliki tubuh yang montok dengan tinggi sekitar 157cm.
Segera ku tutup semua aplikasi ada di laptop lukas dan meng eject memori card Cindy sebelum mematikan laptop itu. Aku dan Ethan menyusul keluar dari UKS setelah kami merapikan semua ke dalam tas kulit berwarna coklat ini. Biarkan lah Rey dan Bella bertengkar sendiri.
******************************************
Author POV
Joe sedang berlatih basket saat Eve memandang nya dengan ekpresi yang sulit yang di artikan, Rico yang sedari tadi melirik ke arah gadis itu duduk pun tidak dapat menyembunyikan kegusaran nya. Entah apa yang akan di lakukan setan kecil itu. Begitu pikir Rico.
Rico melempar Lukas dengan bola yang sedang di drible nya, membuat Lukas menatap Rico yang di balas lirikan lelaki itu ke arah Eve. Sejenak kedua nya bertatapan seakan berkomunikasi tanpa suara, sebelum kedua nya menghela nafas kasar.
Lukas menghampiri Rico seraya mengulurkan sebotol air mineral dan kedua nya pun duduk di tepi lapangan. " Gue udah tanya Cindy. Sepupu tiri nya sekolah di CrownBlue International High School."
" Joe uda tau?" Tanya Rico sambil meneguk minuman nya.
" Gue baru buka chat Cindy barusan. Habis ini kita semua kumpul deh. Kita pikirin rencana selanjut nya. Jujur aja gue gerah banget ama sepupu nya Ethan." Ucap Lukas di sela nafas nya yang terengah. DEGGGG...Rico sejenak terpana melihat Lukas yang terlihat tampan saat berkeringat. Bibir itu pasti manis saat di cium seperti rasa bibir Kenzo. Ahhh Mengingat nama Kenzo membuat Rico meringis. Sudah 9 bulan Kenzo di Jepang, komunikasi di antara mereka juga mulai jarang karena kesibukan Kenzo dan Rico memaklumi nya, maka itu Rico mengalihkan rasa rindu nya dengan banyak beraktivitas dan bersosialisasi dengan banyak orang termasuk berganti pacar yang memiliki jenis kelamin perempuan.
" WHAT THE FUCK...Setan kecil itu benar-benar...." Lukas mengumpat membuat Rico mengarahkan pandangan nya dan mulut nya menganga saat Eve dengan nekat menempelkan bibir nya ke bibir Joe. Joe yang sedang lengah dan tenaga nya terkuras akibat latihan secara berlebih tidak sempat mengelak dari gadis itu. Seluruh pandangan di lapangan mengarah pada kedua nya. Hampir semua nya menganga takjub dengan kenekatan Eve.
" Woyyy. Eve. Lo jadi awewe ganjen banget sih. Emang lalaki cuma kak Johanness ajah. BELEGUG SIA." Bella entah dari mana datang mendorong Eve memisahkan nya dengan Joe. Tak lama gadis itu mengumpati Eve dengan bahasa sunda yang hanya Eve pahami sendiri.
" Diem lo Bell, jangan ikut campur urusan gue. Dan kak Joe. Harus dengan cara apa lagi supaya kakak bisa suka aku." Eve mulai meradang dan balik memarahi Bella dan mendorong nya kasar membuat Bella balik mendorong dan akhir nya kedua gadis itu beradu mulut.
Joe yang baru tersadar dari rasa keterkejutan nya pun spontan menggosok bibir nya kasar seakan ada kotoran yang menempel di sana.
" EVE...GUE HARUS BILANG BERAPA KALI KE LO. KALO GUE GA SUKA AMA LO. GUE UDAH PUNYA PACAR DAN GUE BAKAL NIKAHIN DIA GITU DIA LULUS SMA." Bentakan Joe membuat kedua gadis itu menghentikan pertikaian nya dan Eve sangat terkejut mendengar pernyataan Joe yang tegas itu.
