Senin, 05 Maret 2018

Healing me~part 2


Hai3x ketemu lagi dengan author gaje. Ingat rate cerbung ini 17+++ harap kebijaksanaan dalam membaca nya. Oke mari cek.


Part 2~ They 'First'Kiss

Dave POV

Jika kau ingin mencari kekasih gay mu datang ke xxxxxx sekarang.

Shit isi sms itu membuat ku cemas.  Aku mengemudikan mini cooper ku dengan kecepatan tinggi. 20 menit kemudian aku sampai ke tujuan.  Sebuah gedung apart baru aku mengerutkan dahi memang nya ini udah di buka untuk umum.  Aku beranjak ke lobi dan membuka handle pintu. Cekrek tidak terkunci aku melangkah masuk. Gelap tidak ada cahaya.

Fania POV

Tak kusangka kakak belok mau ku ajak beribadah. Ku kira dia akan marah dan meninggalkan ku sendirian. Ternyata dia amat khusuk saat menyanyikan lagu pujian meskipun awal nya agak kaku. Aku berani bertaruh kalau pria itu sudah lama tidak menginjakkan kaki di gereja.

Ah kenapa aku jadi mikirin kakak belok. Lebih baik aku mengerjakan skripsi ku lagi. Aku menekan tombol semua tombol on mulai dari pc,  speaker sampai printer. Besok aku mulai mengumpulkan bab 1 mudah-mudahan tidak banyak revisi sembari aku mengetik bab 3. Membayangkan nya membuat ku stress. Ah masa bodo lah, yang penting kerjakan dulu. Aku melanjutkan mengetik di pc ku sambil mendengar musik.

Author pov

Dave melangkahkan kaki ke dalam gedung  apart yang gelap. Dia menghela nafas berkali-kali sambil melihat sekeliling dengan bantuan sinar smartphone nya.

" JANGAN MAIN-MAIN KELUAR SEKARANG." Bentak Dave pria itu sudah naik darah.

Dave terus melangkah hingga. TREKKK Lampu menyala dan dia melihat Arnorld sedang memegang kue tart dengan hiasan dua pria berdansa dan lilin berangka 25 di tart itu bertuliskan Happy Bday My hun Dave Ferdinand. Pria itu memakai tuxedo hitam yang menambah kegantengan pria itu. Dia melirik jam tangan nya pukul 00:00 dan dia tersadar bahwa Arnold menyiapkan kejutan ini dan berharap menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat pada nya. Dave hanya diam memikirkan tentang perjodohan nya dengan Fania.

" Hon. Are u okay?" Tanya Arnold cemas.

" Ya i' m okay. This is suprised me. Thanks hon." Jawab Dave setelah pulih rasa terkejut dan lamunan nya.

" Ayolah tiup lilin nya buat permohonan aku sudah pegal memegang kue ini." Rajuk Arnold merajuk membuat Dave terkekeh.

Dave POV

Oh liatlah bahkan dia menggemaskan saat sedang merajuk. Jadi ini alasan nya dia tidak bisa di hubungi seharian ini. Pikirku dalam hati. Aku menutup mata sembari membuat permohonan lalu meniup lilin yang meleleh mengenai sedikit permukaan tart ini.

" Biar ku potong dan ku suapkan untukmu.hon." kata ku lagi.

" Oh iya aku membeli sebotol red wine." Kata nya sambil menunjukkan botol anggur itu.

" Oh kau mau kita bermain semalaman. Sayang sekali besok aku harus kerja mungkin hari jumat saja aku minum ya." Sahut ku sambil memeluk pinggang nya.

" Oh oke akan ku simpan sampai akhir pekan hon." Sahut nya sambil mencium bibir ku. Aku merasa tak berdaya saat dia yang berinisiatif untuk memulai dulu.

" Hon. Ayo kita pulang. Aku tidak tahan lagi." Sahut ku sambil meremas junior nya.

" Oh hon. Ini sudah ku sewa dan aku membeli satu unit di sini. Dan sudah lengkap hon. Kita bisa bermain di sini." Sahut nya sambil menghembuskan nafas di leherku. Ah dia membangkitkan gairahku.

" Oh baik lah. Tunjukkan tempat nya." Aku menyerah dan mengikuti langkah nya. Kami berciuman di sepanjang jalan.

Fania POV

Setelah jam 10 tadi malam aku memutuskan untuk tidur lagipula aku masih ada kuliah pagi. Hanya tersisa satu mata kuliah selagi aku menyusun skripsi ku. Seperti biasa aku sarapan dengan kak Damar dan dia seperti nya penasaran dengan ku.