" Engga. Kakak ga boleh sama yang lain kecuali aku. Kakak kan udah janji bakal nikahin aku waktu kita kecil." Eve berteriak histeris membuat semua nya menghela nafas kasar. Joe yang tidak tahan dengan kelakuan Eve meninggalkan lapangan basket di ikuti Rico dan Lukas. Tadi nya Eve mau menyusul Joe, namun Ethan menahan nya.
" CUKUP EVE. JANGAN DEKATI JOHANNESS LAGI. DIA HANYA MENCINTAI SATU ORANG DAN ITU BUKAN KAMU. HARUS DENGAN CARA APA BUAT KAMU SADAR." Ethan membentak Eve sebelum menarik sepupu nya pulang, menghiraukan rengekan tangisan yang keluar dari gadis itu.
Di rumah Joe
" Joe. Gue baru sempet buka chat Cindy pas kita abis latihan. Vicky sekolah di Crown Blue International High School. Dan kata Cindy sepupu nya Randy juga satu sekolah dengan nya." Ujar Lukas sambil sesekali menatap iphone nya.
" Kita lebih baik hubungi ko Viko dulu kalau kita udah nemuin jejak Vicky." Usul Rico membuat ketiga pemuda itu menatap heran diri nya. " Setidak nya ko Viko kartu as lo Joe. Dia bisa bantu lo, Joe." Rico melanjutkan kalimat nya.
" Rico benar. Sebentar gue telepon ko Viko dulu." Ucap Joe sembari mencari kontak Viko dan menelepon nya. Saat Joe mengatakan bahwa dia sudah mengetahui di mana Vicky bersekolah di Jakarta. Viko mengatakan bahwa dia akan menelepon Joe lagi pada malam hari.
" Joe, saat ini Vicky memang aman karena ada sepupu nya, namun lebih baik lo berdua ketemu biar ga ada pengganggu-pengganggu lain dalam hubungan kalian. " Seruan Lukas membuat Joe terdiam.
" Iya. Kalo gue aja di ganggu terus ama Eve, apalagi Vivi...Dia...."
" Sangat cantik. Dari smp banyak lelaki yang ngejar dan semua gadis merasa iri dengan kecantikan nya. Dari dulu Vicky menganggap muka nya seperti dua sisi koin yang saling bertentangan." Rico memotong perkataan Joe.
Rey yang gatal berkomentar pun membuka mulut nya." Nah lo sendiri kenapa ga ngejar Vicky seperti cowo umum nya. Padahal lo kan play boy."
Rico mencoba menetralkan emosi nya saat Rey berkata itu. Tidak mungkin dia mengaku gay kepada ketiga lelaki ini. " Setelah apa yang Vicky perbuat ke gue. Sangat ga pantas buat gue menjadikan dia koleksi mantan gue. Apalagi dia terus memandangi kalung salib pemberian Prince nya setiap malam. Berharap suatu saat akan di pertemukan lagi. Sampai Vicky dan Joe jadian baru dia mulai mengalihkan pikiran nya dari Prince yang berjanji menikahinya setelah dewasa." Ucapan Rico yang dingin membuat Rey tak enak hati dan di hadiahi jitakan kecil oleh Lukas.
Sementara Joe tercenung sebelum akhir nya berkata." Jadi Vivi selalu mengingat janji itu."
" Yes dude she's waiting you past, now and forever." Kata Rico lagi membuat hati Joe membuncah di penuhi perasaan bahagia, ternyata Rapunzel nya tidak pernah melupakan janji masa kecil mereka.
" So i must declare to the world that she is mine." Joe seakan mendapat supply energi saat menyatakan niat itu membuat Rey terutama Lukas dan Rico tersenyum lega. Prince nya Rapunzel terlihat hidup beberapa hari ini.
' So cousin. Bersabar lah, sebentar lagi kita bebaskan Rapunzel nya Prince.' Kata hati Lukas sembari mengoperasi kan iphone nya.
******************************************
Victoria POV
Sungguh menyesakkan harus berpisah dengan koko Joe. Kehangatan dan aroma tubuh nya yang menerpa hidung ku saat kami berpelukan. Dada bidang tempat aku menumpahkan tangis. Bibir tebal nya yang mengecupi seluruh tubuh ku dan betapa besar nya milik nya memenuhi milikku. AKU SANGAT MERINDUKAN NYA. Camkan itu.
Ko Randy hanya berdiam diri saat kami selesai membuka kedok Nicholas yang menghamili Caroline, semoga mereka berdua bahagia. Satu masalah telah selesai dan kini aku harus memutar otak menyelesaikan satu masalah lain.
Sejujurnya aku merasa lelah bahkan ketika ada orang yang memanggil salah satu dari nama lengkap koko Joe, hati ku merasa sesak. Aku menatap gelasku dan mendapati sebagian es batu telah mencair, dengan perlahan aku meminum green tea madu ku. Kivlan dan ke8 teman nya tidak berani menghampiri meja kami. Aku tau dari Ko Randy yang sesekali melirik ke belakang.
" Dede kamu nangis...Yang mana yang sakit. " Guncangan Ko Randy membuat mataku semakin berkabut kali ini aku memilih menenggelamkan wajahku di dada nya, tetap saja tidak senyaman pelukan koko Joe. Aku tidak tahu berapa lama aku menangis hingga kegelapan menghampiri ku.
Author POV
Sepasang netra coklat menyapa netra Vicky yang hitam saat 'gadis' itu terbangun. Untuk sesaat Vicky terpana dengan tatapan mata yang lembut itu. LEMBUT. Satu kata yang memicu kesadaran Vicky bahwa itu bukan tatapan mata Joe yang meneduhkan dan rasa sesak itu kembali menghampiri nya. Vicky terpejam dan menghela nafas kasar sebelum akhir nya dia terpaksa mengakui bahwa dia harus menyerah dengan janji nya yang tidak akan menangis sampai dia dan Joe nanti nya bersatu lagi.
Mata Vicky memanas dan cairan itu mengalir deras ke kedua matanya. Dia butuh kehadiran Joe saat ini walaupun itu mustahil. Via yang terdekat dengan Vicky langsung memeluk nya, gadis itu merasakan kepedihan yang dalam saat buliran air itu meluncur di kedua pipi mulus Vicky. Semua memiliki satu pemahaman bahwa 'gadis' itu sudah melewati batas kesabaran nya dan terlihat rapuh layak nya keramik tua yang tinggal menunggu sisa kehancuran nya.
Jika tidak di tahan Rio, Kivlan sudah di pastikan akan memeluk Vicky. Lelaki itu geram saat Vicky yang secara sepihak memutuskan kontak mata mereka yang tercipta selama 10 detik. Ya 10 detik yang membuat Kivlan merasa memiliki kesempatan menuju hati Vicky yang terkunci rapat.
" Menyerah lah untuk mendapatkan hati gue. Kak Kivlan. Gue ga suka ama lo." Vicky berkata dengan suara serak di sela tangisan nya.
" Ckk...Bahkan lo ga ngasih gue kesempatan. Gimana lo tau kalo belum di coba." Kivlan menuju ke bed Vicky. Menepis lembut tangan Via yang memeluk Vicky dan mencengkram kuat bahu 'gadis' itu.
" Tidak akan ada kesempatan buat lo kak." Vicky menantang Kivlan dengan menatap tajam kedua netra lelaki itu. SISA serta Randy merasakan suasana menegang di antara kedua nya.
" Kivlan. Lepasin tangan lo. Lo ga liat apa dede kesakitan." Randy yang sudah gerah menepis tangan Kivlan dan menggendong Vicky keluar dari UKS. " Lebih baik dede istirahat di rumah. Ko Randy antar bs liat." Randy berbisik pelan di telinga Vicky.
" Kak. Menyerah aja ya? Vicky memang ga ada rasa ama lo." Ify menepuk pelan pundak Kivlan mencoba membujuk sepupu nya.
" Ga Fy. Kakak ga bakal nyerah. Kakak cinta ama Vicky. Hati kakak bergetar melihat nya." Kata Kivlan sembari meremas rambut nya.
***********
Vicky dapat bernafas lega karena kelas 12 sudah kelar megikuti UN dan tersisa 1 setengah bulan untuk UKK. Arti nya dia pasti jarang bertemu Kivlan.