" De. Kata nya kemarin Dave datang dan ngajak jalan. Gimana kencan nya?" Pfttt bahkan kakakku menganggap kencan. Oh ayolah bukankah kak Damar tau kalo dia belok. Mana mungkin kami melakukan apa yang di sebut kencan. Sunggut ku dalam hati.

" Kak Dave cuma ngajak makan kak dan jalan sebentar. Kak Damar juga tau kan ini bukan kencan." Sahutku sambil mengunyah roti selai stoberi.

" Dia baik ga sama dede?" Tanya kakaklu lagi. Asli aku jengah di tanya seperti itu. Aku memutuskan untuk cepat mengunyah roti dan meneguk susu coklat dan bergegas ke kampus.

" Ya dia baik. Kakak. Dede ke kampus dulu ya." Ucapku sambil menghampiri kakakku.

" Iya hati-hati." Balas kak Damar sambil mengecup kening ku.

Ada apa dengan wajah ku kenapa para gadis menatapku seperti itu. Aku merasa aneh saat melangkah masuk ke kampus seluruh gadis menatap ku dengan tatapan yang bervariasi.

" Nona apa nona baik-baik saja?" Tanya Cyntia yang berjalan di samping ku.

" Entahlah.Cyn. apa ada yang aneh dengan muka ku?" Tanya ku lagi. Oke aku merasa jengah sekarang.

" Tidak ada yang aneh nona. Muka nona seperti biasa nya selalu cantik." Ucapan Cyntia tidak juga membuatku tenang.

" Fania....Aku mencari mu dari tadi." Pekik Sarah teman sekelas ku.
" Ada apa Sar?" Tanya ku bingung.

" Kau sudah melihat ini?" Sahut nya sambil menunjukkan iphone nya. Aku mengambil nya dan terkejut. Ada foto-foto ku saat tengah berdua kemarin dengan kakak belok di sebuah situs online. Aku melihat masih ada beberapa berita mengenai kami berdua.

Oh lihatlah headline2x nya.

Seorang eksmud yang di duga gay berkencan dengan seorang gadis. Rekayasa atau kah pria itu sudah kembali ke kodrat nya.
Kecantikan yang menyembuhkan orientasi sexual seorang eksmud.

Cihh situs online abal2x rupa nya. Yang resmi nya 1 berbanding 7 yang ngawur.

" Fania..Apa ini benar?" Tanya Sarah lagi terlihat dia cemas akan pemberitaan ini.

Oh sialan jadi cahaya itu blitch kamera. Aku terdiam dan mengirimkan link berita itu ke Cyntia dan Dimas. Cyntia menunggu ku di luar kelas saat ada kuliah.

Ckk paparazi sialan. Tahu saja angle bagus. Orang-orang pasti berfikir kalau aku ada hubungan dengan kakak belok. Ya meskipun itu benar aku malas mengakuinya.

" Sar..Entahlah aku juga bingung." Sahutku lirih karena dosen sudah masuk ke dalam ruangan.

Author POV

Dave melangkahkan kaki dengan perasaan bingung.  Pasal nya semua karyawan nya menatap nya seakan-akan dia telah berbuat sesuatu yang besar.

" Jadi bos muda kita kecantol ama gadis cantik nih."
" Gadis itu memang cantik. Setidak nya aku tidak perlu merasa takut lagi saat aku berdua di ruangan nya. Karena dia pria tulen."
" Ternyata gosip boss kita gay tidak benar. Mana mungkin seorang gay bisa berlaku seperti ini ke seorang gadis."
 Itu bisik-bisik yang Dave dengar dari para karyawan nya. Pria dan wanita.

Dave POV

BRAKKKKK Aku membanting pintu ruangan ku membuat mereka membubarkan diri.

" Zahra ke ruangan ku sekarang." Aku menekan intercom memanggil sekertaris ku.

Tok tok tok " Permisi pak. Bapak butuh apa?" Tanya gadis berusia 25 tahun ini.

" Aku butuh expresso hangat. Dan bisa jelaskan ada gosip apa tentang aku." Ucapku memandang tajam Zahra, dia mengenakan kemeja krem ketat dia menutupi nya dengan blazer hitam dan rok mini merah. Kenapa dia mesti berdandan setebal itu. Pikirku. Ah, aku melihat dia salah tingkah.

" Baik pak saya siapkan dulu.". Sahut nya.

" Oh Dave papa tak menyangka perkembangan nya secepat ini." Sahut papa ku tiba-tiba masuk dan duduk di depan ku.

" Ada apa sih pa?" Tanya ku bingung. Aku merasa ngantuk dan lelah karena baru 3 jam tidur.

" Permisi Pak ini expresso nya." Sahut Zahra.

" Baik letakkan di sini kamu boleh keluar sekarang." Perintahku pada nya. Segera ku seruput expresso itu untuk menyegarkan ku.

" Dave coba lihat ini nak." Ucap papa sambil menunjukkan koran dan ipad. Aku melihat koran terlebih dahulu dan..

" ARRRGGHHH. Paparazi sialan. Aku merasa tidak punya privasi." Aku mencak-mencak sementara papaku tersenyum. " Oh ayolah pa. Dave rasa Fania juga tidak senang di gosipkan dengan Dave." Ucapku frustasi.

" Tapi kenyataan nya kalian akan menikah. Dan papa berfikir mau memajukan pernikahan kalian. Hey mengapa anakku begitu cemas dengan seorang gadis?" Ucap papa ku setengah menggoda.

Degg aku teringat dengan perkataan gadis itu yang ingin menikah tahun depan atau setelah wisuda nya.

" Pa. Dave sudah membicarakan ini dengan Fania. Dan kami setuju untuk menikah tahun depan saat Fania wisuda." Aku berusaha berargumen.

" Bukan kah setelah menikah Fania bisa mengerjakan skripsi nya?" Tanya papa ku menyeringai. Ya aku tahu maksud senyum nya ini.  Meskipun menikah kami tidak akan melakukan yang biasa di lakukan suami istri. Ah tiba-tiba aku teringat tubuh polos Fania saat aku menyelamatkan nya dulu. Kulit putih nya begitu halus belum lagi payudara nya juga montok. Whattt !! Apa ini kenapa aku membayangkan seorang gadis.

" Kenapa muka mu merah Dave. Atau kau berharap " itu" saat kalian menikah." Cengir papa ku ah pria tua ini  nampak nya senang menggoda ku.

" PAAPAAAAAAAAA." Teriakku pada papa ku yang sudah berada di luar pintu dengan suara tawa yang keras.

" SIALAN......" Aku mengutuki paparazi yang mengambil gambar kami. Dan bagaimana kalau Fania atau Arnold melihat nya. Kalau Fania aku menjamin dia akan bersikap seperti aku. Arnold? Dia sudah bangun atau belum ya? Seperti nya belum karena kemarin dia seorang yang menghabiskan red wine itu. Aku menolak minum karena harus menyetir.

Aku menghabiskan expesso ku dan mengerjakan semua tugasku dengan cepat. Aku harus menemui gadis ini dan mengajak nya makan siang. Oh ayolah Dave benar kata papa. Mengapa kau peduli sekali dengan seorang gadis .

Author POV

Fania sedang bersiap makan siang setelah mengumpulkan bab 1 skripsi ketika sebuah telepon masuk.

" Halo siapa ini?" Tanya gadis itu.

" Fani. Gue di kampus lo. Lo di mana?" Ternyata Dave yang menelepon.

" Eh kakak ga perlu repot-repot aku udah makan." Sahut Fania berbohong, jujur dia sedang malas bertemu Dave.

" Ga usa nolak. Gue di depan lo." Sahut Dave menutup sambungan nya setelah melihat Fania.

Fania POV

Ish dari mana kakak belok tau aku di sini. Aku merenggut dalam hati saat melihat sosok nya yang tinggi.

" Ayo makan siang." Kata nya sambil memegang tangan ku. Lagi-lagi skinship dan entah mengapa tangan nya begitu hangat dan nyaman. Lihat lah pandangan semua orang itu. Apa salah kami pegangan tangan. Kayak kalian tidak pernah melakukan nya. Maki ku dalam hati.

" Kakak. Kita mau makan di mana?" Tanya ku dengan nada suara sinis. Sekilas dia menoleh ke arahku. Dan kenapa dia harus tinggi. Aku merasa kebanting saat bersama nya.

" Kita makan di tempat pertama kita ketemu." Sahut nya sambil jtertawa. Apa pula yang dia tertawakan. Aku hanya merenggut mendengar nya.

Dave POV

" Kakak. Kita mau makan di mana?" Aku menoleh pada nya dan mendapati muka nya masam. Entah apa yang membuat ku kesal. Aku melirik sekeliling dengan gerakan yang tidak ketara. Oh pantas saja dia kesal semua mata menatap kami dengan ekspresi yang berbeda.

" Kita makan di tempat pertama kita ketemu." Jawab ku sambil tertawa dan gadis ini makin cemberut. Aneh nya aku senang sekali saat menggoda nya.

Aku menggenggam tangan nya yang mungil di sepanjang jalan menuju mobil ku dan melepas nya saat aku membukakan pintu mobil untuk nya.

" Kakak. Silt belt nya macet." Rengek gadis ini pada ku.

" Mana sini gue liat." Aku membantu nya dan memang agak macet. Dari jarak sedekat ini aku mencium aroma parfum nya yang manis seperti bedak. Pikiran ku mulai terpecah antara wangi tubuh nya dan silt belt sialan ini.  

Aku berusaha menarik nya hingga SREKKK Tubuh ku terdorong ke arah nya. Oh shit bibir ku menempel dengan bibir nya yang manis. Sedetik kemudian aku terbuai dengan aroma tubuh nya dan melanjutkan ciuman ku, kami sama-sama menutup mata. Bibir nya begitu mungil dan rasa manis dari lip gloss nya membuatku bernafsu untuk melumat nya. Hingga aku melepaskan ciuman kami karena kehabisan nafas. Sejak kapan tangan ku merangkul pinggang nya dan tangan nya mengalungi leherku. Kami sama-sama membuka mata dan melihat manik masing-masing. Kami melepaskan diri saat tersadar, aku melihat pipi nya yang putih memerah dan bibir nya juga bengkak akibat ciuman ku yang ganas. Deg deg deg jantung kami terdengar. Seperti nya dia juga gugup dengan ciuman kami.  Untunglah kaca mobil ku gelap. Jadi orang luar tidak bisa melihat aktivitas kami.

" Ayo kita jalan." Sahut ku sambil menyalakan mobil. Setidak nya debaran jantung ku sudah berkurang.

Fania POV

" Kakak. Silt belt nya macet." Rajukku pada pria di belakang kemudi ini.  Perasaan kemarin masih tidak macet. Pikirku dalam hati.

" Mana sini gue liat." Kata nya sambil mencondongkan badan ku ke arahku. Wangi parfum nya sangat maskulin tercium di hidung ku. Sangat kontras dengan orientasi seksual nya. Dengus ku dalam hati. Aku melihat dia juga kesulitan menarik nya. SREEKKK. Tiba-tiba dia terjatuh ke arahku. HAAAAAA. Bibir kami bersentuhan. Terasa hangat dan geli saat kumis tipis nya mengenai bibirku. Aku memejamkan mata menikmati sensasi yang mengejutkan ini. Bibir kami saling bertaut menuntut lebih. Aku merasakan lidah nya memaksa mulutku untuk terbuka dan mencari lidah ku. Kami berciuman dengan ganas. Hingga dia melepaskan nya. DEG DEG jantung ku berdebar. Aku melihat pipi nya  agak memerah.

" Ayo kita jalan." Sahut nya sambil menyalakan mesin mobil. Aku hanya diam karena jantung ku mau loncat rasa nya. Eh bukan nya dia gay kenapa dia bisa mencium ku dengan nafsu. Pikiran ku berkecamuk.

Author POV

Dave memesankan Fania mie goreng dan es lemon tea sementara dia ingin makan nasi goreng kebuli dengan daging kambing. Fania menatap horror porsi makan Dave yang banyak itu.

Dave yang merasa di perhatikan pun berbicara. " Gue tau lo udah liat artikel itu kan?"

" Paparazi sialan.." Sahut Fania memaki membuat Dave mengerutkan dahi nya. Gadis ini bisa memaki rupa nya.

" Well kita kan nanti bakal nikah. Jadi wajar lah kalo kita terlihat sesekali sebelum pernikahan." Ujar Dave sambil menatap Fania tepat nya bibir mungil yang tadi dia cium. Deg dia cepat mengambil minum untuk meredakan gugup nya.

" Jadi kakak masih mau lanjutin perjodohan ini?" Tanya Fania pelan.

" Tentu aja gue yakin lanjutin perjodohan ini. Keputusan gue udah final apalagi pas gue tau itu lo." Sahut Dave lagi.

" Maksud kakak apa?" Tanya Fania bingung. Dave tersadar dia keceplosan.

" Eh bukan apa-apa. Tadi papa  bilang bakal majuin rencana pernikahan kita. Tapi tenang aja. Gue bakal bilang ke papa kalo kita akan menikah pas lo udah wisuda." Kata Dave agak bersemangat membuat Fania terkekeh melihat nya.

" Tenang aja kak. Kak Damar harus nikah dulu baru aku boleh nikah. Itu adat di keluarga kami.  Keluarga besar kami juga tidak akan setuju kalau kita yang menikah duluan sebelum kak Damar." Sahut Fania lagi.

" Kapan kak Damar menikah?" Tanya Dave antusias.

" 6 bulan dari sekarang." Jawab Fania singkat.

Dave POV

" Jadi kita akan menikah setelah 6 bulan itu?" Tanya ku lagi.

" Ya mungkin jarak nya  2 atau 4 bulan setelah kak Damar menikah. 3 bulan setelah aku wisuda." Jawab gadis di depan ku mantap. Ah jadi aku punya waktu 8 bulan sebelum aku menikahi nya. Aku harus cari waktu dan alasan menjelaskan kepada Arnold

" Kakak masih bisa berhubungan dengan pacar kakak setelah kita menikah." Perkataan gadis ini membuatku terkejut.

TRANGG " Kita pulang sekarang. Gue harus balik ke kantor." Ucapku dingin. Tidakkah gadis ini tau setelah kami menikah hanya ada kami berdua di pernikahan meskipun aku tak punya perasaan pada nya. Muka nya memucat saat aku melempar sendokku. Apakah aku segalak itu?

" Maaf kalau gue bentak lo. Lo ga usa mikir kejauhan oke." Ucapku sambil memegang tangan nya yang dingin.

" Iya kak. Maafin aku juga." Ucapnya bergetar.

Setelah mengantar Fania aku kembali ke kantor. Zahra sekertaris ku menatapku lega.

" Rapat akan di mulai 5 menit lagi. Saya pikir bapak tidak datang." Cicit nya.

" Ck mana mungkin aku tidak datang. Rapat ini penting. Dan ada investor asing yang datang. Siapkan minuman ion untukku di ruang rapat.Aku mau ke toilet sebentar."

Aku bergegas setelah menyelesaikan urusan ku. Semua file sudah ku siapkan sebelum aku pergi ke kampus gadis itu.  Zahra mengikutiku di belakang. Aku baru sadar seminggu yang lalu kalau sekertaris ku memiliki tubuh yang seksi saat aku tak sengaja menguping pembicaraan karyawan pria di toilet. Aku menunggu 20 menit sampai mereka kelar bergosip. Ternyata bukan hanya wanita yang senang bergosip para pria juga. Ya aku melihat memang Zahra sexy namun dia dan wanita yang pernah nyaris telanjang terlihat biasa di mataku. Sorry ladies your not my orientation. Pikirku.

Rapat sialan ini alot rupa nya. Padahal aku sudah mempersiapkan dari sebulan yang lalu. Kenapa para pria tua bangka ini sulit di yakinkan, padahal papa ku ikut menemani di rapat ini. Ckk mereka tidak tahu siapa Dave Ferdinand ternyata, liat saja proyek ini harus jatuh ke perusahaan ku. Aku menghembuskan nafas dan mulai bernegosiasi setelah 3 jam akhir nya deal juga. Aku bisa melihat senyum lega di mata papa, nampak nya beliau benar-benar ingin pensiun dari jabatan nya sebagai presdir dalam waktu dekat.

" Selamat Tuan Leonard putra anda seperti nya mewarisi bakat bisnis anda." Ucap seorang pria tua sebaya papa dan beliau menyambut uluran tangan nya.

" Anda terlalu memuji nya nanti dia besar kepala. Ferry." Jawab papaku.

" Ah saya dengar putra anda akan menikah dengan putri Rico's Group. Kapan pernikahan nya?"

" Bukankah Tuan Damar yang harus menikah duluan baru adik nya boleh menikah. Itu desas desus yang saya dengar." Sahut pria tua lain nya.

" Iya kalau saya sebagai orang tua ya terserah Dave saja. Seperti nya Dave juga tertarik dengan gadis itu." Ucap papa ku lagi.

" Hmm Papa apaan sih." Sahut ku malu. Aku berani bertaruh papa akan menikahkan ku besok jika beliau tau aku mencium Fania. Deg Bibir mungil itu tiba-tiba muncul di pikiran ku.

" Kamu kenapa Dave. Koq muka mu merah begitu." Goda papa.

" Ish papa auh ah." Aku merajuk dan meninggalkan 3 pria tua itu meskipun agak jauh aku bisa mendengar gelak tawa mereka.

Akhir nya part 2 kelar penuh perjuangan menulis nya. Author ingatkan genre nya 17+++ mohon kebijaksanaan pembaca. Oke sampai jumpa di next part bye3x








Tidak ada komentar:

Posting Komentar