Debo yang setiap hari di titipi makanan dan minuman oleh Kivlan harus meringis saat titipan nya beralih ke perut Naufal atau Randy.
" Vicky. Lo kenapa ga coba buat nerima Kivlan?" Tanya Debo pelan saat gadis itu menggambar di buku sketsa nya. Guru sedang menerangkan materi namun Vicky tidak berminat memperhatikan guru fisika itu.
" Haruskah? " Vicky balik bertanya membuat Debo tidak lagi bertanya karena lelaki itu sadar. Vicky tidak tergerak hati nya atas semua perlakuan dan perhatian Kivlan.
KRING Bel istirahat menjadi alunan indah sebagian besar murid. Via menarik tangan Vicky menuju kantin sembari berkata. " Ayolah kita lama ga kumpul." Tingkah Via yang polos membuat Vicky tidak dapat menolak nya. Lagipula kelas 12 sudah tidak lagi sekolah, pengumuman kelulusan UN pun sehari setelah UKK selesai.
" Gue ke toilet dulu oke." Jawab Vicky lembut yang di ikuti oleh Via di belakang nya.
Setelah kedua nya menyelesaikan urusan nya di toilet dan bergabung dengan SIA dan Carol di kantin. Agni memberitahukan sebuah berita. " Eh pas pengumuman UN yang bearti sehari kita kelar UKK, tim basket kita tanding ama tim basket sekolah lain. Pacar kita ikut tanding loh."
" Dua lagi siapa?" Tanya Shilla.
" Kivlan dan Nicholas." Kata Agni pelan. Nico dan Carol sudah menikah seminggu setelah insiden di taman itu. Resepsi, pemberkatan dan catatan sipil di gabung digereja. Teman sekolah yang di undang adalah mereka yang berada di taman. Nico mulai meyayangi Carol yang terpaksa harus homeschooling saat naik kelas 11. Perut nya saat ini belum membesar dan masih aman untuk menyelesaikan tahun ajaran ini.
" Masih mual ga Carol?" Tanya Vicky lembut.
" Masih cuma udah ga sering. Kak. Tenang nya pas ada daddy nya." Jawab Carol pelan. Sekarang wanita itu lebih banyak berkumpul dengan SISA dan Vicky semenjak Nico sudah kelar UN.
" Daddy nya ga buat mommy nya sedih lagi kan?" Tanya Vicky sembari meminum green tea madu.
" Kak Nico baik kak. Malahan dia rela bangun subuh buat nyari martabak telur." Carol berucap dengan binar mata bahagia, membuat nya teringat Joe yang dulu rela bangun tengah malam dan mencarikan mangga muda. Tentu saja kedua nya belum tau bahwa Vicky mengandung si kembar. Ingatan itu membuat Vicky mengelana ke alam lamunan meninggalkan raga nya.
" Jadi kita mesti dukung tim basket sekolah kita. Ciayo." Pekikan Shilla menyadarkan Vicky.
" Jadi udah tau belum siapa lawan nya?" Tanya Via.
" Belum. Anak osis ga ngasih tau. Kata nya biar suprise di hari H." Ucap Agni lagi.
" Loh koq anak osis?" Tanya Via bingung.
" Kak Rio aja yang mantan ketos aja bingung apalagi lo.Via. anak OSIS ga mau buka mulut meski itu buat mantan osis nya." Ucap Ify sambil membayangkan raut muka Rio heran membicarakan hal itu pada nya.
" Ya udahlah. Tinggal 2 minggu lagi. Carol. Lo ga usa stress. Tenang aja laki lo gitu-gitu jago juga setara ama kak Rio." Agni berusaha menenangkan Carol yang mulai gelisah.
***************
Hari H pertandingan. Semua siswa memakai batik karena hari itu bertepatan dengan Jum'at.
Pertandingan di mulai pukul 9. Dan Vicky entah mengapa terbangun di jam 5.30 setelah berdoa dan merenggangkan badan sebentar. 'Gadis' itu menyambar peralatan lulur dan creambath nya. Vicky merasa dia harus tampil cantik dan wangi. Tepat pukul 8.00 Vicky turun dan bersiap memakan sarapan nya, sedikit memaksa Naufal untuk menemani nya. Kedua nya berangkat 30 menit kemudian.
" Bu. Naufal pergi ya." Pamit nya sambil mencium tangan bi Parni.
" Bi. Saya pergi. Baik-baik di rumah. Jangan terlalu lelah. Jaga kesehatan." Kata Vicky sebelum keluar rumah menuju motor Naufal.
" Non. Kayak nya hari ini seneng banget. Ada apa?" Tanya Naufal saat di lihat mata nona nya sedikit berbinar.
" Entahlah. Saya juga ga tau. Yuk. Saya udah siap." Jawab Vicky singkat
Mereka tiba di sekolah 10 menit sebelum pertandingan. SISA dan Carol sudah menunggu di bangku penonton. Via segera menarik tangan Vicky untuk duduk di sebelah nya.
Entah karena antusias atau terlalu semangat. Agni menyenggol Vicky yang sedang meminum air mineral nya, menyebabkan seragam batik Vicky basah. Vicky menenangkan Agni dan menuju ke toliet seorang diri. Bertepatan dengan tim basket lawan dan suporter sekolah lain yang memasuki lapangan basket indoor.
Seorang gadis tomboy yang melihat Vicky ke toilet menyusul nya keluar dari rombongan dengan menarik seseorang gadis girly yang di panggil kak oleh gadis tomboy itu.
Vicky mengeringkan seragam nya dengan tissu. Untunglah hanya air mineral bukan minuman berwarna yang pasti nya akan meninggalkan noda lengket yang susah di bersihkan. Setelah memastikan seragam nya kering, Vicky berniat untuk keluar namun sial pintu toilet terkunci. Memang salah satu pintu toilet sekolah rusak dan belum sempat di perbaiki. Vicky berusaha memikirkan cara untuk keluar dari sana.
" Halooooo... Victoriaa...Lo di dalem ya?" Teriak seorang gadis sambil berusaha membuka pintu toilet itu.
" Iya gue Victoria. Lo siapa?" Tanya Vicky sembari meningkatkan kewaspadaan nya.
" Gue Monica. Yang sekelas ama lo kelas 10 " Jawab suara itu lagi.
" Oh. Lo cari bantuan deh. Pintu nya kekunci rusak." Kata Vicky lagi, dalam hati nya dia bingung mengapa teman sekolah nya di Bandung bisa nyasar ke Jakarta. Sedetik kemudian dia menyadari bahwa....
" Tenang Bella lagi nyari bantuan." Jelas Mocic lagi.
" Bella?"
" Calon pacar nya si playboy Rey. Sohib nya cowo lo. Johanness." Sedetik Monic mengatakan itu air mata Vicky mengalir deras dan 'gadis' itu terisak.
" Vicky. Sabar ya. Ntar lo ketemu koq ama kak Johanness. Mereka lagi tanding. Kayak nya udah mulai deh." Perkataan Monic membuat Vicky menghentikan tangis nya. Dia menuju wastafel dan membasuh wajah nya dan memakai bedak dan lipgloss agar terlihat segar.
Sementara itu di lapangan basket indoor pertandingan sudah berjalan 30 menit. Tim basket Rio memimpin angka dari tim lawan. Salah seorang pemain dari tim lawan melirik ke sekeliling seperti mencari sesuatu sebelum akhir nya menghela nafas kasar.
" Sabar Joe. Gue liat Bella dan Monica ga ada. Kita tunggu kabar dari mereka." Yups Joe sedang mencari Vicky yang sedang terkunci di toliet.
" Oke. Luke. Lo bisa handle yang bule itu ga? Dia ga mudah terkecoh." Joe berbisik pelan. Sebelum akhir nya pertandingan itu berlangsung sengit. Susul menyusul angka terjadi namun beda skor tim Rio sangat jauh di banding tim Joe.
JOHANNESS. Joe menoleh saat para gadis tim suporter nya meneriakkan nama nya. Kegembiraan langsung mencakup di hati Joe.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar